Menuju konten utama

Data Kasus Bullying Terbaru 2024, Apakah Meningkat?

Data kasus bullying di Indoensia terbaru 2024 menurut Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI). Apakah jumlah kasus bullying meningkat?

Data Kasus Bullying Terbaru 2024, Apakah Meningkat?
Sejumlah siswa mengikuti kampanye "Stop Bullying" di Medan, Sumatera Utara, Senin (12/11/2018). ANTARA FOTO/Septianda Perdana/pras.

tirto.id - Bullying atau perundungan menjadi salah satu masalah serius yang perlu perhatian khusus. Data kasus bullying perlu diperbarui untuk mengevaluasi skala kasus hingga merencanakan regulasi dan pencegahan.

Kasus bullying di Indonesia banyak terjadi di berbagai lingkup, mulai dari sosial, pekerjaan, pendidikan, hingga digital seperti media sosial dan forum internet. Setiap kasus perundungan yang terjadi dihimpun dan dirinci dalam sebuah data kasus bullying.

Data kasus bullying sendiri dihimpun oleh beberapa lembaga independen di Indonesia. Data terbaru ini bukan sekadar angka, tetapi cerminan dari realitas yang dihadapi banyak orang.

Data bullying dapat menjadi dasar untuk mengidentifikasi penyebab, risiko, hingga mengambil tindakan pencegahan serta penanganan.

Data Statistik Kasus Bullying Tahun 2024

Data kasus bullying di Indonesia pada tahun 2024 menunjukkan tren peningkatan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Data ini dikumpulkan oleh Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) melalui berbagai laporan yang diterima, baik melalui media sosial maupun situs resmi JPPI.

Pada 2024, JPPI mencatat terdapat 573 kasus kekerasan yang dilaporkan di lingkungan pendidikan, termasuk sekolah, madrasah, dan pesantren. Jumlah ini mengalami lonjakan yang signifikan.

Sebagai perbandingan, pada 2020 tercatat 91 kasus kekerasan yang diterima. Jumlah tersebut kemudian meningkat menjadi 142 kasus pada 2021, 194 kasus pada 2022, dan 285 kasus pada 2023.

Angka-angka ini dikhawatirkan menunjukkan tren peningkatan kasus bullying dari tahun ke tahun. Selain itu, lonjakan laporan kasus juga mengindikasikan adanya peningkatan kesadaran masyarakat untuk melaporkan kasus kekerasan dan perundungan.

Terkait data kekerasan terbaru tersebut, JPPI merinci 31 persen kasus berkaitan dengan perundungan atau bullying. Adapun jenis kekerasan yang dominan di lingkungan pendidikan pada tahun ini adalah kekerasan seksual, yang mencakup 42 persen dari total kasus.

Selain itu, kekerasan di lingkungan pendidikan juga mencakup kekerasan fisik berjumlah 10 persen, dan kekerasan psikis 11 persen. Tercatat juga ada kebijakan diskriminatif dengan persentase 6 persen.

Selain itu, lingkungan pendidikan berbasis agama turut menjadi perhatian, dengan 206 kasus kekerasan. Berdasarkan rincian tersebut total kekerasan yang dilaporkan adalah 16 persen atau 92 kasus terjadi di madrasah dan 20 persen atau 114 kasus di pesantren.

JPPI melaporkan bahwa kasus kekerasan di lembaga pendidikan telah terjadi di hampir seluruh provinsi di Indonesia. Distribusi kasus menunjukkan bahwa Jawa Timur berada di posisi tertinggi dengan 81 kasus, diikuti oleh Jawa Barat (56 kasus) dan Jawa Tengah (45 kasus).

Dilansir dari laman Network for Education Watch Indonesia, JPPI menyoroti sejumlah kasus bullying dan kekerasan seksual di Jakarta.

Contohnya, kasus perundungan di sebuah sekolah internasional di Simprug, pelecehan seksual yang dialami siswi di SMKN 56 Jakarta Utara, hingga kekerasan antar siswa di kawasan Manggarai, Jakarta Selatan.

Selain itu, ada kasus seorang pelajar berprestasi di sebuah madrasah di Kemayoran enggan bersekolah selama dua bulan akibat perundungan yang dialaminya.

Bagaimana Cara Mencegah Bullying?

Bullying

Ilustrasi perundungan. Getty Images/iStockphoto

Tingginya angka kasus bullyingdi Indonesia pada tahun 2024 menjadi pengingat akan pentingnya tindakan pencegahan untuk menciptakan lingkungan yang aman, baik di rumah maupun sekolah.

Upaya pencegahan bullying membutuhkan peran aktif dari orang tua, guru, dan seluruh pihak terkait. Dilansir dari laman web Stop Bullying, berikut ini beberapa cara mencegah bullying:

1. Membantu anak memahami bullying

Orang tua dan pendidik dapat membantu anak mengenali apa itu bullying dan cara menghadapinya dengan aman. Diskusikan bahwa perilaku bullying tidak dapat diterima dan ajarkan langkah-langkah yang dapat diambil, seperti melaporkan kejadian kepada orang dewasa yang dipercaya.

Anak-anak juga perlu dibekali dengan keterampilan untuk menolak perilaku bullying secara tegas, misalnya dengan menggunakan humor atau mengatakan “berhenti” dengan percaya diri.

2. Membuka komunikasi yang jujur

Mengajak anak berbicara secara rutin tentang kehidupan sehari-hari dapat membantu mereka merasa nyaman berbagi masalah. Orang tua dapat memulai percakapan dengan pertanyaan sederhana, seperti: "Apa hal baik yang terjadi hari ini?" atau "Apa yang biasanya kamu lakukan saat istirahat sekolah?"

Melalui komunikasi yang terbuka, anak dapat lebih mudah mengungkapkan kekhawatiran mereka, termasuk jika mereka menjadi korban atau menyaksikan bullying.

3. Memberikan contoh perilaku positif

Anak-anak belajar dari apa yang mereka lihat. Orang dewasa harus menunjukkan cara menangani konflik dengan tenang, menghormati orang lain, dan memperlakukan semua pihak dengan baik. Dengan memberikan teladan yang baik, anak-anak akan memahami pentingnya menghormati dan mendukung sesama.

4. Meningkatkan kehadiran orang dewasa di sekolah

Guru, staf sekolah, dan orang tua dapat memperkuat pengawasan di area-area yang rawan bullying, seperti di taman bermain, ruang kelas, atau transportasi sekolah. Kehadiran aktif orang dewasa dapat mencegah perilaku bullying dan memberikan rasa aman kepada siswa.

Baca juga artikel terkait BULLYING atau tulisan lainnya dari Umi Zuhriyah

tirto.id - Aktual dan Tren
Kontributor: Umi Zuhriyah
Penulis: Umi Zuhriyah
Editor: Yonada Nancy & Iswara N Raditya