tirto.id - Bagaimana jika klub-klub top Eropa bersekutu lalu membentuk liga mereka sendiri? Wacana imajiner ini bisa jadi kenyataan setelah tersiar kabar akan terbentuk kompetisi baru yang dinamakan Liga Super Eropa (European Super League).
Kabar ini semula berhembus dari seri laporan bertajuk #FootballLeaks yang dilansir oleh surat kabar Jerman, Der Spiegel, pada Jumat (2/11/2018) lalu. Selain rumor mengenai Liga Super Eropa, seri laporan tersebut juga menguak beberapa konspirasi lain yang tak hanya melibatkan klub-klub besar Eropa, tetapi juga EUFA sebagai organisasi tertinggi dalam kancah sepakbola Benua Biru.
Ada beberapa dokumen rahasia lain yang turut dibongkar #FootballLeaks. Pertama, rahasia mengenai tindak kecurangan yang dilakukan Manchester City dan Paris Saint-Germain demi menghindari sanksi UEFA akibat melanggar Financial Fair Play (FFP). Kedua, bagaimana klub-klub besar di Premier League mengakali masalah pajak. Ketiga, rumor tentang para pemain yang telah menjuarai Liga Champions yang diduga kuat positif menggunakan doping.
Seri laporan #FootballLeaks sendiri sudah dibentuk sejak 2015. Dengan menggandeng 15 media besar, 80 jurnalis, serta kolektif European Investigative Collaborations (EIC), seri laporan ini dilansir Der Spiegel bertujuan untuk membongkar berbagai dokumen rahasia di dunia sepak bola.
Apa Itu Liga Super Eropa?
Salah satu rumor yang dikeluarkan dari laporan awal #FootballLeaks adalah wacana mengenai Liga Super Eropa.
Teknisnya begini: Liga Super Eropa akan diikuti 16 klub besar, bersifat independen alias lepas dari kontrol UEFA maupun federasi sepakbola negara masing-masing, serta memiliki format babak grup dan fase gugur. Rencananya, Liga Super Eropa akan dimulai pada 2021 mendatang.
Ada 16 klub yang termasuk di dalam Liga Super Eropa, terdiri dari 11 klub “pendiri” dan lima klub undangan. Kelak, jika Liga Super Eropa yang telah direncanakan sejak Januari 2016 ini benar-benar terbentuk, seluruh klub tersebut akan keluar dari liga nasional dan federasi sepak bola negara sepenuhnya.
11 klub yang menjadi “pendiri” Liga Super Eropa: Bayern Muenchen, Real Madrid, Barcelona, Juventus, AC Milan, Manchester United, Arsenal, Chelsea, Liverpool, Manchester City, dan Paris Saint-Germain. Lima klub yang diundang: Atletico Madrid, Borussia Dortmund, Inter Milan, AS Roma, dan Marseille.
Catatan khusus: 11 klub “pendiri” nantinya mendapat hak spesial untuk terhindar dari degradasi di Liga Super Eropa dan juga akan mendapat jaminan sebagai peserta liga selama 20 tahun. Hak tersebut akan diberikan berupa kontrak dan diharapkan untuk ditandatangani pada bulan November 2018, tiga tahun sebelum Liga Super Eropa digulirkan pada tahun 2021.
Tanggapan Klub-Klub yang Disebut dalam Bocoran
Tak lama usai dibongkarnya dokumen #FootballLeaks tersebut, beberapa klub besar yang diduga terlibat perencanaan Liga Super Eropa segera buka suara. Bayern Muenchen, misalnya.
Dalam salah satu laporan Der Spiegel, disebutkan bahwa Presiden Muenchen, Karl-Heinz Rummenigge, telah menggunakan posisinya sebagai ketua dari European Club Association (ECA) untuk kongkalikong dengan UEFA demi membentuk Liga Super Eropa. Selain itu, Muenchen juga diklaim akan keluar dari Bundesliga setelah terbentuknya Liga Super Eropa. Klaim tersebut tentunya segera dibantah oleh Rummenigge.
“Saya sangat menolak tuduhan tersebut. Pemungutan suara yang mendukung reformasi UEFA dan ECA disepakati dengan suara bulat. Selama saya masih menjabat Presiden Klub, FC Bayern Muenchen tetap memegang teguh keanggotaan di Bundesliga, dan juga tetap ikut serta di kompetisi yang diselenggarakan bersama oleh UEFA dan ECA,” tegas Rummenigge.
Pihak Muenchen juga turut menyatakan sikap resmi mereka dalam menanggapi laporan Der Spiegel:
"Dalam edisi no 45 tanggal 3 November 2018, majalah Der Spiegel mengklaim bahwa Karl-Heinz Rummenigge, sebagai ketua European Club Association (ECA), telah mengkhianati semua klub menengah dan kecil yang juga anggota ECA."
"Baik Rummenigge maupun FC Bayern Muenchen tidak pernah bertindak yang merugikan ECA.”
"FC Bayern juga tidak mengetahui rencana terbaru mengenai Liga Super Eropa, yang mana turut pula dilaporkan oleh Der Spiegel. FC Bayern juga tidak terlibat dalam negosiasi yang berkaitan dengan rencana tersebut. FC Bayern juga tidak mengetahui mengapa hal itu tercantum dalam dokumen yang dikutip, dalam konteks ini, oleh Der Spiegel."
Sementara itu, pihak Dortmund melalui Presiden mereka, Hans-Joachim Watzke, juga mengeluarkan tanggapan.
