Menuju konten utama

Ekspor Biji Kopi Lampung Capai USD 22,42 Juta

Realisasi ekspor biji kopi robusta Lampung pada Maret 2016 mencapai 13.082,72 ton senilai USD 22,42 juta. Capaian ini naik bila dibandingkan bulan sebelumnya yang hanya mencapai 9.896 ton dengan nilai USD 16,25.

Ekspor Biji Kopi Lampung Capai USD 22,42 Juta
Sejumlah buruh menyortir kopi robusta. Antara Foto/Aditya Pradana Putra

tirto.id - Realisasi ekspor biji kopi robusta Lampung pada Maret 2016 mencapai 13.082,72 ton senilai USD 22,42 juta. Capaian ini naik bila dibandingkan bulan sebelumnya yang hanya mencapai 9.896 ton dengan nilai USD 16,25.

“Kenaikan ekspor biji kopi selama Maret cukup signifikan jika dibandingkan Februari 2016 yang hanya 9.896 ton dengan nilai USD 16,25 juta,” kata Kepala Dinas Perdagangan Provinsi Lampung, Ferynia, di Bandarlampung, Jumat (8/4/2016).

Menurut Ferynia, naiknya ekspor biji kopi robusta itu mengingat stok kopi di petani maupun pengekspor cukup banyak.

Selain itu, lanjut dia, pengekspor juga harus memenuhi kontrak penjualannya kepada pembeli dari luar negeri sehingga mereka memenuhi perjanjian jual beli dalam kontraknya. Menurut dia, ekspor biji kopi robusta Lampung masih terus berlangsung meski belum memasuki panen raya.

Panen raya kopi di Lampung, lanjut dia, diperkirakan pada pertengahan tahun, yakni sekitar bulan Juli, Agustus, dan September. “Kendati panen raya belum berlangsung, namun petani maupun pengekspor masih memiliki stok,” kata dia menambahkan.

Petani kopi asal Lampung Barat Sunyoto (60) mengatakan harga kopi saat ini di tingkat petani Rp19.000 hingga Rp20.000 per kilogram. Namun demikian, ia mengharapkan harga kopi bergerak naik mengingat kondisi ekonomi saat ini sedang lesu dan barang-barang kebutuhan pokok terus bergerak naik.

“Harga biji kopi saat ini cukup untuk memenuhi kebutuhan sehrai-hari,” kata Sunyoto.

Selain itu, lanjutnya, petani belum dapat menutupi biaya produksi seperti perawatan tanaman kopi, pembelian pupuk, dan lain-lain. Saat ini, lanjut dia, masalah yang dihadapi petani adalah kurangnya ketersediaan pupuk khususnya urea.

M Toyib (45) petani kopi asal Tanggamus mengharapkan harga kopi meningkat mengingat biaya produksi tanaman itu cukup tinggi. Ia berharap harga biji kopi naik di atas Rp20.000/kg dari yang sbelumnya hanya Rp19.000/kg agar bisa menutupi biaya produksi dan biaya lainnya.

Di sisi lain, menurutnya, harga biji kopi jangan ditentukan oleh harga pasar internasional seperti di Bursa London.

Untuk diketahui, Lampung merupakan pemasok kopi robusta terbesar di Tanah Air dengan produksi rata-rata 100.000 ton per tahun dengan luas areal kopi mencapai 173.670 hektare.

Produktivitas kopi Lampung 900 kilogram per hektare dengan sentra produksi di Kabupaten Lampung Barat 65.010 hektare, Tanggamus 43.897 hektare, dan 22.594 hektare lainnya tersebar di Kabupaten Waykanan, Lampung Utara, Pringsewu, dan Pesawaran. (ANT)

Baca juga artikel terkait DINAS PERDAGANGAN PROVINSI LAMPUNG atau tulisan lainnya

Reporter: Abdul Aziz