Menuju konten utama

Daniel James: Rekrutan Baru, Bisa Jadi Solusi Kemalasan Skuat MU

Setelah megeluhkan pemain-pemainnya yang 'minim bergerak', Solskjaer merekrut Daniel James, pemain yang punya kecepatan sprint nyaris sama dengan Arjen Robben.

Daniel James: Rekrutan Baru, Bisa Jadi Solusi Kemalasan Skuat MU
Daniel James. Twitter/@Daniel_James_97

tirto.id - Bukan Harry Maguire atau Matthijs de Ligt, pekan ini, Ole Gunnar Solskjaer resmi mengumumkan Daniel James sebagai rekrutan pertamanya sejak menjadi manajer Manchester United. Bagi mereka yang murni hanya mengikuti sepakbola divisi teratas Inggris, nama Daniel James jelas belum familiar di telinga.

James belum pernah mencicipi Premier League. Memulai karier dari akademi Hull City, winger kelahiran 10 November 1997 itu pindah ke Swansea U-18 pada musim 2014/2015, saat belum mencicipi satu pun penampilan bersama skuat utama Hull. Dia lantas mentas ke level U-21 Swansea semusim berselang, lantas dipinjamkan ke Shrewsbury Town pada 2017/2018.

Musim lalu, James nyaris menandatangani kontrak peminjaman lain ke Yeovil. Akan tetapi, di momen-momen terakhir bursa transfer, manajer Swansea Graham Potter menahan James dan menjanjikan menit bermain lebih. Setelah itu karier James melejit, sampai-sampai menyita perhatian Ole Gunnar Solskjaer.

"Daniel [James] adalah winger muda yang menarik, punya banyak kemampuan, kecepatan tiada tara dan semangat bekerja yang bagus. Musim lalu dia punya musim yang hebat bersama Swansea City dan memiliki segala atribut yang dibutuhkan untuk menjadi pemain MU," kata Ole seperti dilansir laman resmi MU.

Ole bukan 'orang MU' pertama yang menyanjung James. Legenda hidup Setan Merah yang kini merupakan manajer James di Timnas Wales, Ryan Giggs juga menggaransi hal serupa. "Dia adalah mimpi buruk bagi setiap bek," begitu kata Giggs.

James memang pernah bikin pelatihnya itu geleng-geleng kepala. Tepatnya saat gol debutnya mengunci kemenangan 1-0 Wales atas Slovakia dalam laga pembuka kualifikasi Piala Eropa, 24 Maret 2019. Seolah bisa menebak takdir, dia mencuri bola dari kaki David Brooks di depan kotak penalti lawan dan menendangnya ke sudut gawang lawan.

Gol tersebut spektakuler dan penting. Namun, jika ada gol lain yang lebih pantas mendemonstrasikan bakat James, barangkali itu adalah golnya ke gawang Brentford pada 17 Februari 2019.

Saat itu Swansea, klub tempat James bermain, menghadapi Brentford dalam putaran kelima Piala FA. Skor masih 1-1 ketika Brentford yang mendapat sepak pojok pada menit 53 justru membuang percuma momentumnya. Bola jatuh ke kaki James, dia lantas berlari seorang diri dari sepertiga lapangan Swansea ke kotak penalti Brentford. Tiga pemain lawan mengejarnya, tapi tak satupun bisa mengimbangi kecepatan James. Mereka hanya sekadar bisa meratapi gawang Brentford kemasukan sebuah sontekan terukur dari jarak dekat.

Menurut hitung-hitungan Opta, saat berlari dan menciptakan gol itu James menempuh jarak 84 yard hanya dalam kurun 8,48 detik.

"Di atas semuanya, bakat utama James adalah kecepatan," begitu kata Giggs.

Dengan potensi sedemikian besar dan usia yang baru menyentuh 21 tahun, nominal 15 juta paun yang dirogoh Setan Merah untuk mendatangkan James jelas pantas. Pertanyaan yang kemudian muncul, setelah transaksi menguntungkan ini, bagaimana Ole akan memaksimalkan potensi rekrutan barunya tersebut?

Solusi yang Dibutuhkan MU

Solskjaer memang memulai masa kepemimpinannya sebagai pelatih di Old Trafford dengan gemilang. 14 kemenangan dari 17 laga awal adalah bukti yang tak bisa disanggah lagi. Kendati demikian, pada penghujung musim pria kelahiran Norwegia itu gagal total. Ole cuma bisa mengantarkan Paul Pogba dan kawan-kawan finis di urutan enam klasemen akhir EPL.

Malasnya pemain MU mengover area lapangan adalah biang kerok penurunan performa itu.

"Semua orang tahu, untuk memenangkan pertandingan, setiap pemain butuh modal dasar bernama kebugaran. Tidak perlu terkejut ketika Anda bahkan mendengar Everton berlari lebih rajin ketimbang pemain-pemain kami," keluh Solskjaer setelah laga kontra Chelsea, menjelang akhir musim lalu.

