tirto.id - Vaksin Merah Putih dikembangkan sejumlah perguruan tinggi dan lembaga, salah satu yang memiliki progres lebih maju adalah vaksin yang dikembangkan oleh Universitas Airlangga (Unair) Surabaya bersama dengan PT Biotis.
Rektor Unair Mohammad Nasih mengatakan uji pra klinis vaksin Merah Putih pada hewan makaka sudah rampung. Uji dilakukan terhadap kelompok hewan makaka usia anak, makaka tua dan makaka yang sedang hamil.
"Alhamdulilah dari sisi tingkat keamanan di sektor makaka semuanya aman dan dengan hasil yang menurut saya luar biasa sesuai dengan harapan kami semuanya jauh lebih tinggi dibanding hasil uji terdahulu di awal-awal," kata Nasih saat Sidang Terbuka Dies Natalis Unair, Selasa (9/11/2021).
Berdasarkan hasil uji pra klinis yang dilakukan pada makaka tersebut kata Nasih, tingkat keamanannya mencapai 93,8 persen. Dengan demikian, maka bibit vaksin atau seed vaccine Merah Putih selanjutnya akan diserahkan kepada PT Biotis untuk kemudian dilakukan uji klinis pada manusia.
"Hari ini menjadi puncak dari karya putra putri terbaik Universitas Airlangga yakni penyerahan seed vaksin Merah Putih dari Unair ke PT Biotis untuk diproses lebih lanjut menjadi piloting dan kemudian diuji klinis untuk kemudian mudah-mudahan semester dua bisa dimanfaatkan untuk kebaikan dan kesehatan atau vaksinasi di Indonesia," ujarnya.
Berdasarkan data paparan Nasih vaksin Merah Putih yang berjenis inactivated vaccine telah terdaftar di WHO. Saat ini telah menyelesaikan uji praklinik pada November 2021 dan akan dilakukan uji klinis pada manusia pada awal Desember 2021.
Dalam kesempatan yang sama Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyatakan bangga dengan capaian Unair yang telah menyelesaikan uji pre klinis vaksin Merah Putih dan menghasilkan seed vaksin dalam negeri.
"Ini kan lulus uji pra klinis di hewan jadi uji klinis tahap satu kalau bisa dimulai tahun ini. Tidak usah banyak-banyak, saya dengar sekitar 100 an orang, uji klinis tahap duanya kalau bisa dilakukan sesegera mungkin. Kalau bisa 1 bulan setelahnya lebih bagus untuk mengukur imunogenisitynya itu mungkin pada 400-500 orang," kata Budi.
Namun tantangannya menurut Budi ada pada uji klinis fase ketiga, sebab pada tahap tersebut digunakan untuk mengukur efikasi dan uji dilakukan terhadap lebih dari 1000 orang.
Budi berpesan agar uji klinis fase ketiga nanti difokuskan untuk menguji penggunaanya pada anak-anak dan juga diharapkan dapat digunakan untuk vaksin booster.
"Tolong juga jangan dipakai sebagai vaksinasi yang biasa tapi juga fokus sebagai booster dan juga digunakan pada anak-anak. Karena sampai sekarang baru ada satu vaksin yang bisa kita gunakan untuk usia anak di bawah 12 tahun," ujarnya.
Penulis: Irwan Syambudi
Editor: Bayu Septianto