tirto.id - Cina masih berusaha melakukan negosiasi garam dengan pihak Indonesia yang tak lain bertujuan bisa menjadi pemasok kebutuhan garam nasional bersama dengan Australia.
"Sampai sekarang kami masih terus kontak dengan Indonesia," kata Penyelia Pemasaran Zigong 9D Salt Industry Group Co Ltd, Xiao Yang, kepada Antara di Kota Zigong, Provinsi Sichuan, Kamis (16/11/2017).
Pihaknya mengaku sudah lama melakukan negosiasi terkait harga dan volume garam dengan pihak Indonesia.
"Namun sampai sekarang belum ada titik temu soal harga. Padahal harga yang kami tawarkan sangat kompetitif," ujarnya tanpa menyebut besaran harga yang dimaksud.
Menurut Yang, garam yang diproduksinya tidak berbeda dengan garam dari Australia yang sama-sama dihasilkan dari lokasi tambang.
"Tapi kami punya keunggulan budaya dan sejarah yang sangat panjang hingga saat ini kami masih terus memproduksi garam," katanya.
Zigong 9D Salt Industry Group yang berlokasi di pinggiran Kota Zigong itu mampu memproduksi hampir 4 juta ton garam per tahun.
Selain untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri Cina, kelompok perusahaan yang sepuluh tahun lalu telah berubah status dari perusahaan milik negara menjadi swasta itu juga mengekspor garam ke Jepang, Taiwan, Vietnam, Malaysia, dan Jerman.
"Harga yang ditawarkan pemerintah Indonesia masih belum kompetitif dibandingkan dengan tawaran negara lain," kata Xiao Yang.
Berdasarkan data di Kementerian Perdagangan RI, pemerintah memiliki jatah impor garam konsumsi sebanyak 226.124 ton pada tahun ini.
Produksi garam rakyat di sejumlah wilayah pesisir Nusantara anjlok dari normalnya sebesar 166 ribu ton per bulan menjadi hanya 6.200 ton per bulan. Akibat turunnya produksi, harga garam di sejumlah daerah sempat melonjak.
Untuk mengatasi hal itu, pada bulan Agustus lalu pemerintah melalui PT Garam mendatangkan garam dari Australia sebanyak 75 ribu ton.
Zigong merupakan salah satu kota penghasil garam terbesar di daratan Tiongkok. Seiring dengan perkembangan teknologi, sebagian lokasi pertambangan garam rakyat di kota itu dijadikan museum lengkap dengan peralatan manualnya.
Industri garam di kota yang berjarak sekitar 195 kilometer sebelah selatan Ibu Kota Provinsi Sichuan di Chengdu itu pertama kali dikembangkan secara tradisional pada tahun 1736 pada masa Dinasti Qing.
Zigong yang lokasinya berada di cekungan lembah Sichuan memiliki cadangan garam bawah tanah yang melimpah sehingga dikenal sebagai "Kota Garam".
Penulis: Maya Saputri
Editor: Maya Saputri