Menuju konten utama

EY Diduga Belajar Otodidak & Pakai Dana Pribadi untuk Buat Bom

Terduga teroris asal Bekasi, EY, diduga belajar mandiri dan menggunakan keuntungan bisnis reparasi selulernya untuk membuat bom.

EY Diduga Belajar Otodidak & Pakai Dana Pribadi untuk Buat Bom
Warga mengamati rumah yang terpasang garis polisi usai proses penggeledahan barang bukti milik terduga teroris oleh tim Densus 88 Mabes Polri di kawasan Babelan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Kamis (9/5/2019). ANTARA FOTO/Risky Andrianto/wsj.

tirto.id - EY (27), terduga teroris jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Bekasi memiliki kemampuan ihwal elektronika.

Polisi juga diduga EY, belajar otodidak dalam merakit bom, termasuk membuat pemicu bom jarak jauh menggunakan sinyal WiFi.

"Dasarnya, EY punya kemampuan elektronik dan reparasi telepon seluler. Dia belajar dari media sosial [cara merakit bom]," kata Karopenmas Divisi Humas Mabes Polri, Brigjen Pol Dedi Prasetyo di Mabes Polri, Jumat (10/5/2019).

EY melihat tayangan dari YouTube, Twitter untuk memperoleh informasi pembuatan bom. Hal ini, kata Dedi, membuat Mabes Polri bekerja sama dengan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Kementerian Komunikasi dan Informatika telah menutup 1.600 akun berisi konten terorisme.

Pelaku, lanjut Dedi, juga melihat tayangan bom di Suriah, Irak dan Sri Lanka. Peristiwa tersebut, memicunya untuk membuat bom ‘mother of satan’ alias berdaya ledak tinggi dan mematikan.

Dari jaringan EY, polisi menemukan dua bom pipi berdaya ledak tinggi dan segala bahan baku pembuat bom.

Polisi juga masih mengusut perkara ini lantaran EY cakap merekrut dan melatih orang membuat bom serta mampu membeli bahan peledak.

"Bahan-bahan ini cukup banyak, maka Densus 88 mendalami ini, apakah hanya ini saja atau ada di tempat lain, dan apakah bahan ini sudah diberikan pada jaringan-jaringan EY," ujar Dedi.

Berdasarkan pemeriksaan sementara, Dedi menyatakan dana EY memenuhi kebutuhan dana bahan peledak seorang diri. Bahan membuat bom diperoleh dengan mudah dari toko kimia.

"Sementara ini dari hasil jual dan reparasi elektronik. [Keuntungan bisnis] cukup untuk membiayai kelompoknya yaitu jaringan JAD Bekasi dan Lampung," imbuh Dedi.

EY belum pernah menguji coba bom rakitannya, tapi ia memodifikasi cara peledakan. Polisi menduga, EY membeli cairan sebagai campuran bahan peledak lalu terus menguji campuran tersebut.

Hal ini, kata dia, berbeda dengan bom berdaya ledak rendah yang menggunakan serbuk sebagai campuran.

EY ialah pemilik toko telepon seluler yang juga menjadi amir (pemimpin) JAD Bekasi, ia ditangkap pukul 13.48 WIB, di SPBU Pertamina Jalan Raya Kalimalang, Jakarta Timur, Rabu (8/5).

Polisi menyita alat dan bahan peledak ketika menggeledah toko miliknya dan menemukan dua bom pipa besi tidak dilengkapi switching (sakelar), pupuk booster Lengkeng, cairan asam klorida (HCl) dalam botol, serta serbuk putih.

Baca juga artikel terkait KASUS TERORISME atau tulisan lainnya dari Adi Briantika

tirto.id - Hukum
Reporter: Adi Briantika
Penulis: Adi Briantika
Editor: Zakki Amali