tirto.id - Minarti Timur, Asisten Pelatih Tunggal Putri PBSI, memiliki evaulasi yang berbeda-beda terhadap pencapaian tunggal putri Indonesia di Badminton Asia Championships (BAC) 2019. Seperti diketahui, dalam kejuaraan yang digelar di Wuhan, Cina tersebut, Indonesia mengirimkan empat tunggal putri dengan langkah terjauh hanya sampai babak 16 besar saja.
Dua wakil langsung kandas pada babak pertama, yakni pemain peringkat 30 dunia, Fitriani, serta Ruselli Hartawan yang kini menghuni ranking 41 dunia. Sementara tunggal putri peringkat 16 dunia, Gregoria Mariska Tunjung dan pemain berusia 19 tahun Choirunnisa, gugur pada babak 16 besar.
Minarti mengungkapkan, Fitriani yang takluk dari pemain Malaysia, Soniia Cheah, tengah tampil di bawah performa terbaiknya. Di samping itu, tunggal putri yang sempat menyumbangkan gelar Thailand Masters 2019 tersebut juga dituntut untuk lebih fokus dalam persiapan serta percaya diri saat berlaga.
“Lawan bermain bagus sehingga Fitri tidak bisa keluar dari tekanan," jelas Minarti, seperti dikutip dari laman PBSI, Sabtu (27/4/2019).
"Fitri tidak bisa mengembangkan permainannya. Fitri harus fokus ke persiapan sebelum pertandingan dan pola permainan yang akan diterapkan, dia juga harus lebih percaya diri," lanjut Minarti.
Lain halnya dengan Ruselli Hartawan, yang dinilai Minarti terburu-buru dalam bermain serta terlalu banyak melakukan kesalahan sendiri, saat ditundukkan wakil Korea pada babak pertama.
"Ruselli di awal mainnya terlalu terburu-buru. Bola pengembaliannya banyak yang out dan mati sendiri,” ujarnya.
Untuk Gregoria Mariska Tunjung yang disingkirkan unggulan pertama, Chen Yufei, pada babak 16 besar, Minarti berpendapat, anak didiknya tersebut hanya mampu tampil baik saat set pertama saja. Sedangkan untuk dua gim sisanya, ia selalu berada dalam tekanan lawan.
"Penampilan Gregoria lumayan, di game pertama dia bisa mengeluarkan permainannya. Tapi di game kedua saat lawan mempercepat tempo permainan, dia tertekan terus. Di game ketiga dia bisa mengimbangi lawan, tapi lawan lebih percaya diri dan menekan terus. Gregoria harus kuat dan lebih lincah di lapangan," jelas Minarti.
Sementara itu, Minarti cukup mengapresiasi penampilan Choirunnisa yang sanggup memberikan perlawanan ketat terhadap unggulan ke-4 asal India yang juga peraih perak Olimpiade 2016, Pusarla V Sindhu.
“Nisa bisa memberikan perlawanan ke Sindhu, walaupun akhirnya kalah, padahal sempat unggul 19-17 di game kedua,” ungkapnya.
"Ini menjadi suatu pengalaman berharga buat Nisa, bertanding melawan tunggal putri Top 10 dunia. Nisa perlu menambah kecepatan, kekuatan dan fokus di poin akhir, juga jam terbang," imbuhnya.
Editor: Ibnu Azis