Menuju konten utama

Cara Budidaya Satwa Harapan Ulat Sutera, dari Bibit hingga Alat

Cara dan persiapan budidaya satwa harapan ulat sutera, mulai dari pemilihan bibit hingga pemeliharaan. 

Cara Budidaya Satwa Harapan Ulat Sutera, dari Bibit hingga Alat
Pekerja memberikan makan ulat sutera yang diternak di Rumah Sutera Tamansari, Bogor, Jabar, Senin (6/11/2017). ANTARAFOTO/Yulius Satria Wijaya

tirto.id - Budidaya satwa harapan mulai merebak di masyarakat. Salah satunya dikarenakan satwa harapan dapat dibudidaya secara mandiri dengan lahan yang tidak begitu luas sehingga masyarakat tidak perlu merasa begitu rumit saat memulainya.

Selain itu, budidaya satwa harapan juga memiliki manfaat ekonomi karena satwa harapan dapat diperjualbelikan dengan baik. Dengan begitu, masyarakat memiliki pos sumber penghasilan melalui budidaya satwa harapan.

Manfaat nonekonomis dari satwa harapan, yakni mampu melestarikan spesies yang dikembangbiakkan sehingga mencegah kepunahan satwa harapan.

Satwa harapan merupakan segala jenis binatang yang dipelihara atau diternakkan dengan harapan mampu menghasilkan manfaat berupa bahan baku atau jasa. Salah satu satwa harapan adalah ulat sutera.

Apa itu Ulat Sutera?

Dikutip dari Prakarya Kelas VII (Suci Paresti, 2017), ulat sutera liar (Attacus atlas) adalah salah satu serangga yang berukuran besar dan banyak ditemukan di hutan-hutan tropis dan subtropis, seperti di Asia Tenggara, Asia Selatan, Asia Timur, Selatan China, melintasi Kepulauan Malaysia, Thailand dan Indonesia.

Attacus atlas termasuk hewan polivoltin, artinya hewan ini dapat hidup sepanjang tahun dan termasuk serangga polifagus yang dapat hidup pada 90 golongan tumbuhan yang bisa dimakan oleh larva. Attacus atlas merupakan hewan yang mengalami metamorfosis sempurna.

Sementara itu, menurut ulasan Pramesthi Indo Juniarti, ulat sutera (Bombyx mori L.) merupakan salah satu jenis serangga yang dapat menghasilkan benang dengan kualitas sangat baik yang kemudian diolah menjadi salah satu kain unggulan yang sangat berkelas yakni kain sutera.

Disebutkan dari sumber yang sama, benang dari ulat sutera terkenal dengan kualitas bagus sehingga harganya mahal.

Sementara itu, pasokan benang sutera saat ini masih belum mencukupi permintaan dari konsumen sehingga pemerintah masih mengandalkan impor untuk memenuhi pasokan benang sutera. Oleh karana itu, budidaya ulat sutera dinilai menjanjikan untuk dikembangkan.

Cara Budidaya Ulat Sutera

Dikutip dari laman Pustaka Pertanian, budidaya ulat sutera terbagi ke dalam beberapa tahap. Berikut ini adalah cara budidaya ulat sutera:

Tahap Persiapan

Tahap persiapan mencakup: menyiapkan daun murbei sebagai pakan ulat sutera, ruang yang digunakan untuk budidaya dan peralatan pemeliharaan serta pemesanan bibit/ telur ulat sutera.

Penyediaan Daun Murbei

-Daun murbei untuk ulat kecil berumur pangkas 1 bulan dan untuk ulat besar berumur pangkas 2-3 bulan;

-Tanaman murbei yang baru ditanam, dapat dipanen setelah berumur 9 bulan;

-Untuk pemeliharaan 1 boks ulat sutera, dibutuhkan 400-500 kg daun murbei tanpa cabang atau 1.000 – 1.200 kg daun murbei dengan cabang;

-Daun murbei jenis unggul yang baik untuk ulat sutera adalah: Morus alba, M. multicaulis, M. cathayana dan BNK-3.

