Menuju konten utama

Cara SBY Menyikapi Demonstrasi Saat Masih Jadi Presiden

SBY mengeluhkan demonstrasi di rumah pribadinya. Bagaimana saat masih di istana?

Cara SBY Menyikapi Demonstrasi Saat Masih Jadi Presiden
Ilustrasi. Salah satu peristiwa demo yang ditujukan pada SBY pada momen pemerintahan SBY enam tahun atau saat kepemimpinan SBY periode kedua pada 20 Oktober 2010 di depan Istana Negara. FOTO ANTARA/Andika Wahyu

tirto.id - Pemandangan tak biasa terlihat di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, pada Senin (6/2/2017) siang menjelang sore. Serombongan mahasiswa yang berjumlah kurang lebih 300-an dan berjaket almamater warna-warni menyambangi kediaman pribadi Presiden RI keenam Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Di tengah tensi politik yang memanas di ibukota, pihak kepolisian menyesalkan aksi ini sebab mereka tak mengantongi surat pemberitahuan.

SBY tak menemui para pendemo. Sepanjang sore hari, sang Ketua Umum Partai Demokrat justru menumpahkan kegelisahannya melalui akun Twitter pribadinya, @SBYudhoyono. Cuitan pertama pada pukul 15.05 berbunyi penyampaian kabar bahwa rumahnya sedang “digrudug” ratusan orang dan mereka berteriak-teriak. Tiga menit kemudian cuitan kedua muncul, berisi tentang Undang-undang yang melarang unjuk rasa di rumah pribadi dan keprihatinan SBY bahwa ia tak mendapat informasi apapun dari pihak kepolisian.

Cuitan selanjutnya adalah cerita tentang kabar yang SBY dengar bahwa di Kompleks Pramuk Cibubur ada provokasi dan agitasi terharap mahasiswa untuk menangkap dirinya. Lalu ia bertanya kepada Bapak Presiden RI Joko Widodo beserta Kapolri Tito Karnavian, “Apakah saya tidak memiliki hak untuk tinggal di negeri sendiri, dengan hak asasi yang saya miliki?”.

SBY, sebagaimana cuitan terakhirnya pada pukul 15.13, hanya bermaksud meminta keadilan. Tak lebih. Sedangkan perkara keselamatan jiwanya, ia sepenuhnya serahkan kepada Allah SWT. Tak lupa, ia selalu menyelipkan simbol *SBY* di akhir cuitan, tanda bahwa kicauan di twitter itu benar-benar darinya, bukan yang lain.

SBY membuat akun Twitter pada tahun 2013 atau setahun sebelum ia merampungkan periode kedua di Istana Negara. Di tahun-tahun sebelumnya ia belum dikenal publik sebagai politisi yang gemar mencuit di media sosial. Meski demikian, aksi enggan menemui pendemo pernah dilakukan beberapa kali oleh SBY. Baik demo besar yang melibatkan massa dengan jumlah ribuan hingga demontrasi oleh segelintir aktivis pemerhati kondisi bangsa.

Korupsi, 100 Hari, dan Sondang Bakar Diri

Pada tanggal 29 Desember 2009 atau tiga bulan sejak ia menjalankan Kabinet Indonesia Bersatu jilid II, serombongan massa yang diinisiasi oleh Gerakan Indonesia Bersih (GIB) bergerak untuk menggelar unjuk rasa di Istana Negara di Jalan Merdeka Utara. Jumlah massa kala itu ditaksir mencapai ribuan. Sayang, SBY tak menemui pengunjuk rasa sebab sedang berada di Bali untuk acara internal. SBY bahkan sempat mencurigai aksi tersebut ditunggangi kepentingan politik tertentu, bukan murni anti korupsi.

Aksi besar kedua terselenggara pada 28 Januari 2010 untuk memperingati 100 Hari Pemerintahan SBY jilid dua. Ribuan orang berunjuk rasa di depan Istana Negara dan menyalurkan aspirasinya terkait lima isu. Dua di antaranya tuntutan melindungi ketahanan dan kedaulanan ekonomi nasional dan ketidakmampuan rezim SBY, yang kala itu diwakili Jusuf Kalla, dalam memberantas maraknya aksi korupsi dan menegakkan Indonesia sebagai negara hukum.

Ketidak hadiran SBY untuk menemui para pengunjuk rasa kali itu disebabkan karena Pepo, panggilan akrab Ani Yudhoyono padanya, sedang berada di Banten, Jawa Barat. Di provinsi yang saat itu dipimpin oleh Ratu Atut Khosiyah, SBY menghadiri acara peresmian Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).

Tak hanya aksi-aksi besar, SBY juga tak menemui seorang aktivis muda bernama Sondang Hutagalung yang berunjuk rasa di depan Istana Merdeka Jakarta pada hari Rabu tanggal 7 Desember 2011. Sondang adalah Ketua Himpunan Aksi Mahasiswa Marhaenisme untuk Rakyat Indonesia (Hammurabi). Ia dikenal aktif berunjuk rasa yang diinisiasi “Sahabat Munir” dan rajin mengadvokasi kasus-kasus pelanggaran HAM. Ia bahkan pernah bergabung dalam aksi teatrikal pembunuhan Munir di mana ia kala itu berperan sebagai si pembunuh.

Unjuk rasa Sondang di depan Istana didasari oleh kekecewaan yang mendalam terhadap ketidakadilan dan kemiskinan yang menghimpit rakyat Indonesia. Aksi teatrikal yang dimainkan Sondang kala itu lantas merenggut nyawanya: ia membakar dirinya sendiri. Sondang sempat dilarikan ke rumah sakit. Namun nyawanya tak dapat diselamatkan akibat luka bakar di tubuhnya melebihi 90 persen.

Infografik Jejak Pepo Cueki Demo

BBM, Buruh, dan Desakan Turun

Sejarah mencatat SBY pernah empat kali menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Setiap kali rencana tersebut menyebar ke publik, unjuk rasa penentangan muncul di ibukota dan daerah-daerah lain. Demo menolak kenaikan harga BBM tanggal 28 Maret 2012 di Jakarta terpusat di tiga tempat, yaitu di Istana Negara, Monas, dan gedung DPR/MPR. Demo yang mayoritas diikuti oleh elemen mahasiswa dan buruh itu tak ditemui langsung oleh SBY.

Demo yang berbeda dan juga tak ditemui SBY pernah dilancarkan oleh Majelis Kedaulatan Rakyat Indonesia (MKRI) di bawah Ketua Presidium Ratna Sarumpaet. Unjuk rasa yang terjadi pada 25 Maret 2013 itu menuntut SBY turun dari jabatannya dan MKRI berniat membentuk pemerintahan transisi. SBY kala itu justru pada pukul 14.30 bertolak ke Bali mealui Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur.

Lalu pada 17 Juni 2013, demo kenaikan harga BBM pecah di dua tempat, yaitu di depan gedung DPR dan di Istana Negara. Peserta unjuk rasa mencapai puluhan ribu dan semua suara sepakat untuk menentang kenaikan harga BBM. Kenaikan itu dinilai akan semakin menyengsarakan masyarakat terutama lapisan kelas bawah yang sudah kesulitan akibat kenaikan harga bahan pokok.

SBY juga tak menemui pendemo karena menjamu tamunya dari Cina dan kepala pemerintahan negara tentangga. SBY mendapat kunjungan dari delegasi Secretary of the Communist Party of China (CPC) Guangxi Committee and Chairman of the Standing Committee of Guangxi People's Congress. SBY akan menyambut kedatangan Perdana Menteri Papua Nugini, Peter Charles Paire O'Neill beserta istri Lynda May Babao.

Tak ketinggalan pula demo buruh yang pasti terjadi di tanggal 1 Mei sebagai Hari Buruh. Unjuk rasa besar-besaran pada 1 Mei 2013 sudah dsiapkan jauh hari dan Istana Negara menjadi salah satu tujuan aksi. Mereka yang meramaikan May Day dinyatakan oleh Majelis Pekerja Buruh Indonesia (MPBI) berjumlah mencapai 150.000 buruh dan berasal dari daerah-daerah penyangga Jakarta seperti Bekasi hingga Tangerang.

Kepada para pendemo ia hanya menyarankan untuk tetap tertib dan kondisif. SBY hanya khawatir, jika tidak tertib, apa yang ingin disampaikan para buruh tak sampai kepadanya.

Di mana SBY saat itu? Sekali lagi ia tidak di Jakarta. SBY terbang ke Surabaya.

Baca juga artikel terkait DEMONSTRASI atau tulisan lainnya dari Akhmad Muawal Hasan

tirto.id - Politik
Reporter: Akhmad Muawal Hasan
Penulis: Akhmad Muawal Hasan
Editor: Zen RS