tirto.id - Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan cuaca ekstrem karena adanya siklon savanna masih akan terjadi sekitar satu pekan ke depan.
"[Siklon savanna] satu minggu ini diperkirakan masih berpengaruh, sudah semakin berkurang tapi masih ada pengaruh," kata Dwikorita saat meninjau lokasi longsor akibat cuaca ekstrem di Kecamatan Imogiri, Bantul, Yogyakarta, Senin (18/3/2019).
Dwikorita menjelaskan, penyebab cuaca ekstrem yang terjadi beberapa hari terakhir adalah adanya siklon savanna di Samudera Hindia. Posisi siklon savanna, kata Dwikorita, memang sudah menjauh ke arah barat daya dari Indonesia, namun ekor siklon masih berdampak terhadap sebagian wilayah di Indonesia.
Menurut dia, bagian ekor siklon itu menyebabkan tekanan udara semakin rendah, sehingga berdampak pada rendahnya tekanan udara di zona ekor siklon itu, tapi tekanan udara di sekitarnya normal. Hal itu kemudian mengakibatkan adanya aliran udara atau angin yang membawa uap air dari samudera Hindia.
"Uap air itu kan juga membentuk awan hujan, sehingga awan hujan akan terakumulasi di sekitar wilayah Jawa Tengah, Jawa Barat bagian selatan. Sehingga curah hujan menjadi lebih tinggi dari seharusnya," ungkap dia.
Dwikorita mengatakan, BMKG mencatat curah hujan mencapai 148 milimeter per hari. Padahal, kata dia, 50 milimeter per hari saja sudah dapat dikategorikan sebagai cuaca ekstrem. "Ini hampir tiga kalinya ekstrem," ujarnya.
Dengan perkiraan masih akan terjadi cuaca ekstrem selama sepekan ke depan, BMKG mengimbau agar masyarakat meningkatkan kewaspadaan, terutama masyarakat yang berada di Jawa bagian selatan, seperti Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Yogyakarta.
Bagi masyarakat yang berada di wilayah pegunungan atau perbukitan, ia mengimbau agar mewaspadai terjadinya longsor yang bisa terjadi bila curah hujan tinggi.
Kepala Stasiun Klimatologi Yogyakarta Reni Kraningtyas menambahkan, siklon savanna sudah semakin menjauh dari wilayah Indonesia, namun masih terdapat potensi lain yang dapat mengakibatkan cuaca ekstrem.
Potensi cuaca ekstrem yang masih akan terjadi ini, kata Reni, disebabkan suhu permukaan yang masih menghangat di wilayah Jawa terutama Jawa Tengah.
"Di wilayah Jawa tengah masih hangat, itu memunculkan daerah tekanan rendah yang masih bermunculan di pesisir Laut Selatan. Nah itu yang bisa memicu hujan ekstrem yang mungkin sifatnya sesaat masih bisa terjadi pada bulan Maret bahkan April bisa terjadi," katanya.
Penulis: Irwan Syambudi
Editor: Alexander Haryanto