tirto.id - Bismillaahirrahmaaniraahiim..
Assalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakatuh,
الْحَمْدُ للهِ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلىَ أَشْرَفِ الأَنْبِيَاءِ وَالـمُرْسَلِينَ وَعَلىَ آلِهِ وَأَصَحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ اِلَى يَومِ الدِّينِ، أَمَّا بَعْدُ
Segala puji bagi Allah. Salawat dan salam Allah semoga selalu tercurahkan kepada kepada junjungan kita, nabi agung Muhammad SAW beserta keluarganya, sahabatnya, dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik sampai hari kiamat. Amma ba’du ….
Hadirin kaum muslimin, jamaah Jumat rahimakumullah,
Alhamdulillah, hari ini kita dapat kembali berkumpul dalam majelis salat dan khotbah Jumat, 11 Februari 2022 yang insya Allah dirahmati Allah SWT. Dalam kesempatan kali ini, khotib akan membawakan tema mengenai kasih sayang dalam Islam.
Khutbah Jumat Soal Kasih Sayang dalam Islam
Hadirin kaum muslimin, jamaah Jumat rahimakumullah,
Islam merupakan agama yang mengajarkan kepada umatnya untuk selalu berperilaku kasih sayang, baik kepada keluarga, sesama maupun bagi seluruh alam. Ajaran ini bersifat penting dan dijunjung tinggi dalam agama Islam.
Rasulullah SAW sebagai suri tauladan yang baik (uswatun hasanah) pun diutus oleh Allah SWT untuk menebarkan kasih sayang bagi seluruh alam. Sebagaiman firman Allah dalam surah Anbiya ayat 107 yang berbunyi:
وَمَآ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا رَحْمَةً لِّلْعٰلَمِيْنَ - ١٠٧
Wa mā arsalnāka illā raḥmatal lil-'ālamīn
Artinya: Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam. (QS. Al Anbiya [21]:107)
Dalam ayat ini dijelaskan, bahwa Allah SWT melalui Rasulnya mengutus untuk menebarkan kasih sayang bagi seluruh alam, tidak hanya kepada sesama umat Islam, namun juga kepada siapa saja walaupun berbeda keyakinan.
Dilansir dari lamanNU Online, hal ini senada dengan pendapat Imam Thabari dalam Tafsir at-Thabrani juz 16 halaman 439 yang menjelaskan isi surah Anbiya ayat 107, bahwa Nabi Muhammad diutus Allah SWT untuk menebarkan kasih sayang bagi seluruh umat manusia, tanpa ada pengecualian, baik muslim maupun non-muslim.
Hal tersebut memang sudah seharusnya menjadi barang tentu, di mana seorang muslim selaku umat Nabi Muhammad SAW memiliki sifat untuk saling menyayangi kepada sesama.
Hadirin kaum muslimin, jamaah Jumat rahimakumullah,
Imam Bukhari dalam Shahih Bukhari Juz 1 hlm 11 meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda:
المُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ المُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ، وَالمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللَّهُ عَنْهُ
“Seorang Muslim adalah orang yang tidak melukai saudara Muslim lainnya baik dengan lisan dan tangannya, orang yang hijrah adalah orang yang meninggalkan larangan Allah SWT (HR. Bukhari)”.
Hadis diatas menerangkan, bahwa Nabi Muhammad SAW memberikan tuntutan kepada seorang muslim untuk menanamkan karakter kehidupan di masyarakat yang saling menghormati, menebar kasih sayang, tidak saling mendzalimi, tidak menghujat dan tidak memusuhi kepada sesama.
Hal-hal ini tentunya harus dipraktekan dalam tindakan maupun ucapan lisan. Perbuatan seperti menghujat dan memusuhi orang lain tidaklah mencerminkan perilaku sebagai seorang muslim. Perbuatan tercela seperti menghujat dan memusuhi justru akan menimbulkan perpecahan dan merenggakan persaudaran sesama muslim.
Dari Sahabat Abu Musa RA, Rasulullah SAW pernah bersabda mengenai hubungan antara muslim satu dengan lainnya yang berbunyi:
اَلْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا.
“Seorang Mukmin dengan Mukmin lainnya seperti satu bangunan yang tersusun rapi. Sebagiannya menguatkan sebagian yang lain.” Dan beliau ﷺ merekatkan jari-jemarinya. (HR. Al-Bukhari [no. 481, 2446, 6026], Muslim [no. 2585] dan at-Tirmidzi [no. 1928], dari sahabat Abu Musa al-Asy’ari Radhiyallahu ‘anhu).
Seorang muslim dengan muslim lainnya itu diibaratkan sebuah bangunan. Apabila menginginkan sebuah bangunan yang berdiri kokoh, maka harus diisi dengan perilaku saling menguatkan dan menyayangi satu sama lain. Tindakan-tindakan seperti mencela justru akan berdampak negatif dan hanya memicu pertengkaran yang tidak dibenarkan dalam ajaran Islam.
Hadirin kaum muslimin, jamaah Jumat rahimakumullah,
Perilaku kasih sayang tidak hanya memiliki dampak positif pada lingkungan di sekitar kita, namun juga akan menempatkan kita sebagai orang yang paling dekat dengan rahmat Allah SWT. Allah SWT akan menebarkan rahmat dan kasih sayang kepada orang-orang yang menebar kasih sayang kepada para makhluknya.
Begitupun orang-orang yang membenci dan berbuat aniaya kepada makhlukNya, Allah SWT tentunya akan membenci serta menjauhkan rahmatNya dari orang-orang dengan perilaku seperti itu. naudzubillah min dzalik…
Kemudian, perilaku dan sifat kasih sayang tidak hanya diberikan kepada kaum muslimin saja. Sikap seperti ini juga harus diterapkan kepada lawan. Lawan di sini diartikan dengan orang-orang yang memiliki keyakinan berbeda. Umat Islam harus senantiasa menunjukan sikap kasih sayangnya dengan bentuk toleransi yang tinggi dan menghargai perbedaan yang ada.
Dilansir dari lamanNU Online Jawa Timur, Imam Bukhari dalam Shahih Bukhari juz 4 hlm 175 meriwayatkan sebuah hadis, bahwa Nabi Muhammad SAW pernah menceritakan perilaku para nabi-nabi terdahulu, ketika mereka dilukai oleh para umatnya, Nabi mendoakan:
اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِقَوْمِيْ فَإِنَّهُمْ لاَ يَعْلَمُوْنَ
Artinya: Ya Allah, ampunilah umatku, karena mereka tidak tahu. (HR Bukhari)
Dalam perilaku tersebut menegaskan bahwa Nabi Muhammad bukanlah sosok yang pendendam, pembenci, dan penghujat. Nabi Muhammad SAW merupakan suri tauladan yang baik dengan sikap-sikapnya yang lemah lembut, felksibel, mudah akrab, dan mengutamakan kasih saya kepada umatnya.
Demikianlah khutbah Jumat pekan ini. Semoga kita semua dapat menjadi pribadi yang selalu mengedapkan sikap kasih sayang kepada siapapun demi memperoleh berkah serta ridho dari Allah SWT. Aamiin allahumma aamiin.
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Yulaika Ramadhani