Menuju konten utama

Disiplin Protokol Kesehatan 3M, Indonesia Masih Pandemi COVID-19

Masyarakat tetap perlu disiplin protokol kesehatan karena saat ini Indonesia masih dalam kondisi pandemi COVID-19.

Disiplin Protokol Kesehatan 3M, Indonesia Masih Pandemi COVID-19
Ilustrasi Corona. foto/istockphoto

tirto.id - Jumlah kasus aktif virus Corona di Indonesia hingga Jumat (6/11/2020) mencapai 54.427 kasus atau 12,7 persen dari yang terkonfirmasi. Meskipun terjadi tren penurunan persentase kasus aktif, penting bagi masyarakat untuk tetap disiplin protokol kesehatan karena saat ini Indonesia masih dalam kondisi pandemi COVID-19.

Berdasarkan data Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 hingga Jumat (6/11/2020) terdapat 429.574 kasus COVID-19 yang terkonfirmasi di 502 kabupaten/kota dalam 34 provinsi seluruh Indonesia.

Dari jumlah tersebut, tercatat 54.427 kasus aktif atau 12,7 persen dari yang terkonfirmasi. Jika mengacu pada persentase ini, angkanya lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata dunia yang 25,8 persen.

Sementara itu, kasus sembuh COVID-19 di Indonesia mencapai 360.705 orang setara 84,0 persen dari yang terkonfirmasi. Persentase kasus sembuh dunia sendiri di angka 71,3 persen. Namun, kasus meninggal karena pengaruh virus Corona di Indonesia ada 14.442 orang (3,4 persen) atau di atas rata-rata kasus meninggal dunia (2,5 persen).

Menurut Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Prof Wiku Adisasmito, tren penurunan persentase kasus aktif COVID-19 di Indonesia ini tidak bermakna bolehnya ada kelonggaran. Saat ini, patuh pada protokol kesehatan 3M adalah satu-satunya jalan yang dimiliki untuk terhindar dari COVID-19.

"Kami meminta kepada masyarakat agar tetap disiplin mematuhi protokol kesehatan 3M, dan juga jauhi kerumunan sebelum dan sesudah vaksinasi, hingga pemerintah betul-betul secara resmi menyatakan bahwa COVID-19 telah berhasil ditangani dan hilang dari Indonesia," kata Wiku dalam keterangan pers Kamis (5/11/2020) melalui kanal YouTube BNPB.

"Ingat kita masih berada di tengah kondisi pandemi meski perlahan menunjukkan perkembangan ke arah lebih baik," tambahnya.

Penerapan 3M yaitu memakai masker, mencuci tangan, juga menjaga jarak dan menghindari kerumunan jadi vital dalam pandemi COVID-19. 3M terbukti ampuh untuk menekan penularan virus Corona yang dapat terjadi melalui cipratan liur (droplet) yang dikeluarkan seseorang dari mulut atau hidung ketika bersin, batuk, atau saat berbicara.

Berdasarkan buku Pedoman Perubahan Perilaku Penanganan COVID-19, penggunaan masker dapat berperan ganda. Masker mencegah masuknya droplet yang keluar saat orang lain batuk, bersin, berbicara sehingga kita tidak tertular. Selain itu, masker dapat menahan droplet yang keluar saat kita batuk/bersin/berbicara sehingga tidak menularkan virus kepada orang lain. Risiko penularan dapat ditekan hingga 1,5 persen.

Sementara itu, menjaga jarak penting karena droplet yang keluar saat kita batuk, jika tanpa masker bisa meluncur sampai 2 meter. Sementara itu, jika kita berbicara tanpa masker, aerosol (uap air) bisa meluncur sejauh 2 meter. Selin itu, saat bersin tanpa masker, droplet bisa meluncur sejauh 6 meter. Idealnya menjaga jarak adalah di kisaran 2 meter.

Mencuci tangan dengan sabun penting karena COVID-19 merupakan material kecil yang dibungkus oleh protein dan lemak. Sabun dapat melarutkannya sehingga virus hancur dan mati. Langkahnya adalah cuci tangan pakai sabun dan air mengalir selama minimal 20 detik. Jika tidak ada air dan sabun, gunakan hand sanitizer dengan kandungan alkohol minimal 60%.

Antisipasi Gelombang Kedua COVID-19 di Eropa

Wiku menyebutkan, saat ini beberapa negara di Eropa seperti Inggris, Perancis, Jerman, Belgia, dan Yunani sedang mengalami gelombang kedua kasus COVID-19. Otoritas negara-negara tersebut kembali melakukan lockdown setelah terjadi kenaikan kasus yang sangat signifikan.

"Kenaikan kasus [positif COVID-19] yang terus-menerus menggambarkan risiko penularan yang tidak terkendali akibat sudah mulainya masyarakat menganggap enteng protokol kesehatan," papar Wiku.

Italia sebagai salah satu negara terdampak COVID-19 paling parah di Eropa pada gelombang pertama, sudah menerapkan karantina wilayah pada 4 November 2020.

Perdana Menteri Giuseppe Conte membagi negara tersebut jadi 3 zona. Lombadia, Piedmont, Aosta Valley, dan Calabria dikelompokkan dalam zona merah, dengan karantina seperti pada Maret hingga Mei 2020. Sementara itu, Apulia dan Sisilia dimasukkan ke dalam zona oranye, sedangkan wilayah lain zona kuning.

Perancis menerapkan lockdown nasional sejak 30 Oktober hingga paling tidak 1 Desember 2020. Sementara itu, Jerman menggunakan karantina sebagian pada 2 hingga 30 November 2020.

Berdasarkan data WHO hingga Jumat (6/11/2020) pukul 11.00 CET terdapat 48.196.862 kasus COVID-19 yang terkonfirmasi di seluruh dunia. Jumlah meninggal karena virus ini mencapai 1.226.813 orang.

Khusus di Eropa terdapat 12.158.760 kasus COVID-19 yang terkonfirmasi. Pada 5 November ada 289.381 kasus baru, yang menunjukkan peningkatan dibandingkan 24 jam sebelumnya yang 240.590 kasus.

----------

Artikel ini diterbitkan atas kerja sama Tirto.id dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)

Baca juga artikel terkait KAMPANYE COVID-19 atau tulisan lainnya dari Fitra Firdaus

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Fitra Firdaus