tirto.id - Daftar tim tersukses di Olimpiade cabang olahraga (cabor) badminton menempatkan kontingen China di posisi teratas, kemudian Indonesia ada di peringkat 2. Kedua negara ini berpeluang kembali menambah koleksi medali bulu tangkis dari gelaran Olimpiade Paris 2024.
Bagi kontingen Indonesia, cabor badminton sudah menjadi langganan penyumbang medali emas. Indonesia nyaris selalu merebut emas sejak badminton dipertandingkan di Olimpiade Barcelona 1992. Hanya 1 edisi wakil Merah Putih gagal membawa pulang emas badminton, yaitu di Olimpiade London 2012.
Indonesia memulai tradisi emas dari pasangan yang lantas menjadi suami-istri, Alan Budikusuma dan Susi Susanti. Keduanya membawa pulang emas dari sektor tunggal putra dan tunggal putri di Barcelona 1992. Ini menjadi torehan termanis bagi Indonesia. Lantaran Olimpiade 1992 adalah satu-satunya Indonesia bisa membawa pulang 2 emas sekaligus.
Kemudian emas terakhir dipersembahkan pasangan ganda putri Greysia Polii/Apriyani Rahayu dari Olimpiade Tokyo 2020 (2021). Medali yang dipersembahkan Greysia/Apri terhitung sebagai emas ke-8 bagi Indonesia di ajang Olimpiade.
Tim Tersukses di Oimpiade Cabor Badminton: China dan Indonesia
Olimpiade cabor badminton masih menempatkan China sebagai kontingen tersukses, dengan raihan 20 emas. Supremasi China sebagai penguasa badminton Olimpiade dimulai sejak Atlanta 1996. Pasangan ganda putri Ge Fei/Gu Jun menjadi orang China pertama yang meraih emas di ajang badminton Olimpiade.
Dominasi China kian terasa memasuki dekade 2000-an. Di Sydney 2000, mereka memborong 4 dari 5 emas di nomor badminton. Masing-masing melalui Ji Xinpeng (tunggal putra), Gong Zhichao (tunggal putri), Ge Fei/Gu Jun (ganda putri), dan Zhang Jun/Gao Ling (ganda campuran).
Ketika edisi Athena 2004 dan Beijing 2008, China memborong 3 dari 5 emas. Kemudian dominasi makin terlihat saat Olimpiade London 2012, kontingen China menyapu bersih 5 emas nomor badminton.
Generasi emas 2012 milik China ditandai oleh Lin Dan (tunggal putra), Li Xuerui (tunggal putri), Cai Yun/Fu Haifeng (ganda putra), Tian Qing/Zhao Yunlei (ganda putri), dan Zhang Nan/Zhao Yunlei (ganda campuran), sebagai peraih emas.
Jika 2012 adalah masa kejayaan China, maka edisi tersebut jadi tahun paling kelam untuk kontingen Indonesia. Olimpiade 2012 menjadi kali pertama Indonesia gagal mendulang emas sejak edisi 1992. Bahkan 2012 juga tak menghasilkan perak maupun perunggu bagi kontingen bulu tangkis Merah Putih.
Sebelum Olimpiade 2012 kontingen Indonesia selalu berhasil merebut emas badminton. Dimulai dengan Alan Budikusuma (tunggal putra) dan Susi Susanti (tunggal putri) di Barcelona 1992. Rexy Mainaky/Ricky Subagja (ganda putra) di Atlanta 1996. Tony Gunawan/Candra Wijaya (ganda putra) di Sydney 2000.
Kemudian Taufik Hidayat (tunggal putra) di Athena 2004, Markis Kido/Hendra Setiawan (ganda putra) di Beijing 2008, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir (ganda campuran) di Rio 2016, dan Greysia Polii/Apriyani Rahayu (ganda putri) di Tokyo 2020.
Olimpiade edisi 2012 juga diwarnai dengan kekalahan Lee Chong Wei di final dari Lin Dan, dalam 2 edisi beruntun. Sebelum itu di final Beijing 2008, Lee juga kalah dari Lin. Hasil menyesakkan bagi Lee agaknya masih berlanjut, lantaran final edisi 2016 ia kembali kalah di final dari pemain China, Chen Long.
Olimpiade dan Kejuaraan Dunia memang seakan menjadi momok bagi Lee Chong Wei. Pasalnya, sekalipun berhasil mengoleksi total 46 gelar juara Super Series, Lee Chong Wei tak pernah bisa merengkuh medali emas dari Olimpiade dan Kejuaraan Dunia.
Kisah pilu Lee Chong Wei di Olimpiade juga selaras dengan nasib kontingen bulu tangkis Malaysia di ajang ini. Kendati mereka silih berganti melahirkan banyak pemain berbakat, pada faktanya sampai saat ini mereka belum pernah meraih emas Olimpiade.
Sementara itu dalam 2 edisi terakhir, yakni Olimpiade Rio 2016 dan Tokyo 2020 (2021), secara perlahan kontingen China mulai kehilangan dominasi mereka. China hanya sanggup merebut 2 emas dalam 2 edisi Olimpiade terakhir. Tapi terlepas dari itu, kontingen Negeri Tirai Bambu tetap menjadi yang paling diperhitungkan.
Selain deretan negara Asia yang terus menunjukan hegemoni, seperti China (20 emas), Indonesia (8 emas), dan Korsel (6 emas). Perlahan tim-tim Eropa juga memberikan perlawanan.
Dalam 2 edisi terbaru pada 2016 dan 2020, sudah ada 2 medali emas yang dibawa pulang ke Benua Biru. Masing-masing oleh tunggal putri asal Spanyol, Carolina Marin, edisi 2016. Lalu oleh tunggal putra asal Denmark, Viktor Axelsen, pada edisi 2020.
Tim Eropa butuh waktu sangat lama untuk kembali ke podium teratas Olimpiade cabor badminton. Pasalnya pertama kali negara Eropa mendapatkan emas terjadi saat Olimpiade Atlanta 1996, oleh tunggal putra asal Denmark, Poul-Erik Høyer Larsen.
Berikut daftar lengkap raihan medali sepanjang masa Olimpiade cabor badminton, sejak edisi 1992 sampai 2021:
Negara (IOC Code) | Emas | Perak | Perunggu | Total | |
1 | China (CHN) | 20 | 12 | 15 | 47 |
2 | Indonesia (INA) | 8 | 6 | 7 | 21 |
3 | Korea Selatan (KOR) | 6 | 7 | 7 | 20 |
4 | Denmark (DEN) | 2 | 3 | 4 | 9 |
5 | Jepang (JPN) | 1 | 1 | 2 | 4 |
6 | China Taipei (TPE) | 1 | 1 | 0 | 2 |
7 | Spanyol (ESP) | 1 | 0 | 0 | 1 |
8 | Malaysia (MAS) | 0 | 6 | 3 | 9 |
9 | Britania Raya (GBR) | 0 | 1 | 2 | 3 |
10 | India (IND) | 0 | 1 | 2 | 3 |
11 | Belanda (NED) | 0 | 1 | 0 | 1 |
12 | Rusia (RUS) | 0 | 0 | 1 | 1 |
Total | 39 | 39 | 43 | 121 |
Penulis: Dicky Setyawan
Editor: Oryza Aditama