Menuju konten utama

Djarot Komentari Ucapan Kontroversial Ahok

Djarot tak mau berspekulasi soal potensi penahanan Ahok. Dia ingin fokus menghadapi pilkada.

Djarot Komentari Ucapan Kontroversial Ahok
Calon Wakil Gubernur DKI Jakarta nomor urut dua Djarot Syaiful Hidayat (kiri) memantau kondisi bantaran Sungai Ciliwung saat blusukan di Kampung Sawah, Lenteng Agung, Jakarta, Rabu (8/2). Selain menyaring aspirasi warga, Djarot juga memantau kondisi sekitar bantaran Sungai Ciliwung. ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/aww/17.

tirto.id - Calon wakil gubernur DKI Jakarta petahana Djarot Saiful Hidayat tidak mempersoalkan ucapan kontroversial rekannya Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Alih-alih kecewa karena ucapan kontroversial Ahok kerap dianggap sebagai beban elektoral, Djarot justru merasa dukungan untuknya makin bertambah. "Enggak ada apa-apa, suaranya semakin tambah banyak," kata Djarot di Kampung Bedeng, Manggarai, Jakarta Selatan, Rabu (8/2/2017).

Djarot enggan berspekulasi soal kemungkinan Ahok akan divonis bersalah oleh majelis hakim. Dia masih optimistis Ahok tidak akan ditahan. "Ditahan opo? enggak ada itu," ujar Djarot.

Politikus PDIP ini juga enggan berkomentar saat ditanya kemungkinannya memimpin DKI Jakarta menggantikan Ahok kelak. Saat ini dia ingin fokus menghadapi pilkada. "Enggak kepikiran. Nanti saja tanyanya setelah pemilu," ujarnya.

Sebelumnya, Selasa (31/01/2017), ucapan Ahok di sidang kedelapan kasus penistaan agama menuai polemik di masyarakat. Ahok yang berposisi sebagai terdakwa sempat mengancam akan memproses hukum Ketua MUI Ma'ruf Amin karena menganggap Ma'ruf telah memberi kesaksian palsu. Dia juga memastikan akan membuat Ma'ruf malu. Ucapan ini kemudian memicu kecaman dari masyarakat khususnya warga nahdliyin. Ahok akhirnya meminta maaf dan Ma'ruf Amin memaafkan.

Selang beberapa hari kemudian kehadiran Ahok dalam acara "Istigosah Kebangsaan Bersama Warga Nahdliyyin DKI Jakarta" di Jalan Talang, Jakarta Pusat (5/2/2017) juga menuai polemik. PWNU DKI Jakarta menyatakan acara itu digelar tanpa sepengetahuan mereka. Buntutnya PWNU DKI Jakarta mengeluarkan maklumat yang berisi larangan memilih Ahok bagi warga nahdliyin dan pengurus PWNU DKI Jakarta.

Rabu (08/02/2017), lembaga Survey dan Polling Indonesia (SPIN) merilis survei yang menempatkan elektabilitas pasangan Ahok-Djarot di posisi kedua dengan prosentase keterpilihan 30.04 persen. Pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno berada di posisi teratas dengan prosentase keterpilihan 41,74 persen. Sedangkan elektabilitas paling buncit di tempati pasangan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni dengan prosentase keterpilihan 24,95 persen. Sementara jumlah responden yang belum menentukan pilihan yakni 3,27 persen.

SPIN mensurvei 1.102 responden pada 24-26 Januari 2017 dengan menggunakan metode multistage random sampling. Margin of error survei yakni 3 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.

Selang dua hari sebelumnya (06/02/2017), Populi Center menempatkan elektabilitas Ahok-Djarot di urutan pertama dengan angka 40%. Sedangkan, pasangan Anies-Sandiaga di urutan kedua dengan 30,3%, lalu di paling buncit pasangan Agus-Sylvi dengan 20,8%. Selanjutnya, lembaga ini juga memprediksi pasca debat ketiga tingkat elektabilitas Ahok-Djarot akan mencapai 46%.

Baca juga artikel terkait AHOK-DJAROT atau tulisan lainnya dari M. Ahsan Ridhoi

tirto.id - Politik
Reporter: M. Ahsan Ridhoi
Penulis: M. Ahsan Ridhoi
Editor: Jay Akbar