Menuju konten utama

Cerita Pedagang Pasar Minggu: Sudah Kena Corona, Kios Terbakar Pula

Beberapa pedagang Pasar Minggu bercerita bagaimana mereka melewati Ramadan tahun ini dengan sulit. Awal bulan lalu mereka dilanda kebakaran.

Cerita Pedagang Pasar Minggu: Sudah Kena Corona, Kios Terbakar Pula
Warga mengamati puing yang hangus terbakar di Blok C Pasar Inpres Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Selasa (13/4/2021). ANTARA/Dewa Wiguna.

tirto.id - Pada Senin 12 April 2021 ada 392 kios Pasar Inpres Pasar Minggu Jakarta Selatan hangus terbakar oleh api. Petaka tersebut terjadi ketika umat Islam hendak menjalani tarawih pertama Ramadan tahun ini.

Kerugian yang dialami Irma, salah seorang pedagang di sana, berlipat karena sore sebelum kebakaran ia dan suaminya baru saja membeli stok rempah dan sayur.

“Saya sudah stok banyak bahan kering seperti gula Jawa 50 kg, bawang-bawangan beberapa macam--ada kali satu kuintal. Ya, bahan kering begitu, kayak kemiri, pokoknya sudah stok banyaklah kami,” Irma bercerita kepada reporter Tirto, Senin (10/5/2021).

Ketika kebakaran tak semua bisa dia selamatkan. “Enggak bisa kami ambil lagi karena apinya sudah besar.”

Modal untuk membeli bahan-bahan tersebut sekitar Rp20 juta. Uang tersebut ia kumpulkan susah payah karena penjualan sayur turun pada masa pembatasan sosial selama pandemi COVID-19. “Selama pandemi kan pelanggan jarang belanja ke pasar. Pendapatan pun selama satu tahun kemarin juga sudah turun drastis,” kata dia.

Jika pada 2019 Irma dan suaminya bisa mendapat Rp4 juta/hari dari berjualan sayur, selama pandemi yang dimulai sejak Maret 2020 ia hanya bisa mendapat setengahnya. Kondisi ini bertambah buruk saat lapak tempat penyimpanan dan berjualan di pasar inpres terbakar. Irma hanya bisa mengantongi Rp1 juta/hari. “Sekarang Rp1 juta saja sudah besar,” katanya.

Susutnya omzet juga karena lapak baru yang ia tempati sepi pengunjung. Saat ini Irma menyewa kios seharga Rp300 ribu/bulan di gedung sebelah pasar inpres yang terbakar. “PKL di depan itu enggak diusir, jadi jualan sayur saya ini sedikit yang beli,” kata dia. “Kami belum diberikan kepastian kapan kios akan diperbaiki.”

Irma tak sendirian. Ada pula Nuriyati yang lapaknya saat ini berada di sebelah Irma. Nuriyati yang merupakan pedagang plastik juga mengalami kerugian parah. Stok plastik yang sudah ia beli hangus terbakar.

“Modal saya pas beli itu Rp30 juta karena yakin akan ramai orang dagang takjil saat Ramadan,” kata dia kepada reporter Tirto, Senin.

Nuriyati juga mengatakan belum mengetahui kapan lapaknya akan direhabilitasi. Untuk sementara ia menempati lapak baru di gedung sebelah Pasar Inpres Pasar Minggu. “Sekarang jual seadanya. Langganan, kan, tahunya kami jualan di tempat biasa enggak pindah-pindah. Nah ini kami pindah,” kata dia.

Ada pula Kusmanto, pedagang di Blok C Pasar Inpres Pasar Minggu, yang dilaporkan Antara mengalami kerugian Rp50 juta. Sehari sebelum kebakaran ia sudah membeli barang dagangan seperti bawang merah, bawang putih, lada, gula merah, dan bumbu dapur lain untuk mengisi lapak di lantai satu.

Barang dagangan itu biasanya habis kurang dari satu pekan karena permintaan meningkat memasuki Ramadan. Pria yang tinggal di Pasar Minggu itu pun kini pasrah dan belum memiliki rencana lanjutan.

Begitu juga dengan pedagang sembako Deden. Ia mengaku belum menghitung kerugian, namun diperkirakan lebih dari Rp50 juta.

Meski para pedagang korban kebakaran sudah mulai menempati lokasi baru, namun kondisi itu tak cukup membantu. Saat ini mereka kesulitan modal untuk kembali memulai usaha, pun lokasi dagang tak terlalu ramai pengunjung.

Wakil Ketua Umum DPP Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Sarman Simanjorang mengatakan pemerintah harus menyediakan solusi terbaik untuk para pelaku usaha apalagi karena kerugian mereka berlipat. Sebelum kebakaran ini, pedagang sudah menderita karena Corona menurunkan penjualan sepanjang 2020.

“Penjualan pedagang pasar ini turun selama 2020, terlebih dulu kan ada klaster di pasar-pasar tradisional,” kata dia kepada reporter Tirto, Selasa (11/5/2021).

Menurutnya menjelang Lebaran gairah ekonomi sebenarnya sudah cukup bagus; kenaikannya sangat signifikan. Hanya saja sekarang pemerintah perlu mengendalikan agar harga-harga pokok tetap terjangkau.

Kalaupun naik, tidak lebih dari 10%. “Kalau sudah di atas 10% nanti daya beli akan terganggu,” kata dia.

Sarman juga meminta agar PD Pasar Jaya berbenah karena kebakaran bukan kali pertama terjadi. Berdasarkan data yang dihimpun Tirto, pada 14 April 2021 dua pasar di Jakarta mengalami kebakaran dalam sepekan. Pada Kamis malam, Pasar Kambing di Kebon Melati, Tanah Abang, hangus dilalap si jago merah. Kebakaran kembali terjadi di blok C Pasar Inpres Pasar Minggu.

“PD Pasar Jaya harus secara rutin melakukan maintenance. Jadi harus cek rutin aliran-aliran listrik yang ada di masing-masing pasar. Apakah itu mungkin enam bulan sekali, misalnya. Kemudian hidrannya diamankan dan mungkin ada alat pemadam kebakaran untuk tindakan preventif,” usulnya.

Sampai dengan naskah ini tayang Direktur Utama (Dirut) PD Pasar Jaya Arief Nasrudin belum menanggapi telepon dan WhatsApp reporter Tirto.

Baca juga artikel terkait PEDAGANG PASAR atau tulisan lainnya dari Selfie Miftahul Jannah

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Selfie Miftahul Jannah
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Rio Apinino