tirto.id - Akibat demo di Indonesia yang mengecam aksi kekerasan terhadap etnis Rohingya di Myanmar, Aung San Suu Kyi membatalkan jadwal kunjungannya ke Jakarta. Seharusnya, pemimpin Myanmar tersebut dijadwalkan berkunjung ke tanah air pada awal Desember mendatang, namun kemungkinan besar akan ditunda sampai waktu yang belum ditentukan.
Sebelumnya, ribuan demonstran turun ke jalanan Jakarta menuntut pemerintah Indonesia memutus hubungan diplomatik dengan pemerintah Myanmar. Pada Senin (28/11/2016), Kyaw Zaza, juru bicara Kementerian Luar Negeri Myanmar, menjelaskan bahwa aksi protes tersebut berkontribusi pada keputusan Suu Kyi untuk menunda kunjungannya ke Jakarta. Selain itu, ancaman bom terhadap Kantor Kedutaan Besar Myanmar mungkin juga menjadi salah satu alasan, demikian informasi yang dilansir dari Wall Street Journal.
Beberapa hari yang lalu kepolisian Indonesia baru saja menangkap beberapa orang yang dicurigai sebagai simpatisan ISIS. Dilaporkan, para terduga teroris tersebut akan meledakan bom di beberapa lokasi vital, termasuk Kantor Kedutaan Besar Myanmar.
Di samping aksi demo dan ancaman bom, masalah dalam negeri disebut juga mendorong Suu Kyi melakukan pembatalan kunjungan. “Kami menunda kunjungan ke Indonesia karena masalah-masalah di Rakhine dan sebelah utara Shan State,” ujar Wakil Direktur Jenderal, Aye Aye Soe. Rakhine dan Shan State sendiri merupakan lokasi peperangan antara tentara Myanmar dan gerilyawan etnis.
“Kunjungan akan dijadwalkan kembali dalam waktu dekat,” lanjut wanita tersebut.
Pada Oktober lalu, sekelompok militan Rohingya dituduh melakukan penyerangan pos polisi di perbatasan dan menewaskan sembilan polisi dan mencuri senjata api. Militer Myanmar kemudian menggelar operasi pembersihan dengan membakar desa-desa etnis Rohingya. Alasannya, untuk mencari pelaku penyerangan pos polisi.
Dari laporan dan video yang diselundupkan oleh aktivis Rohingya, militer Myanmar melakukan penghancuran pemukiman dan kekerasan terhadap orang-orang Rohingya. Sekitar 150 ribu orang Rohingya kini kekurangan pasokan makanan dan obat-obatan. Pihak militer juga dikabarkan melakukan pemerkosaan terhadap para wanita Rohingya.
Juru bicara Presiden Myanmar Zaw Htay menuduh militan Rohingya sengaja membakar desa mereka sendiri untuk menghancurkan reputasi internasional Myanmar. Pemerintah juga membantah tudingan ada pemerkosaan wanita Rohingya oleh tentara.
Pernyataan pemerintah Myanmar sebenarnya belum bisa dibuktikan secara resmi. Karena wartawan dan peneliti dari luar negeri dilarang memasuki area yang menjadi lokasi operasi. Mereka dihalangi agar tak dapat melihat apa yang sebenarnya terjadi di sana.
Para peneliti internasional menyatakan sikap diam seribu bahasa Suu Kyi memberi lampu hijau kepada militer Myanmar untuk membersihkan dan membakar desa-desa Rohingya. Tujuan utamanya untuk mengusir seluruh warga Rohingya ke luar mengungsi ke Bangladesh.
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari