tirto.id - Bank Rakyat Indonesia (BRI) mencatat rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) menyentuh level 3,12 persen per kuartal III (Q3) 2020. Angka ini mengalami kenaikan dibandingkan kuartal II (Q2) 2020 yang berkisar 2,98 persen.
NPL BRI Q3 2020 juga lebih tinggi dibandingkan periode yang sama pada tahun 2019. Pada waktu itu NPL BRI mencapai 3,08 persen.
“NPL BRI tercatat di bawah NPL industri perbankan pada September 2020 sebesar 3,15 persen,” ucap Direktur Utama PT BRI Sunarso dalam keterangan tertulis, Rabu (11/11/2020).
Selain mencatatkan kenaikan NPL, BRI juga mengalami penurunan laba hingga 43,1 persen year on year (yoy) selama Q3 2020. Laba BRI pada Q3 2020 hanya Rp14,15 triliun lebih rendah dari Q3 2019 yang mencapai Rp24,8 triliun.
Di tengah penurunan laba ini, BRI tetap mencatat pertumbuhan kredit Q3 2020 masih cukup baik. Pertumbuhannya mencapai 4,86 persen yoy. Nilai ini lebih baik dari pertumbuhan kredit industri perbankan di kisaran 0,12 persen.
Komposisi kredit BRI masih didominasi oleh UMKM sebanyak 80 persen pada Q3 2020. Angka ini naik dari posisi Q3 2019 yang hanya 78,1 persen.
Bersamaan dengan itu, BRI mencatat telah melakukan restrukturisasi pinjaman senilai Rp193,7 triliun kepada total 2,95 juta debitur per 30 September 2020. Gencarnya restrukturisasi ini disebut telah mampu menjaga NPL BRI tetap berada pada level yang baik.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Gilang Ramadhan