tirto.id - PT Pos Indonesia akan bergerak menjadi salah satu tulang punggung logistik e-commerce Indonesia, sehingga akan melakukan reposisi dalam waktu dekat. Langkah ini diambil menilik pada animo tingginya perkembangan bisnis perdagangan elektronik (e-commerce) di Indonesia. PT Pos Indonesia berharap, sebagai perusahaan pos tertua di Indonesia, Pos Indonesia bisa memanfaatkan momentum dan mengambil ceruk keuntungan dari ekosistem bisnis yang tengah populer.
"Kebijakan reposisi ini akan mentransformasi PT Pos yang sekarang agar tidak lagi orientasinya pada pengiriman surat tetapi juga menjadi tulang punggung logistik e-commerce Indonesia," ujar Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara di Kantor Kementerian Koordinator bidang Perekonomian, Jakarta, Jumat (11/11/2016), seperti dilansir Antara.
Bisnis surat PT Pos Indonesia terus mengalami penurunan setiap tahunnya. Pada tahun ini, penurunan mencapai lebih dari lima persen. Salah satu penyebab yang dirasakan adalah berkembangnya gelombang baru era digitalisasi. Karena itu, reposisi dicanangkan sebagai inisiatif untuk tidak lagi bergantung pada layanan postal serta menjadi respons atas perkembangan teknologi dan informasi.
Rencananya, PT Pos Indonesia akan mengalami penambahan fungsi dalam sektor pengurusan logistik guna membantu perusahaan e-commerce. Tindakan ini bertujuan untuk menekan biaya pengiriman, terutama bagi perusahaan yang belum memiliki jasa logistik sendiri.
Dengan lebih dari 3.000 kantor yang tersebar di seluruh Indonesia, PT Pos Indonesia memiliki skala ekonomi yang besar dan dianggap efisien untuk mendukung efisiensi biaya dalam bisnis e-commerce.
"E-commerce players tidak perlu membuat sendiri divisi logistiknya, tetapi bisa lebih efisien kalau ada satu platform logistik yaitu PT Pos," tambah Rudiantara seperti dilansir Antara.
Reposisi PT Pos Indonesia merupakan salah satu kebijakan yang diatur dalam paket kebijakan XIV tentang roadmap e-commerce. Melalui rencana ini, diharapkan pelaku bisnis e-commerce mampu mendorong perluasan pasar serta meningkatkan kegiatan ekonomi masyarakat.
Paket kebijakan tersebut diumumkan pada Kamis (10/11/2016) malam sebagai upaya pemerintah mengembangkan e-commerce yang nilai transaksinya bisa mencapai 130 miliar dolar AS pada 2020.
"Kalau kita mencapai 130 miliar dolar AS pada 2020, mungkin itu sudah mencapai kurang lebih 10 persen dari PDB Indonesia," kata Rudiantara.
Bukan hanya online retail, potensi e-commerce yang diprediksi bakal berkembang pesat adalah sektor jasa, terutama jasa pemesanan tiket dan hotel.
Penulis: Mutaya Saroh
Editor: Mutaya Saroh