Menuju konten utama

BPS Klaim Rantai Distribusi Perdagangan Beras Terpanjang di Jakarta

Kepala BPS Suhariyanto mengemukakan, potensi pola distribusi perdagangan beras terpanjang se-Indonesia terjadi di Provinsi DKI Jakarta.

BPS Klaim Rantai Distribusi Perdagangan Beras Terpanjang di Jakarta
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto (tengah) menyampaikan keterangan di Jakarta, Senin (29/7/2019).ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto.

tirto.id - Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan fakta baru pola distribusi perdagangan beras. Berdasarkan data resminya, Kepala BPS Suhariyanto mengemukakan, potensi pola distribusi perdagangan beras terpanjang terjadi di Provinsi DKI Jakarta.

"Pola utama distribusi perdagangan di Indonesia untuk beras yaitu, produsen kemudian ke pedagang grosir. Dari pedagang grosir ke pedagang eceran, baru setelah itu kemudian ke konsumen akhir," jelas dia di Kantor BPS, Kamis (2/1/2020).

Suhariyanto menjelaskan, potensi pola distribusi terpanjang untuk perdagangan di komoditas beras memang tampak paling panjang, persentase Margin Perdagangan dan Pengangkutan (MPP) DKI Jakarta ada di angka 28,02 persen.

Angka tersebut lebih tinggi dari Provinsi Jawa Tengah di urutan kedua, kemudian Kepulauan Riau urutan ketiga dan Provinsi Jawa Barat di posisi ke empat. Beberapa provinsi di atas menunjukkan persentase distribusi di atas 25 persen.

"Sebenarnya pola utama distribusi perdagangan beras di Indonesia seharusnya, dari produsen, pedagang grosir, pedagang eceran dan konsumen akhir," terang dia.

Sementara itu, ada pula data lain yang menunjukkan rantai distribusi perdagangan beras terpendek, yaitu terjadi di Kalimantan Selatan, Bengkulu dan Nusa Tenggara Timur.

Sementara, persentase MPP beras secara nasional tahun 2018 hanya sebesar 20,83 persen. Nilai tersebut menjelaskan, kenaikan harga beras di tingkat produsen penggilingan padi sampai ke konsumen akhir yaitu masyarakat sebesar 20,83 persen.

Baca juga artikel terkait DISTRIBUSI BERAS atau tulisan lainnya dari Selfie Miftahul Jannah

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Selfie Miftahul Jannah
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Maya Saputri