tirto.id - Silaturahmi merupakan amalan yang diperintahkan dalam Islam. Bahkan Allah menjanjikan banyak kebaikan kepada hamba-Nya yang gemar menegakkan tali silaturahmi.
Dengan adanya silaturahmi, ukhuwah persaudaraan antar-muslim menjadi lebih erat.
Usaha-usaha yang dilakukan umat Islam untuk menegakkan silaturahmi akan dihitung sebagai kebaikan. Apalagi jika setiap muslim mengamalkan silaturahmi sebagai bentuk penghambaan diri kepada Allah, yakni dalam rangka 'melaksanakan perintah-Nya'.
Dengan demikian, akan banyak kebaikan yang diperoleh seorang muslim dan secara luas silaturahmi juga menjaga persatuan umat Islam.
Daftar Dalil tentang Silaturahmi
1. Dalil tentang Silaturahmi dalam Hadis Riwayat Bukhari
Mengutip dari laman Muhammadiyah, Islam menjunjung tinggi ukhuwah (persaudaraan) sesama manusia sebagai makhluk Allah Subhanau wa Ta'alaa. Rasulullah menyampaikan dalam hadisnya bahwa salah satu manfaat silaturahmi adalah diluaskan rezeki serta dipanjangkan usia. Manfaat ini telah disebutkan dalam HR. Bukhari berikut:
“Diriwayatkan dari Ibnu Sihab (di mana) telah menginformasikan padaku Anas bin Malik ra., bahwa Rasulullah saw bersabda: Barangsiapa yang suka diluaskan rezekinya dan dipanjangkan (sisa) umurnya, maka sambunglah (tali) kerabatnya,” (HR. Bukhari).
Melansir dari laman NU Online, ada beberapa pendapat terkait hadis di atas sebagaimana dijelaskan oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam Fathul Bari dan Al-Hafizh An-Nawai dalam Syarh Shalil Muslim.
Pertama, maksud dari penambahan usia dalam hadis tersebut untuk mengungkapkan kinayah (kiasan) mengenai berkahnya usia. Artinya, orang yang menjaga silaturahmi akan diberi kemampuan berbuat taat dan kemudahan melalui masa hidupnya dengan hal-hal yang memberi manfaat untuk kehidupan akhiratnya.
Kedua, penambahan usia sebagai makna hakiki, bukan kiasan. Dilansir dari laman NU Online, maksud penambahan usia dalam arti hakiki terkait dengan ilmu dan pengetahuan malaikat yang ditugasi Allah mengurusi usia. Adapun yang dijelaskan dalam ayat bahwa ajal tidak bisa dimajukan dan ditunda, maksudnya adalah yang terkait dengan ilmu Allah.
2. QS. Al-Baqarah: 177
Dilansir dari laman Muhammadiyah, membantu kerabat dekat (dzawi al-qurba), baik moril maupun materiil, dianjur-prioritaskan dari orang lain. Jangan sampai kita berbuat baik kepada orang lain, tetapi anggota keluarga sendiri justru terlantar.
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir [yang memerlukan pertolongan] dan orang-orang yang meminta-minta; dan [memerdekakan] hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar [imannya]; dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa,” (QS. Al-Baqarah/2: 177).
Ayat di atas menunjukkan keterkaitan dengan silaturahmi lantaran umat Islam diminta untuk memberikan harta yang dicintai salah satunya kepada kerabatnya. Allah mengkategorikan hal tersebut sebagai sebuah kebajikan.
Dalam memerhatikan kerabat ini faktor silaturahmi sangatlah diperlukan karena hubungan kekerabatan dapat naik-turun sebagai keimanan. Oleh karena itu, cara Islam menjaganya adalah melalui silaturahmi.
3. HR. Bukhari dan Muslim
Perintah mengenai silaturahmi telah banyak disampaikan melalui Al-Qur’an dan As-Sunah. Salah satu dalilnya, yakni HR. Bukhari dan Muslim berikut:
“Dari Abu Hurairah RA, dari Nabi Muhammad SAW ia bersabda, ‘Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya. Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia menjaga hubungan baik silaturahim dengan kerabatnya. Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam,’” (HR Bukhari dan Muslim).
Hadis di atas menunjukkan beberapa kriteria umat Islam yang dikatakan beriman kepada Allah dan hari akhir yang salah satunya adalah menjaga hubungan baik/ silaturahmi dengan kerabatnya. Hal ini menunjukkan penekanan betapa pentingnya menjaga silaturahmi dengan kerabat.
Hikmah Silaturahmi
Mengutip dari laman NU Online, Syekh Sulaiman Al-Bujairimi menyatakan setidaknya ada 10 keutamaan silaturahmi dengan mengutip beberapa hadis. Berikut merupakan pandangan Syekh Sulaiman Al-Bujairimi:
“Dalam silaturahim terdapat sepuluh hal terpuji,” (Syekh Sulaiman Al-Bujairimi, Hasyiyatul Bujairimi alal Khatib, [Beirut, Darul Fikr: 2007 M/1427-1428 H], juz III, halaman 272).
1. Memeroleh ridha Allah;
2. Membuat bahagia kerabat atau idkhlasul surur;
3. Membuat bahagia malaikat;
4. Melahirkan ingatan positif;
5. Membuat hati dan pikiran Iblis;
6. Menambah berkah umur;
7. Menambah keberkahan rezeki;
8. Membuat bahagia keluarga yang telah wafat;
9. Menambah muruah;
10. Menambah pahala setelah mereka yang menjaga silaturahmi wafat karena karena kerabat-kerabat akan menyebut kebaikannya semasa hidup.
Penulis: Nurul Azizah
Editor: Yulaika Ramadhani