tirto.id - Kosmetik, produk kecantikan hingga produk perawatan pribadi seperti lotion sampai krim wajah menjadi salah satu kebutuhan utama bagi sebagian orang.
Bahkan, menurut laman Piedmont.org rata-rata perempuan ternyata dalam satu hari bisa menggunakan 12 produk perawatan pribadi yang mengandung 168 bahan setiap hari sedangkan pria menggunakan rata-rata enam produk dengan sekitar 85 bahan unik setiap hari.
Namun, sayangnya tak sedikit produk yang justru mengandung bahan berbahaya dan tentu bisa berdampak pada kesehatan kita.
"Apa yang Anda kenakan di tubuh Anda sama pentingnya dengan apa yang Anda masukkan ke dalam tubuh Anda," kata Donna Mitchell, seorang fasilitator di Cancer Wellness.
“Banyak bahan kimia dalam produk kecantikan diserap ke dalam aliran darah. Penelitian menunjukkan bahwa efek kumulatif dari penggunaan sehari-hari selama beberapa tahun dapat berdampak pada kesehatan Anda," tambahnya.
Salah satu bahan berbahaya yang kadang kita jumpai dalam produk kecantikan hingga perawatan kulit adalah merkuri dan biasanya produk tersebut belum terdaftar secara resmi di BPOM.
Penggunaan merkuri untuk perawatan kulit dan wajah memang tidak direkomendasikan. Efek samping dari penggunaan kosmetik yang mengandung merkuri memang tidak langsung dan baru akan terlihat dalam waktu dua hingga sepuluh tahun kemudian.
Merkuri adalah salah satu jenis logam yang memang banyak kita temukan di alam dan di sekitar kita, seperti pada bebatuan, tanah, biji tambang, air dan udara sebagai senyawa anorganik dan organik.
Penggunaan merkuri dalam krim maupun kosmetik memang tidak direkomendasikan bahkan sudah dilarang di beberapa negara termasuk Indonesia lantaran bahan kimia tersebut mudah diserap oleh kulit dan bisa masuk ke dalam aliran darah.
Selain itu, merkuri juga mengandung senyawa klorida yang bisa melepaskan asam klorida. Efeknya tentu bisa menyebabkan pengelupasan pada lapisan epidermis kulit. Merkuri juga bersifat korosif, sehingga penggunaannya bisa membuat lapisan kulit menipis.
Cara memilih kosmetik, produk kecantikan dan perawatan pribadi yang aman menurut dokter kulit
Lantas bagaimana cara memilih kosmetik, produk kecantikan dan perawatan pribadi yang aman untuk digunakan dan bebas merkuri?
Dokter spesialis kulit dan kelamin dr. Listya Paramita, Sp.KK membagikan tips bagi konsumen dalam memilih produk kosmetik yang aman untuk mencegah kemungkinan efek jangka panjang ketika digunakan pada kulit, di antaranya.
1. Pastikan sudah ada nomor izin edar dari BPOM
“Nomor satu, jelas dan tidak bisa ditawar, kalau kita mau membeli produk-produk yang ada di Indonesia yang aman dan legal itu jelas yang ada nomor izin edar BPOM-nya. Kita bisa cek nomor di website atau aplikasi,” kata dokter lulusan Universitas Gadjah Mada (UGM) itu seperti dilansir dari Antara.
2. Jika kosmetik merupakan produk dari luar negeri pastikan legalitas produk tersebut
Listya juga mengingatkan agar konsumen tetap memastikan legalitas produk buatan luar negeri dengan mengecek nomor izin edar yang diterbitkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan setempat, misalnya produk buatan Amerika maka legalitasnya dapat dicek melalui Food and Drug Administration (FDA).
3. Penjual produk kosmetik ilegal biasanya menggunakan alasan tak masuk akal
Menurutnya, berdasarkan pengalaman pasien yang ia tangani, Listya mengatakan penjual kosmetik ilegal masih mengeluarkan dalih bahwa nomor izin edar Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) produk mereka sengaja disembunyikan agar tidak ditiru oleh kompetitor.
“Itu jawaban yang aneh banget. Tidak ada ceritanya nomor BPOM disembunyikan. Itu kan aturan untuk bisa dijual secara bebas dan legal,” ujarnya.
Bahkan, ada pula penjual yang berdalih nomor izin edar produk masih dalam proses tetapi telah memiliki hasil uji laboratorium. Jika menemukan dalih seperti ini, Listya menganjurkan agar konsumen menunda untuk membeli produk tersebut sampai izin dari BPOM diterbitkan untuk menghindari pengelabuan oleh penjual-penjual yang nakal.
4. Cek dan pastikan kelengkapan komponen dalam kemasan produk
Selain mengecek nomor izin edar, Listya mengingatkan agar konsumen selalu memastikan kelengkapan komponen yang tertera pada kemasan produk, mulai dari nama produk, komposisi dan bahan, tanggal kedaluwarsa, cara penggunaan, nama produsen, serta tempat produksi.
Selain itu, ia juga menganjurkan agar konsumen menghindari produk kosmetik dalam kemasan polos dan terkesan asal-asalan, bahkan dalam kemasan plastik kiloan dengan tekstur dan warna yang pekat.
5. Jangan tergiur testimoni
Listya menegaskan dan mengimbau agar konsumen tak mudah percaya atau tergiur dengan testimoni hingga janji-janji yang tak masuk akal dari produk tersebut.
“Kemudian tidak tergiur testimoni, janji-janji yang spektakuler, sudah (tinggalkan), tidak ada ceritanya bisa seperti itu. Misalnya, janji bisa memutihkan dalam 30 hari dan permanen, itu kan jelas tidak masuk akal. Gunakan logika, jangan mudah termakan iklan di media sosial atau di media-media manapun,” ujarnya.
Listya menyayangkan stigma “cantik harus berkulit putih” masih diamini oleh masyarakat. Stigma tersebut kemudian diikuti kehadiran iklan-iklan yang mengiming-imingi konsumen dengan produk-produk yang bisa memutihkan kulit secara instan. Padahal, tidak ada yang salah dengan warna kulit tertentu.
“Akibat iklan-iklan pemutih yang begitu masif, orang juga masih mengidam-idamkan kulit putih. Kadang-kadang mereka gelap mata jadi membeli barang-barang ilegal,” ujarnya.
Ketika seseorang menggunakan produk-produk ilegal, Listya menegaskan bahwa risiko yang besar bisa terjadi terutama kerusakan kulit dengan efek jangka panjang.
“Yang berbahaya ini sudah tidak diperkenankan. Jadi kalau dia sudah ber-BPOM, jelas dia tidak punya kandungan-kandungan ini (berbahaya). Tapi yang ilegal dan dijual asal-asalan, yang tidak tahu produsennya dari mana, bahan-bahan berbahaya masih sering dicampurkan,” katanya.
6. Pilih produk yang lebih banyak mengandung bahan alami
Dilansir dari laman Safe Cosmetics.org pilihlah produk kecantikan dengan bahan yang lebih alami dan lebih sedikit mengandung bahan kimia sintetis. Hindari juga produk yang mengandung wewangian sintetis karena bisa saja ini memicu alergi pada sebagian orang.
Editor: Iswara N Raditya