tirto.id - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan penurunan harga komoditas bahan makanan di Oktober 2017 menyebabkan deflasi pada kelompok bahan makanan. Adapun deflasi sebesar 0,45 persen tersebut memberikan andil kepada inflasi sebesar minus 0,09 persen.
Kepala BPS Suhariyanto menyebutkan sejumlah komoditas yang turut andil menyumbangkan deflasi di antaranya daging ayam ras dan bawang merah yang masing-masingnya sebesar 0,04 persen.
Selain itu, baik ikan segar maupun bawang putih juga berkontribusi pada deflasi sebesar 0,02 persen, di samping kentang, tomat sayur, daging sapi, semangka, cabai rawit, dan telur ayam ras yang masing-masingnya sebesar 0,01 persen.
“Namun sebagai catatan, ada juga beberapa komoditas yang memberikan andil terhadap inflasi. Seperti cabai merah yang naik, andilnya 0,05 persen, dan juga beras yang sebesar 0,04 persen. Dua komoditas tersebut perlu jadi perhatian, meskipun untuk beras kenaikannya sangat tipis,” ujar Suhariyanto saat jumpa pers di kantornya pada Rabu (1/11/2017) siang.
Dari sebanyak 11 subkelompok dalam kelompok bahan makanan, deflasi tertinggi terjadi pada subkelompok daging dan hasil-hasilnya yang sebesar 1,80 persen. Sedangkan subkelompok dengan deflasi terendah terjadi pada lemak dan minyak yang sebesar 0,01 persen.
Di sisi lain, subkelompok yang mengalami inflasi tertinggi ialah subkelompok padi-padian, umbi-umbian, dan hasilnya yang sebesar 0,91 persen dan inflasi terendah dialami subkelompok bahan makanan lainnya yang sebesar 0,17 persen.
Tak hanya kelompok bahan makanan, kelompok pengeluaran lain yang juga mengalami deflasi ialah kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan. Pada Oktober 2017, kelompok tersebut mengalami deflasi sebesar 0,13 persen dan memberikan andil pada inflasi sebesar minus 0,03 persen.
“Sementara itu, lima kelompok lainnya, yakni (kelompok) makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau, (kelompok) perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar, (kelompok) sandang, (kelompok) kesehatan, dan (kelompok) pendidikan, rekreasi, dan olahraga mengalami inflasi,” ungkap Suhariyanto.
Dalam pemaparannya, Suhariyanto pun sempat menyoroti soal komoditas tarif listrik yang menyumbangkan inflasi sebesar 0,01 persen.
“Tapi itu dengan catatan, tarif listrik yang naik hanya terjadi di Batam. Karena Batam merupakan satu-satunya kota yang tarif listriknya ditentukan pemerintah daerah, baik untuk rumah tangga pelanggan 1.300 vA dan 2.200 vA, maupun yang prabayar dan pasca bayar,” jelas Suhariyanto.
Lebih lanjut, tingkat inflasi tertinggi terjadi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau. Angka inflasinya di Oktober 2017 mencapai 0,28 persen, dengan memberikan andil sebesar 0,05 persen.
Adapun komoditas yang dominan dalam menyumbang inflasi, yaitu mie instan, nasi dengan lauk, dan rokok kretek filter yang masing-masingnya sebesar 0,01 persen.
Berdasarkan temuan terbaru dari BPS itu, Indeks Harga Konsumen (IHK) di Oktober 2017 pun mengalami kenaikan sebesar 0,01 persen. Dengan angka tersebut, maka tingkat inflasi untuk tahun kalender 2017 (periode Januari-Oktober 2017) adalah sebesar 2,67 persen, dan tingkat inflasi secara year-on-year sebesar 3,58 persen.
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Maya Saputri