Menuju konten utama

Daoed Joesoef dalam Kenangan Mendikbud Muhadjir Effendy

"Pandangannya luas, visinya kuat, pikiran-pikirannya mendasar," kata Mendikbud Muhadjir Effendi mengenai sosok Daoed Joesoef.

Daoed Joesoef dalam Kenangan Mendikbud Muhadjir Effendy
Daoed Joesoef. FOTO/dok. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.

tirto.id - Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan periode 1978-1983, Daoed Joesoef meninggal dunia pada usia 91 tahun sekitar pukul 23.55 WIB di RS Medistra, Jakarta, Selasa (23/1/2018). Jenazah Daoed Joesoef dimakamkan di Makam Giri Tama, Tonjong, Bogor, Jawa Barat, pada Rabu siang (24/1/2018).

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy mengaku memiliki kenangan khusus tentang sosok Daoed Joesoef. Ketika masih mahasiswa, Muhadjir mengaku beberapa kali bertemu sosok kelahiran Medan, Sumatera Utara, pada 8 Agustus 1926 tersebut.

"Saya kenal, walau tidak dekat, dengan pak Daoed Joesoef, sewaktu beliau menjabat Menteri Pendidikan. Ketika itu saya bersama beberapa aktivis pers mahasiswa menjadi anggota redaksi koran Warta Mahasiswa, terbitan Depdiknas," ujar Muhadjir pada Rabu (24/1/2018) sebagaimana dilansir Antara.

Menurut Muhadjir, dalam beberapa kali kesempatan, Daoed Joesoef pernah memberikan pengarahan saat rapat redaksi koran Warta Mahasiswa yang dia ikuti.

"Pandangannya luas, visinya kuat, pikiran-pikirannya mendasar. Hidup dengan kesederhanaan. Beliau tidak sungkan ikut makan nasi bungkus bersama-sama sebelum rapat redaksi dimulai," jelas dia.

Menurut Muhadjir, tidak mudah mencontoh seorang Daoed Joesoef, karena pada usianya yang sudah lanjut tetap produktif menulis.

"Pikiran pikirannya yang jernih, radikal dan mendasar dan masih sering muncul di media massa," katanya.

Muhadjir mengatakan sejak diangkat menjadi Mendikbud, dirinya belum bisa menemui Daoed Joesoef. Namun, Daoed sering menyampaikan saran-saran kepada Muhadjir melalui orang-orang dekatnya.

"Beliau telah memberi andil besar terhadap arah perjalanan pendidikan Indonesia, berkat kebijakan-kebijakan strategis yang beliau ambil pada saat menjabat sebagai menteri," kata Muhadjir.

Menantu Daoed Joesoef, Bambang Pharmasetiawan, mengatakan mertuanya sudah sejak 18 tahun lalu mengalami gangguan jantung. "Selain karena usia sudah tua, jantung bapak juga pernah dipasang ring pada 18 tahun yang lalu," kata Bambang.

Daoed Joesoef merupakan peraih gelar Doctorat de l`Universite (doktor ilmu hubungan internasional dan keuangan internasional) dan Doctorat d`Etat (doktor ilmu ekonomi) di Universite Pluri-disciplinaire de Paris I, Pantheon-Sorbonne (1972) dengan beasiswa dari Ford Foundation.

Dia tercatat bersama Ali Moertopo, Soejono Humardhani dan Harry Tjan Silalahi dan sejumlah intelektual lain ikut mendirikan Centre for Strategic and International Studies (CSIS), sebuah lembaga kajian yang memiliki peran penting di era Orde Baru.

Pada 1978, usai ditunjuk Presiden Soeharto menjabat Mendikbud, Daoed Joesoef pernah mengeluarkan kebijakan kontroversial, yakni Normalisasi Kehidupan Kampus/Badan Koordinasi Kemahasiswaan (NKK/BKK).

Melalui surat keputusan Menteri Nomor 0156/U/1978, Dewan Mahasiswa di seluruh universitas di Indonesia dibubarkan. Kebijakan ini menuai kritik dari kalangan aktivis sebab bertujuan melakukan depolitisasi di kampus dan dituding hendak mematikan sikap kritis mahasiswa ke rezim pemerintahan Orde Baru.

Baca juga artikel terkait DAOED JOESOEF

tirto.id - Sosial budaya
Sumber: antara
Penulis: antara
Editor: Addi M Idhom