tirto.id - Jika ada salah satu momen unik yang mudah diingat dari Olimpiade Paris 2024 kemarin, mungkin salah satunya adalah meme viral dari peserta kompetisi cabang olahraga (cabor) breakdance, atau lazim disebut breaking.
Perwakilan Australia, seorang dosen dari Sydney berusia 36 tahun bernama Rachel Gunn, sempat menjadi bahan olok-olok di internet karena menampilkan gerakan breakdance yang dianggap aneh, termasuk yang menyerupai kanguru melompat.
Di balik kehebohan dari penampilan Gunn (yang gagal mendapatkan skor sama sekali), tak sedikit publik yang masih dibuat heran dengan latar belakang penyelenggaraan perdana breakdance sebagai cabor Olimpiade. Bagaimana bisa aliran tarian hip hop asal New York ini berhasil mendapatkan panggung di sana?
Apakah breakdance termasuk olahraga yang perlu, jika bukan tepat, dikompetisikan di Olimpade? Atau pertanyaan yang lebih mendasar, apakah breakdance bisa disebut olahraga, alih-alih sejenis aliran atau gaya tarian?
Selama beberapa tahun belakangan, International Olympic Comittee (IOC) berupaya menjadikan Olimpiade lebih inklusif, mengusung kesetaraan gender, dan menarik penonton dari demografi yang beragam, tak terkecuali kaum muda. Mereka pun mencoba menghadirkan cabor yang sesuai perkembangan zaman.
Breakdance dinilai sudah mewakili objektif IOC di atas, salah satunya tentu karena aktivitas ini dapat dilakukan baik oleh laki-laki dan perempuan, sementara kategori kompetisi beregu campuran berpotensi memberikan kesempatan bagi laki-laki dan perempuan bersaing secara setara.
Sejak tahun 2019, IOC menyetujui breakdance menjadi cabor resmi Olimpiade. Keputusan ini diambil setelah mereka melihat kesuksesan kompetisi breakdance Youth Olympics 2018 di Buenos Aires yang mampu menarik 30.000 penonton.
Agustus silam, di Paris, sebanyak 32 peserta dikelompokkan dalam kategori laki-laki, 16 B-boys, dan kategori perempuan, 16 B-girls (sebutan untuk breaker atau penari breakdance). Masing-masing kategori akan berkompetisi dalam break satu lawan satu.
Mereka dapat dibilang sukses apabila berhasil mengombinasikan gerakan dasar dari top rock, down rock, dan freeze.
Menilik sejarahnya, breaking adalah salah satu gaya tarian hip hop yang lahir dari jalanan Bronx, New York City, pada dekade 1970-an. Komunitas Latin dan kulit hitam berada di balik popularitasnya.
Istilah break itu sendiri berasal dari ritme dan suara yang dihasilkan saat DJ mencampur rekaman untuk menciptakan irama yang berkelanjutan.
Meskipun istilah breakdance terdengar lebih umum, kalangan penari lebih suka menyebutnya dengan breaking sebagai bentuk penghormatan lahirnya budaya hip hop.
Awalnya, breakdance, yang gerakannya menggabungkan elemen tari dan akrobatik, digunakan untuk persaingan antargeng dalam memperebutkan wilayah.
Dua penari terbaik akan bertarung satu sama lain untuk melihat siapa yang menjadi pemenangnya. Dalam setiap pertarungan, atau istilahnya battle, B-boys atau B-girls akan saling menantang untuk menguji kemampuan masing-masing.
Dengan adanya unsur kompetitif, maka breakdance dipandang sah untuk dilombakan di Olimpiade.
Di lain sisi, ada yang berargumen bahwa aktivitas breakdance mengandung unsur atletis atau keolahragaan, termasuk elemen senam. Terkait hal ini, muncul kritik balasan, jika sebagian besar tarian melibatkan unsur atletis dan penarinya bertubuh kuat dan fit, apakah artinya balet juga berpotensi dikompetisikan dalam Olimpiade?
Berbeda dengan tari klasik, tidak ada gerakan baku dalam breakdance. Gerakan breakdance banyak menampilkan improvisasi atau freestyle yang bisa jadi dipengaruhi dari gerakan senam, tari salsa, tap dance, sampai seni bela diri (martial arts).
Pada waktu kemunculannya, breakdance dibawakan dengan musik funk Afro-Latin. Hingga dekade 1980-an, breakdance berkembang luas secara global dan disiarkan di televisi.
Tarian kaki moonwalk move dari Michael Jackson, misalnya, disebut sebagai salah satu gerakan klasik hip hop yang berpengaruh bagi pecinta breakdance di penjuru dunia.
Meski tidak ada koreografi yang pasti, terdapat empat bagian tarian yang perlu dilakukan, yaitu toprock (posisi berdiri, penari memperkenalkan diri, bagian atas yang bergerak), downrock (menggerakkan bagian bawah tubuh lalu ke atas), power moves (mendemonstrasikan kekuatan, termasuk gerakan akrobatik) dan freezing (penari diam dan menyelesaikan seluruh gerakan, memperlihatkan keseimbangan).
Di Indonesia, popularitas breakdance dapat dilacak dari festival-festival tari kejang yang diselenggarakan di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya pada pertengahan dekade 1980-an.
Sayangnya, sejumlah pejabat Orde Baru kala itu mengutuk fenomena breakdance sebagai kemerosotan moral anak muda, bagian dari budaya asing yang dianggap tidak mendidik.
Kendati demikian, anak-anak muda urban di Tanah Air tetap menggandrunginya. Komunitas breakdance terus bermunculan, seperti Midi Circus.
"Kami terbentuk tahun 1996 di Jakarta dan merupakan pioner komunitas breakdance," jelas Budjel, B-boys dari Midi Circus.
Anggota B-boys lainnya, Bebe, menambahkan, "Selain perform di pentas seni sekolah, klub-klub, dan acara anak muda lain, kami juga mengemas breakdance yang sesuai zamannya, termasuk menyesuaikan musik, pakaian dan merchandisenya.”
Budjel mengungkapkan, banyak komunitas breakdance yang berkembang di daerah-daerah.
"Gerakan breakdance seperti unblocking, freezing, elbow ada pakem dan teknis yang bisa dipelajari dan hampir semua gerakannya memerlukan kelenturan tubuh," imbuh Bebe.
Ketika Budjel dan Bebe mendengar breakdance diikutsertakan sebagai cabor di Olimpiade, mereka antusias.
"Gerakan breakdance seperti olahraga, melatih kekuatan seperti angkat beban dan senam, manfaatnya pun terasa, otot dan tulang lebih kuat," ungkap Bebe.
Sebagai olahraga, breakdance juga sudah diakui pemerintah Indonesia. Pekan Olahraga Nasional (PON) Papua pada 2020 silam memperkenalkan breakdance dengan nama cabor resmi dancesport. September ini, PON XXI Aceh-Sumut juga mempertandingkannya.
Terobosan breakdance di Paris bisa dibilang sukses menciptakan memori berkesan bagi penikmatnya, sayangnya ia tidak akan akan dilombakan pada Olimpiade Los Angeles 2028. Namun demikian, World DanceSport Federation (WDSF) bertekad untuk memastikan breakdance kembali diadakan di Olimpiade Brisbane 2032.
Penulis: Daria Rani Gumulya
Editor: Sekar Kinasih