Ruangan Peralatan

Pisahkan antara tempat pemeliharaan ulat kecil dan ulat besar. Pemeliharaan ulat kecil dilaksanakan pada tempat khusus atau pada Unit Pemeliharaan Ulat Kecil (UPUK). Ruang pemeliharaan harus mempunyai ventilasai dan jendela yang cukup:

Bahan-bahan dan peralatan yang perlu disiapkan untuk membuat ruang yang memadai, yakni:

-Kapur tembok;

-Kaporit/papsol;

-Kotak/rak pemeliharaan;

-Tempat daun;

-Gunting stek;

-Pisau;

-Ember/baskom;

-Jaring ulat;

-Ayakan

-Kain penutup daun;

-Bulu ayam;

-Kertas alas

-Kertas minyak/ parafin

-Lap tangan dan lain-lain;

Setelah itu, disinfeksi ruangan dan peralatan saat 2-3 hari sebelum pemeliharaan ulat sutera dimulai, menggunakan larutan kaporit 0,5% atau formalin (2-3%), semprotkan secara merata. Apabila tempat pemeliharaan ulat kecil berupa UPUK yang berlantai semen, maka setelah didesinfeksi dilakukan pencucian.

Pemesanan Bibit

Sesuaikan jumlah pesanan bibit dengan jumlah daun yang tersedia dan kapasitas ruangan serta peralatan pemeliharaan.

Pemesanan bibit dilakukan selambat-lambatnya 10 hari sebelum pemeliharaan ulat dimulai melalui petugas/ penyuluh atau langsung kepada produsen telur.

Apabila bibit/ telur telah diterima, lakukan penanganan telur (inkubasi) secara baik agar penetasannya seragam.

Jika bibit sudah datang, sebarkan telur pada kotak penetasan dan tutup dengan kertas putih yang tipis.

Simpan pada tempat sejuk dan hindari penyinaran matahari langsung, pada suhu ruangan 25° -28° C dengan kelembaban 75-85%. Setelah terlihat bintik biru pada telur, bungkus dengan kain hitam selama 2 hari.

Pemeliharaan Ulat Kecil

Pemeliharaan ulat kecil didahului dengan kegiatan “Hakitate” yaitu pekerjaan penanganan ulat yang baru menetas disertai dengan pemberian makan pertama.

-Ulat yang baru menetas didesinfeksi dengan bubuk campuran kapur dan kaporit (95:5), lalu diberi daun murbei yang muda dan segar yang dipotong kecil-kecil;

-Pindahkan ulat ke sasag kemudian ditutup dengan kertas minyak atau parafin; Pemberian makanan dilakukan 3 kali sehari yakni pada pagi, siang, dan sore hari;

-Setiap instar ulat akan mengalami masa istirahat (tidur) dan pergantian kulit. Apabila sebagian besar ulat tidur (90%), pemberian makan dihentikan dan ditaburi kapur. Pada saat ulat tidur, jendela/ventilasi dibuka agar udara mengalir;

-Setiap akhir instar, lakukan penjarangan dan daya tampung tempat disesuaikan dengan perkembangan ulat;

-Pembersihan tempat ulat dan pencegahan hama dan penyakit harus dilakukan secara teratur.

Pemeliharaan Ulat Besar

Ulat besar memerlukan kondisi ruangan yang sejuk. Suhu ruangan yang baik yaitu 24-26° C dengan kelembapan 70-75%. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan ulat besar adalah sebagai berikut:

-Ulat besar memerlukan ruangan/ tempat pemeliharaan yang lebih luas dibandingkan ulat kecil;

-Simpan daun untuk ulat besar pada tempat yang bersih dan sejuk serta ditutup dengan kain basah;

-Daun murbei yang diberikan pada ulat besar tidak lagi dipotong-potong melainkan secara utuh (bersama cabangnya).

-Penempatan pakan diselang-selingi secara teratur antara bagian ujung dan pangkalnya;

-Pemberian makanan pada ulat besar (instar IV dan V) dilakukan 3-4 kali sehari yaitu pada pagi, siang, sore dan malam hari;

-Menjelang ulat tidur, pemberian makan dikurangi atau dihentikan. Pada saat ulat tidur ditaburi kapur secara merata;

-Disinfeksi tubuh ulat dilakukan setiap pagi sebelum pemberian makan dengan menggunakan campuran kapur dan kaporit (90:10) ditaburi secara merata;

-Pada instar IV, pembersihan tempat pemeliharaan dilakukan minimal 3 kali, yaitu pada hari ke-2 dan ke-3 serta menjelang ulat tidur;

-Pada instar V, pembersihan tempat dilakukan setiap hari;

-Seperti pada ulat kecil, rak/ sasag ditempatkan tidak menempel pada dinding ruangan dan pada kaki rak dipasang kaleng yang berisi air.

Baca juga artikel terkait BUDIDAYA SATWA HARAPAN atau tulisan lainnya dari Nurul Azizah

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Nurul Azizah
Penulis: Nurul Azizah
Editor: Yandri Daniel Damaledo