Menuju konten utama

Dampak Terlalu Sering Mengganti Air Radiator dengan Air Biasa

Berikut ini dampak terlalu sering mengganti air radiator mobil dengan air biasa. 

Dampak Terlalu Sering Mengganti Air Radiator dengan Air Biasa
Ilustrasi air radiator. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Air menjadi penghantar panas yang baik dalam transfer heat. Namun, air keran maupun air mineral tidak sepatutnya digunakan untuk mengganti air radiator sebagaimana banyak terjadi di Indonesia. Air tersebut justru berpotensi menyebabkan korosi bahkan menimbulkan kerusakan lebih banyak.

Perawatan kendaraan mobil tidak melulu tentang pelumas. Banyak bagian-bagian lain yang harus dirawat dari mobil, salah satunya adalah pengecekan kondisi cairan pendingin atau radiator.

Radiator merupakan komponen sistem pendinginan mesin pada mobil. Website Wuling menuliskan bahwa radiator digunakan untuk memindahkan panas mesin mobil ke udara.

Lebih jelas, radiator menyebarkan campuran antibeku dan air yang melepaskan sebagian panas seraya menghirup udara dingin ke mesin mobil.

Dampak Terlalu Sering Mengganti Air Radiator dengan Air Biasa

Pengecekan cairan radiator mobil bersifat penting karena meminimalisir terjadinya overheat. Terlebih apabila dibiarkan, kerusakan radiator dapat menimbulkan permasalahan lain yang nantinya menguras banyak biaya.

Di Indonesia, pengecekan maupun penggantian radiator mobil harus senantiasa diperhatikan pengguna. Namun, cairan radiator tidak boleh diganti dengan air keran atau mineral.

Sebab air tersebut dapat memberikan dampak buruk bagi radiator mobil. Dilansir laman Antara News, Dhany Eka Saputra selaku Manager Promosi PT Autochem Industry mengungkapkan sebagai berikut:

“Pada dasarnya air memang memiliki transfer heat terbaik dalam menghantarkan panas. Namun jika pemilik kendaraan hanya menggunakan air keran atau mineral, tentu akan berpotensi terjadi korosi (karat) pada sistem pendinginan mesin. Untuk itu, perlu menggunakan radiator coolant yang memiliki aditif anti karat dan kandungan glycol di dalamnya".

Cairan pengisi radiator seperti glycol kandunganya harus diracik dengan tepat. Terlebih Indonesia adalah negara tropis yang memiliki musim yang berganti.

Maka dari itu, cairan radiator harus mampu menampung panas dengan baik, sehingga tidak terjadi pembekuan.

“Tapi glycol juga dapat meningkatkan titik didih, meski tidak seberapa. Sebagai contoh, jika ada konsentrat glycol sebanyak 50 persen saja hanya akan sanggup meningkatkan titik didih hingga 105,9 derajat Celcius pada tekanan 1 ATM” jelas Dhany.

Tidak hanya cairan yang tepat, radiator juga harus dibersihkan setidaknya setelah mobil menempuh jarak 30.000 k, atau 12 bulan sekali.

Kemudian, melakukan pengecekan selang radiator dari keretakan atau kebocoran juga tidak kalah penting. Pemeriksaan radiator selang dapat dilakukan setiap kali pengguna mengganti oli.

Baca juga artikel terkait RAGAM DAN HIBURAN atau tulisan lainnya dari Syamsul Dwi Maarif

tirto.id - Otomotif
Kontributor: Syamsul Dwi Maarif
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Yandri Daniel Damaledo