Berdasarkan data SkySports, pemain-pemain penting macam Paul Pogba, Diogo Dalot, Luke Shaw, hingga Anthony Martial bahkan rata-rata berlari di bawah 10 kilometer per pertandingan. Angka ini jelas tidak ada apa-apanya, misalkan, jika dikomparasikan dengan penggawa Liverpool, Sadio Mane yang bahkan bisa berlari sekitar 10,3 kilometer per pertandingan.

Tak cuma soal jarak, dalam hal melakukan sprint, intensitas para penggawa MU sangat rendah. Masih menurut data yang sama, winger MU, Juan Mata rata-rata cuma melakukan 6,27 sprint per pertandingan. Romelu Lukaku, penyerang yang sempat digadang-gadang bakal jadi senjata andalan Setan Merah pun cuma melakukan 10,97 sprint pertandingan. Angka ini kontras dengan torehan Sadio Mane yang bisa melakukan 15,8 sprint per pertandingan, atau Mohamed Salah yang bahkan rata-rata mencatatkan 17,7 sprint per pertandingan.

Striker belia MU, Marcus Rashford memang punya rapor brilian dengan rata-rata 20 sprint per pertandingan. Namun jelas, hanya dengan satu orang rajin, lini depan MU tak akan bisa lebih mematikan dari Liverpool apalagi City.

Barangkali untuk memperbaiki rapor itulah Ole menjatuhkan pilihan rekrutan perdananya kepada Daniel James.

James adalah pemain yang tekun berlari di atas lapangan. Bukan cuma perihal ketekunan, statistik membuktikan musim lalu James bisa melakukan sprint sampai menembus kecepatan 37 kilometer per jam. Angka ini cuma berjarak tipis dari rekor yang ditorehkan Arjen Robben pada Piala Dunia 2014 (38 kilometer per jam) dan Cristiano Ronaldo di Piala Dunia 2018 (40 kilometer per jam).

Dengan kecepatan tersebut, James jelas bakal cocok buat menunjang pendekatan andalan Solskjaer: serangan balik cepat.

Dalam wawancara perdananya dengan klub, James mengakui dididik untuk bermain direct saat di Swansea, sebagaimana yang kerap dilakukan Ole musim lalu.

"Saya akan bilang bahwa saya adalah pemain direct. Saya tak suka jika sekadar melewati pemain, saya harus berada di belakang mereka," ujarnya.

James juga punya versatilitas jempolan. Kendati kerap berposisi ideal sebagai winger kiri, tak jarang dia bisa beroperasi di kanan. Gol kontra Brentford musim lalu adalah buktinya. Bahkan, menurut penuturan Giggs, dalam beberapa sesi latihan Wales dia menyimpulkan James juga piawai bermain di posisi nomor 10.

"Dia bisa bermain di banyak posisi, di manapun antara tiga terdepan, sungguh. Musim ini dia juga kerap bermain di depan bersama Swansea, hal yang tak banyak dia lakukan musim sebelumnya, tapi dia tetap tampak nyaman," tutur Ryan Giggs.

Kendala yang Harus Dipecahkan

Walau punya kecepatan menakjubkan yang berpeluang memenuhi kebutuhan Ole, bukan berarti James punya garansi bisa jadi pemecah masalah. Sejauh ini, James punya satu kelemahan krusial: penyelesaian akhirnya tak begitu menjanjikan.

Musim lalu dia cuma bikin enam gol dari 22 laga untuk Swansea, padahal jika melihat angka sentuhan bola dan tembakannya, bukan tidak mungkin dia mencetak gol dalam jumlah dua digit. Itupun James bermain di Divisi Championship, kompetisi yang levelnya jauh berada di bawah Premier League.

Dalam sebuah wawancara eksklusif dengan Telegraph Maret lalu, James pernah menuturkan secara terbuka bahwa Raheem Sterling adalah pemain yang ingin dia jadikan role-model.

"Dia sangat, sangat, sangat cepat dan menggunakan kecepatan itu dengan baik," ucapnya.

Sterling, yang sempat mengalami pula kendala dalam hal ketajaman, musim lalu berkembang pesat. Di bawah asuhan pelatih Manchester City, Pep Guardiola, eks penggawa Liverpool itu mampu menyumbang 17 gol dan lima assist di EPL.

Jika benar-benar ingin mengikuti jejak karier Sterling, yang perlu dilakukan Daniel James cukup jelas: mempelajari dan meniru bagaimana idolanya itu berkembang. Masalahnya, bisakah dia melakukan hal itu?

Baca juga artikel terkait LIGA INGGRIS atau tulisan lainnya dari Herdanang Ahmad Fauzan

tirto.id - Olahraga
Penulis: Herdanang Ahmad Fauzan
Editor: Mufti Sholih