tirto.id - Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang terjadi akibat infeksi virus dengue. Virus ini masuk ke dalam tubuh lewat perantaraan (carrier) nyamuk Aedes aegypti. Virus tersebut mudah berkembang di negara beriklim tropis dan subtropis sehingga risiko kejadian penyakit sangat tinggi.
DBD merupakan penyakit yang berbasis lingkungan. Mengutip laman Yankes Kemenkes, angka kejadiannya bisa diturunkan dengan melakukan tindakan pengendalian vektor pemicunya.
Vektor DBD adalah penyakit Aedes aegypti sehingga pencegahannya dengan berusaha meminimalkan perkembangbiakannya.
Nyamuk Aedes aegypti berkembang biak di air tergenang dengan mengeluarkan setidaknya 100-200 telur dalam sekali proses bertelur.
Perkembangan telur sampai menjadi dewasa butuh waktu 7-10 hari. Setelah itu, nyamuk Aedes aegypti akan terbang ke alam bebas yang salah satu aktivitasnya menghisap darah makhluk hidup.
Ciri nyamuk ini yaitu berfisik kecil dengan warna khas hitam-putih terutama pada kakinya. Hewan ini dengan mudah ditemukan di daerah Amerika Tengah, Amerika Latin, Asia Tenggara, dan Pasifik Barat.
Fase penyakit DBD dan pengobatannya
Saat tubuh seseorang terinfeksi virus dengue dari gigitan nyamuk Aedes aegypti, dirinya akan mengalami hematoma dengan jumlah trombosit sangat rendah. Gejala klinis berupa kebocoran plasma terjadi selama kurang lebih 48 jam dan volume sirkulasi menurun. Kejadian perdarahan dapat juga muncul sebagai gejala.
Situs Pemkot Surakarta menyebutkan, penyebab DBD memiliki tiga fase kritis. Fase tersebut meliputi:
1. Fase demam
Fase ini ditandai dengan demam tinggi sampai 40 derajat celcius yang berlangsung 2-7 hari. Pasien dapat mengalami gejala sakit kepala, nyeri di beberapa bagian tubuh, sakit tenggorokan, dan ada bintik merah di permukaan kulit.
Pasien juga mengalami penurunan trombosit. Trombosit yang sangat rendah ini dapat memicu pendarahan. Oleh sebab itu, pada fase ini, dokter akan benar-benar memantau jumlah trombosit pasien.
2. Fase kritis
Fase kritis akan menunjukkan kondisi pasien yang berangsur membaik, tapi sebenarnya belum sembuh. Fase yang justru membahayakan ini terjadi 3-7 hari dari sejak mengalami demam dan berlangsung 24-48 jam. Fase ini sangat rawan dengan kebocoran plasma dan dehidrasi sehingga perlu mendapatkan asupan cairan yang cukup.
3. Fase pemulihan
Jika fase kritis terlewati, selanjutnya masuk ke fase pemulihan dengan ditandai naiknya kadar trombosit mencapai 150.000 per mikroliter darah. Fase ini berlangsung 48-72 jam usai fase krisis selesai. Pasien pun bisa segera mendapatkan kesembuhannya.
Mengutip laman Promkes Kemenkes, penyakit DBD tidak memiliki pengobatan khusus. Pasien sangat disarankan untuk beristirahat penuh dan banyak mengonsumsi air putih selama masih didiagnosis mengalami DBD. Bila diperlukan, dokter memberikan cairan infus dan meresepkan obat pereda nyeri.
Selama perawatan, dokter akan memantau setiap fase DBD yang dialami pasien. Hal tersebut untuk mencegah kesalahan penanganan yang bisa mengakibatkan kefatalan.
Sampai saat ini juga belum ditemukan vaksin untuk DBD. Cara efektif dalam mencegah DBD yaitu mengusahakan agar vektor atau nyamuk Aedes aegypti tidak berkembang biak secara luas.
Cara mencegah penyakit DBD
Upaya pencegahan penyakit DBD harus diutamakan dalam pencegahan DBD. Gerakan pencegahan tercermin melalui metode 3M Plus.
Laman FKM Unair menyampaikan, 3M adalah tindakan menguras penampungan air, menutup penampungan air, dan mendaur ulang barang bekas dapat menjadi tempat genangan air.
Selanjutnya, aksi Plus pada gerakan 3M Plus meliputi:
1. Menaburkan bubuk larvasida pada penampungan air yang sulit untuk dibersihkan;
2. Memakai kelambu saat tidur;
3. Memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk;
4. Menanam tanaman pengusir nyamuk;
5. Hindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah;
6. Memakai produk antinyamuk semprot atau oles bila diperlukan.
Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Yandri Daniel Damaledo