tirto.id - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengatakan pemerintah Indonesia akan mendapat 10 juta vaksin dari kerja sama antara Uni Emirat Arab, perusahaan artificial inteligence G42, Kimia Farma dan Sinofarm.
Hal itu disampaikan Kepala BPOM Penny Lukito saat menyampaikan perkembangan usai kunjungan ke Uni Emirat Arab pada 21 Agustus 2020 lalu.
“Uni Emirat Arab berkomitmen menyediakan 10 juta vaksin COVID-19 untuk Indonesia melalui kerja sama, melalui G42 Uni Emirat Arab dengan Sinofarm dan Kimia Farma pada akhir 2020 diharapkan 10 juta vaksin," kata Penny dalam konferensi pers secara daring dari Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (1/9/2020).
Penny menuturkan, BPOM sudah berangkat ke Uni Emirat Arab untuk memonitor proses uji klinis fase ketiga terhadap vaksin COVID-19 yang dipimpin Khalifah bin Zayid al-Nahyan ini.
Ia menuturkan, BPOM telah bertemu dengan otoritas obat Uni Emirat Arab dan pemegang lisensi vaksin. Mereka juga mengunjungi tempat uji vaksin di Abu Dhabi National Exhibition Center.
"Kami melihat uji klinik fase 3 vaksin dilaksanakan dengan sangat baik dan terorganisir, ada banyak sekali aspek, baik aspek positif dalam pelaksanaan uji klinik di Uni Emirat Arab adalah partisipasi dari 22.000 peserta dengan keberagaman kebangsaan," kata Penny.
Penny mencatat 22 ribu peserta terdiri atas 119 etnis di Uni Emirat Arab. Uji klinik melibatkan 100 dokter dan sekitar 1000 perawat. Hal tersebut tidak jauh berbeda dengan cara tim peneliti yang dibuat oleh Universitas Padjadjaran, Sinovac dan Bio Farma.
Selain itu, Penny mengatakan, kandidat vaksin dari Sinofarm ini juga sudah memegang izin emergency use authorisation dari regulator pengawas obat di Republik Rakyat Tiongkok dan memegang sertifikat halal.
“Jadi semenjak Juli 2020 sudah mendapatkan izin penggunaan emergency dari national medicine product administration berdasarkan hasil uji klinik fase 1 dan 2 dan telah mendapatkan sertifikat halal. Diharapkan Uni Emirat Arab akan memberikan juga izin emergency use authorization pada 2 bulan ke depan sekitar bulan Oktober," kata Penny.
Penny juga mengatakan, BPOM Indonesia dan pihak pengawasan obat di Uni Emirat Arab sudah sepakat untuk mengembangkan satu kerja sama antara Badan POM dengan Kementerian Kesehatan Uni Emirat Arab.
Kerja sama ini akan memastikan kecepatan akses vaksin ini melalui proses regulasi yang lebih terarah dan memenuhi standar internasional. Ia pun mengatakan kalau kedua pihak sepakat berbagi data demi mempercepat evaluasi dan kasiat vaksin.
“Dalam kesempatan nanti setelah uji klinik selesai dilakukan atau dalam mid term analisisnya kita akan melakukan joint assesment serta sharing data terkait assesment report vaksin Sinofarm yang akan disampaikan G42 pada sekitar September atau Oktober 2020 sehingga akan ada percepat proses evaluasi data khasiat keamanan dan mutu dari vaksin Sinofarm ini sehingga akses untuk masyarakat Indonesia akan semakin dipercepat," kata Penny.
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Abdul Aziz