tirto.id - Menakut-nakuti anak kadang masih dilakukan oleh para orang tua dengan dalih agar sang buah hati menurut pada perintah mereka. Padahal, ini termasuk kesalahan dalam hal mendidik anak.
Anda mungkin pernah mendengar orang tua yang mengatakan, “Jangan nangis, nanti ditangkap polisi” atau “Di sana gelap, lho! Nanti ada laba-laba.”
Kalimat-kalimat tersebut memang terdengar sepele bagi orang dewasa, tapi justru memberikan efek negatif kepada anak-anak.
Pengaruh buruknya pun bisa bertahan dalam jangka waktu lama, bahkan sampai anak-anak beranjak dewasa.
Dampak Sering Menakuti Anak
Lalu, apa saja dampak buruk menakut-nakuti anak? Berikut penjelasannya seperti dikutip dari laman Siap Nikah BKKBN:
- Anak menjadi penakut
Anak yang sering ditakut-takuti akan tumbuh menjadi pribadi yang penakut dan tidak percaya diri. Di sisi lain, menakut-nakuti anak sebenarnya juga termasuk perbuatan melarang.
Karena sering dilarang melakukan ini dan itu, seorang anak jadi sering merasa ragu untuk melakukan sesuatu. Ia jadi tidak percaya diri, kreativitasnya terhambat, dan ia jadi takut mencoba hal-hal baru.
- Anak sering merasa cemas dan khawatir
Anak yang penakut akhirnya sering merasa cemas atau khawatir berlebihan. Hal ini akan berakibat fatal pada kemampuannya bersosialisasi.
Perasaan cemas dan takut akan membuat anak susah beradaptasi dengan lingkungan baru, bahkan sulit untuk berinteraksi dengan orang lain.
- Anak jadi stres dan kesehatannya terganggu
Menakut-nakuti dapat membuat anak menjadi stres. Mereka jadi lebih mudah takut terhadap hal-hal yang seharusnya tidak perlu ditakuti.
Rasa stres juga bisa membuat anak-anak sering bermimpi buruk. Parahnya lagi, hal ini dapat memberikan pengaruh negatif pada kesehatan mereka, baik secara mental maupun fisik.
- Anak jadi sangat bergantung pada orang tua
Menakut-nakuti hanya akan membuat anak-anak merasa tidak aman karena menurut mereka ada banyak hal yang menakutkan di dunia ini. Akibatnya, seorang anak menjadi sulit untuk mandiri dan akan selalu bergantung pada orang tua.
- Anak sulit membedakan antara kenyataan dan rekayasa
Bagi orang dewasa, kata-kata “hiii … di sana gelap, jangan ke sana” atau “kalau nakal, nanti disuntik dokter” adalah ucapan biasa.
Tapi jika kalimat ini dilontarkan pada anak kecil, mereka menanggapinya dengan serius dan beranggapan bahwa gelap dan dokter adalah hal-hal yang memang harus ditakuti.
Anak kecil belum bisa mencerna bahwa kalimat-kalimat tersebut hanyalah rekayasa yang dibuat orang tua dengan tujuan tertentu. Mereka belum paham bahwa pada kenyataannya, apa yang mereka takuti itu sebenarnya tidak berbahaya.
Ironisnya, hal ini justru akan merepotkan para orang tua di kemudian hari. Ketika anak-anak ditakut-takuti dengan profesi tertentu seperti dokter, mereka akan selalu ketakutan ketika diajak ke dokter.
Melarang Tanpa Menakut-Nakuti Anak
Ada banyak cara yang bisa dilakukan orang tua untuk membujuk anak-anak agar mau menuruti perintah mereka.
Dikutip dari laman Aisyiyah Karangmalang, memberi alasan yang masuk akal pada anak jauh lebih baik ketimbang menakut-nakuti.
Misalnya ketika anak tidak mau makan. Orang tua bisa menjelaskan bahwa makanan sangat diperlukan agar tubuh bisa tetap sehat.
Bila badan sehat, maka anak bisa bermain, belajar, atau melakukan aktivitas lainnya.
Atau ketika anak-anak melakukan hal yang berbahaya, sebaiknya tidak perlu menakut-nakuti. Berikan alasan yang rasional dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh anak-anak.
Cara seperti ini akan membuat anak berpikir lebih logis sekaligus paham tentang sebab dan akibat dari perbuatan mereka.
Membiasakan mendidik anak dengan kata-kata yang lembut dan positif juga akan membuat seorang anak tumbuh dengan mental yang kuat dan percaya diri.
Penulis: Erika Erilia
Editor: Dhita Koesno