"Tentu saja Borussia Dortmund, sebagaimana pula Bayern Muenchen, akan selalu melihat perkembangan zaman. Namun demikian, saya juga harus mengatakan ini dengan jelas: bahwa Dortmund dapat meninggalkan Bundesliga untuk mengikuti kompetisi manapun di planet ini adalah suatu pengecualian. Bundesliga kini telah menjadi bagian dari warisan budaya Jerman dan sebaiknya Anda tidak pergi sebagai klub Jerman.”
Dari Inggris, Jurgen Klopp juga mengeluarkan opini pribadinya mengenai wacara Liga Super Eropa tersebut, mengingat Liverpool diklaim turut terlibat di dalam pembentukan Liga Super Eropa. Berbeda dengan Rummenigge dan Watzke, Kloop menanggapi hal tersebut dengan santai.
"Itu terdengar menyenangkan. Sedikit berlaga, berlimpah uangnya. Saya benar-benar tak punya masalah dengan liga sepak bola saat ini. Setidaknya, [Liga Super Eropa] itu adalah ide yang tidak akan dilakukan dalam waktu dekat,” ujar Kloop seperti dilansir Guardian.
Menariknya, Klopp sempat mengira bahwa Liga Super Eropa tersebut justru memang berasal dari UEFA atau FIFA. “Sejujurnya, saya tidak yakin ada orang yang membicarakan hal tersebut. Itu seperti ide luar biasa lainnya yang muncul dari FIFA dan UEFA, dilakukan dengan segera dan tanpa bertanya. Lalu kemudian: 'Oh, oke, kami masih punya 20 pertandingan lagi dan tidak punya uang lebih," tandasnya.
Sementara itu, Sky Sports melaporkan bahwa Arsenal tidak akan ikut ambil bagian dalam Liga Super Eropa dan tetap berkomitmen di Liga Inggris, kendatipun mereka juga selalu memantau perkembangan sepak bola Eropa ke depannya. Info ini didapat pihak Sky Sports dari seorang narasumber pihak klub yang enggan disebutkan namanya.
Lalu dari La Liga, Javier Tebas sebagai presiden federasi juga turut mengkhawatirkan kemunculan Liga Super Eropa yang dinilainya dapat mengancam keberadaan Liga Champions dan La Liga yang sudah bagus selama ini.
“Liga Super Eropa itu pasti akan menjadi akhir dari La liga dan Liga Champions sekaligus. Saya sengaja mengatakan ini dengan kasar, supaya semua orang paham maksud saya. Liga Super itu tak ubahnya proyek yang ditulis di sebuah bar pada jam lima pagi, sebuah proyek dari sebuah klub dengan beberapa presiden yang berbeda,” ucap Tebas seperti dilansir Goal.
"Ada banyak argumen yang menentang Liga Super. Pada awalnya akan tampak bagus, tapi fans Bayern Muenchen atau Real Madrid menjadi luar biasa karena mereka selalu memenangi berbagai gelar, memenangi kompetisi nasional, karena sejarahnya memang demikian.”
“Beberapa tim di Liga Super akan berada di posisi 9 atau 10. Di atas kertas, pertemuan antara Real Madrid dengan Manchester United akan menjadi laga yang hebat, tapi, tentu saja, salah satunya akan berada di posisi 11, yang lain di 10. Lihatlah lima tahun lagi berapa banyak fans yang tersisa [dengan sistem seperti itu].”
“Liga Champions harus tetap ada, sistemnya juga sudah sempurna. Klub-klub telah memenangkannya. Kehadiran Liga Super Eropa malah akan merusak sepak bola. Dalam jangka panjang, kehadirannya juga dapat merusak klub-klub besar juga karena tidak akan memberikan keuntungan ekonomi sebagaimana yang mereka perkirakan,” tutupnya.
Wacana mengenai Liga Super Eropa sebenarnya sudah berhembus sejak bertahun-tahun sebelumnya. Salah satu tokoh penting yang pernah membicarakan hal tersebut adalah Presiden Real Madrid, Florentino Perez, pada 2009. Kala itu, Perez mengkritik cara UEFA menangani Liga Champions yang dianggapnya tidak dapat menguntungkan klub-klub besar.
“Kami harus menyetujui [pembentukan] Liga Super Eropa yang dapat memastikan klub terbaik bertemu dengan klub terbaik lainnya, sesuatu yang tidak terjadi di Liga Champions,” ujar Perez seperti dilansir Telegraph. Namun, Perez tetap berharap format Liga Super Eropa “tidak mengganggu liga nasional”.
Perkara keuntungan finansial inilah yang menjadi latar belakang pembentukan Liga Super Eropa. Sebagaimana diketahui, UEFA tiap tahun menggelontorkan uang kepada klub yang lolos ke Liga Champions sebesar 2,4 miliar euro, lalu 100 juta euro khusus untuk klub yang menjadi juara. Dalam Liga Super Eropa, nantinya tiap klub dapat mengatur pendapatan mereka sendiri secara signifikan.
Jika benar akan dibentuk, Liga Super Eropa dapat mengikuti NFL dan NBA dalam meraih hak siar televisi dalam jumlah besar. NFL, misalnya, saat ini menghasilkan pendapatan hingga $4,95 miliar per tahun dari hak siar televisi hanya di wilayah Amerika Serikat saja. Jumlah tersebut jauh lebih besar dibanding pendapatan hak siar Liga Champions secara global yang berkisar hanya di angka $1,5 miliar.
Editor: Maulida Sri Handayani