tirto.id - Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas Penanganan COVID-19 Sonny Harry B. Harmadi, meminta agar kepala desa dan jajarannya jadi teladan kepada masyarakat soal disipin 3M. Dalam situasi tengah menghadapi pandemi COVID-19, ekonomi tingkat desa mesti tetap berjalan dengan kepatuhan terhadap protokol kesehatan.
"Para kepala desa beserta perangkat desa, dan juga pendamping desa, harus mampu menjadi teladan, menjadi contoh untuk patuh terhadap 3M bersama masyarakat desa," kata Sonny.
Pandemi COVID-19 yang melanda Indonesia sejak kasus pertama ditemukan pada Maret 2020 adalah penyakit berbahaya dalam konteks penularannya yang masif. Virus SARS-CoV-2 yang membawa penyakit ini dapat tersebar melalui perantaraan cipratan liur (droplet) ketika seseorang batuk, bersin, atau berbicara.
COVID-19 dapat menyerang siapa saja dari berbagai rentang usia. Memang ada kelompok dengan risiko tinggi, yaitu mereka yang sudah lanjut usia (60 tahun ke atas), memiliki kondisi penyerta (komorbid), memiliki imun lemah, atau yang mengalami obesitas (indeks massa tubuh 27kg/m2 ke atas).
Namun, kelompok muda dengan rentang usia 19 hingga 45 tahun, yang tampak punya imunitas yang baik, tetap berpeluang terpapar COVID-19. Justru mereka yang tidak menunjukkan gejala (asimtomatis) berpotensi menjadi silent killer bagi orang-orang terdekat.
Untuk menghadapi pandemi COVID-19, pemerintah dan masyarakat bersinergi satu sama lain. Pemerintah melakukan apa yang disebut dengan 3T, yang meliputi testing atau pemeriksaan dini, tracing atau pelacakan kontak, dan treatment atau perawatan.
Terkait testing, pada pekan IV November 2020, persentasenya sudah mencapai 90,64 persen dari standar WHO. Dengan asumsi bahwa rakyat Indonesia mencapai lebih dari 267 juta jiwa, maka pemeriksaan PCR Covid-19 yang dibutuhkan minimal 267.000 orang setiap minggu.
Sementara itu, masyarakat juga dapat berpartisipasi dengan menerapkan protokol kesehatan 3M, yaitu memakai masker, menjaga jarak menghindari kerumunan, dan mencuci tangan pakai sabun dengan air mengalir selama 20 detik.
Terkait desa yang jumlahnya mencapai 74.953 desa di seluruh Indonesia, roda perekonomian memang mesti berputar, tetapi mesti disertai dengan kesadaran disiplin 3M. Saat ini, 3M menjadi satu-satunya cara pencegahan paling ampuh terhadap COVID-19.
"[Desa] Harus tetap berproduksi. Ekonomi desa harus tetap berjalan, tetapi harus dengan disiplin 3M. Tidak ada pilihan lain," tambah Sonny.
Berdasarkan buku Pedoman Perubahan Perilaku Penanganan COVID-19, memakai masker adalah langkah protektif yang berperan ganda. Masker mencegah masuknya droplet yang keluar saat orang lain batuk, bersin, berbicara sehingga kita tidak tertular. Di ssisi lain, masker dapat menahan droplet yang keluar saat kita batuk atau berbicara sehingga tidak menularkan virus kepada orang di sekitar.
Sementara itu, menjaga jarak penting karena jika seseorang tidak memakai masker, droplet yang keluar saat kita batuk dapat meluncur sampai 2 meter. Sementara itu, jika tanpa masker seseorang berbicara, aerosol (uap air) bisa meluncur sejauh 2 meter.
Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir selama 20 detik penting karena COVID-19 merupakan material kecil yang dibungkus oleh protein dan lemak. Sabun dapat melarutkannya sehingga virus hancur dan mati. Jika tidak ada air dan sabun, gunakan hand sanitizer dengan kandungan alkohol minimal 60%.
-----------------
Artikel ini diterbitkan atas kerja sama Tirto.id dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
Editor: Agung DH