Menuju konten utama

Cina Kerahkan Kapal Perang Menuju Laut Cina Selatan

Kapal induk beserta lima kapal perang lain milik Cina memasuki bagian utara Laut Cina Selatan pada Senin (26/12/2016) setelah melewati bagian selatan Taiwan, kata Kementerian Pertahanan Taiwan. Cina mengklaim kegiatan itu bagian dari latihan militer.

Cina Kerahkan Kapal Perang Menuju Laut Cina Selatan
Kapal perang Cina.foto/shutterstock

tirto.id - Kapal induk beserta lima kapal perang lain milik Cina memasuki bagian utara Laut Cina Selatan pada Senin (26/12/2016) setelah melewati bagian selatan Taiwan, kata Kementerian Pertahanan Taiwan. Cina mengklaim kegiatan itu bagian dari latihan militer.

Gertakan Cina ini terjadi di tengah ketegangan antara Cina dan Taiwan, menyusul menyusul sambungan telepon dari presiden terpilih AS Donald Trump dengan presiden Taiwan. Hal ini membuat marah Beijing.

Kapal induk Liaoning buatan di masa Soviet itu mengikuti sejumlah latihan sebelumnya, termasuk beberapa di Laut Cina Selatan, namun Cina belum dapat menyamai tingkat operasi kapal induk seperti yang dimiliki AS selama beberapa dasawarsa.

Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan pelayaran kapal Cina itu melewati bagian tenggara dekat Kepulauan Pratas, yang berada di bawah kendali Taiwan, dan mengarah ke arah barat daya.

Armada kapal induk itu sebelumnya melewati titik paling selatan Taiwan sejauh 90 mil laut melalui Selat Bashi, yang menghubungkan Taiwan dengan Filipina.

"Tetap waspada dan fleksibel selalu menjadi langkah normal untuk mempertahankan keamanan wilayah udara," kata juru bicara kementerian, Chen Chung Chi, yang menolak mengatakan apakah pesawat tempur atau kapal selam Taiwan dikerahkan.

Chen mengatakan kementerian itu terus "memantau dan memahami keadaannya".

Anggota parlemen dari kubu oposisi Taiwan, Johnny Chiang, mengatakan latihan kapal Liaoning itu merupakan sinyal Cina untuk Amerika Serikat bahwa mereka telah melewati "rangkaian pulau pertama", wilayah mencakup Kepulauan Ryukyu milik Jepang dan Taiwan.

Di Beijing, juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina Hua Chunying mengatakan bahwa orang-orang sebaiknya tidak mengetahui terlalu banyak terkait apa yang dilakukan oleh kapal itu, karena pergerakannya masih dalam cakupan hukum.

"Kapal Liaoning kami akan bergerak sesuai dengan hukum kebebasan bernavigasi dan penerbangan seperti yang ditentukan dalam hukum internasional, dan kami berharap semua pihak dapat menghormati hak Cina ini," katanya dalam pengarahan berita harian.

Tabloid berpengaruh milik negara, "Global Times", mengatakan pelatihan itu menunjukkan bagaimana kapal induk tersebut meningkatkan kemampuan tempur dan bahwa mereka harus berlayar lebih jauh.

"Armada Cina akan berlayar menuju Pasifik Timur cepat atau lambat. Saat armada kapal induk Cina tiba di pantai AS suatu saat, itu akan memicu pemikiran besar terkait kekuasaan maritim," kata surat kabar itu dalam tulisannya.

Cina belakangan dibuat marah oleh ronda angkatan laut AS di dekat sejumlah pulau, yang didaku sebagai bagian dari Cina di Laut Cina Selatan. Pada bulan ini, kapal angkatan laut Cina menyita sebuah pesawat nirawak selam AS di Laut Cina Selatan, yang kemudian dikembalikan.

Jepang mengatakan pada Minggu malam bahwa mereka mendapati enam kapal angkatan laut Cina termasuk kapal induk Liaoning yang bergerak melalui jalur antara Miyako dengan Okinawa dan memasuki Samudera Pasifik.

Juru bicara pemerintahan Jepang mengatakan pada Senin bahwa perjalanan itu menunjukkan perkembangan kemampuan militer Cina dan Jepang memantaunya dengan seksama.

Angkatan udara Cina menjalankan latihan jarak jauh pada bulan ini di atas Laut Cina Timur dan Selatan, yang memicu kekhawatiran dari Jepang dan Taiwan. Cina mengatakan bahwa kegiatan itu merupakan bagian dari latihan rutin.

Pada Desember lalu, kementerian pertahanan memastikan bahwa Cina membangun kapal induk kedua namun waktu peluncurannya belum jelas. Program kapal induk itu adalah rahasia negara.

Beijing mampu membangun sejumlah kapal induk dalam waktu 15 tahun ke depan, kata Pentagon dalam laporannya pada tahun lalu.

Cina mendaku sebagian besar Laut Cina Selatan, yang dilalui kapal perdagangan senilai lima triliun dolar AS tiap tahun. Brunei Darussalam, Malaysia, Filipina, Taiwan dan Vietnam juga memiliki pengakuan, yang tumpang-tindih, demikian Reuters seperti ditulis Antara.

Baca juga artikel terkait HARD NEWS atau tulisan lainnya dari Agung DH

tirto.id - Politik
Reporter: Agung DH
Penulis: Agung DH
Editor: Agung DH