tirto.id - Mohammad Tabrani adalah salah satu nama yang ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional oleh Pemerintah Republik Indonesia pada hari ini, 10 November 2023.
Penetapan Mohammad Tabrani sebelumnya telah termuat dalam surat Sekretariat Militer Presiden Kementerian Sekretariat Negara nomor R-09/KSN/SM/GT.02.00/11/2023 tanggal 3 November 2023.
Kendati demikian, Presiden Joko Widodo baru akan menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada Mohammad Tabrani berkaitan Hari Pahlawan Nasional 2023 pada Jumat, 10 November 2023 di Istana Negara.
Lantas, siapa sebenarnya Mohammad Tabrani dan mengapa Mohammad Tabrani layak dianugerahi gelar Pahlawan Nasional?
Biografi Mohammad Tabrani Pahlawan Nasional
Mohammad Tabrani merupakan pria kelahiran Pamekasan, Madura pada 10 Oktober 1904 silam. Bernama lengkap Mohammad Tabrani Soerjowitjitro, dirinya dilahirkan dari pasangan suami-istri M.Soerjowitjitro (pegawai negeri) dan Siti Aminah.
Menginjak usia hampir 6 tahun, Tabrani mulai menempuh pendidikan dasar di Hollandsch-Inlandsche School (HIS) pada 1910.
Tahun 1917 pasca kelulusannya dari HIS, Tabrani melanjutkan pencarian ilmunya ke MULO Praban, Surabaya.
Sewaktu kelas I di MULO, Tabrani menjadikan dirinya sebagai anggota Jong Java cabang Surabaya. Di tahun 1918 tersebut juga, Tabrani mengikuti Kongres Jong Java I di Solo.
Setelah merampungkan pendidikan di MULO, Tabrani melanjutkan pembelajarannya ke Algemeene Middelbare School (AMS) bagian Barat di Bandung.
Di kota yang kelak terkenal dengan peristiwa Bandung Lautan Api tersebut, Tabrani masuk Orde der Dienaren van Indie atau Dienaar Indie, organisasi pergerakan rahasia tempat anggotanya ditempa menjadi abdi tanah air menuju Indonesia merdeka.
Di tempat itu juga, Tabrani ingin belajar menjadi wartawan di samping abdi tanah air.
Akan tetapi, aktivitas dalam organisasi Jong Java serta kegiatannya sebagai reporter untuk menulis di koran membuat Tabrani tinggal kelas di Dienaar Indie.
Pemuda asal Madura tersebut bahkan hampir dikeluarkan dan terpaksa menjalani sidang yang menghasilkan perjanjian untuk mengurangi kegiatannya di luar sekolah.
Pada 1923, Tabrani pindah OSVIA Serang, namun setahun setelahnya masuk ke Opleiding School Voor Inlandsche Ambtenaren (OSVIA) Bandung, pusat pimpinan Dienaar Indie.
Di samping menempuh pendidikan di OSVIA, Tabrani aktif menjadi pembantu tetap untuk menulis harian berbahasa Belanda, De Locomotief Semarang.
Kendati OSVIA adalah pendidikan untuk calon pegawai negeri, Tabrani semenjak kelulusannya justru bekerja di Hindia Baroe Jakarta mulai Juli 1925.
Ia bahkan menempati posisi redaktur pertama atau pengganti pemimpin redaksi apabila berhalangan. Di samping kesibukan bekerja, Tabrani juga berkuliah ilmu sejarah, ekonomi, dan hukum di Rechts Hoge School.
Mohammad Tabrani Pahlawan Nasional Pencetus Bahasa Indonesia
Mohammad Tabrani adalah pencetus nama bahasa Indonesia pertama kali. Pada 10 Januari 1926, Tabrani membuat sebuah tulisan di koran Hindia Baroe dengan tajuk "Kasihan".
Namun tulisan tersebut hanyalah terjemahan dari syair dalam bahasa Belanda seputar tindak-tanduk orang-orang Indonesia (keturunan campuran Eropa dan pribumi).
Sebulan kemudian pada 11 Februari 1926, Tabrani menulis tentang nama bahasa Indonesia secara khusus di rubrik "Kepentingan" di Hindia Baroe.
Dalam esai bertajuk "Bahasa Indonesia", Tabrani menyorot fenomena bahwa kaum terpelajar Indonesia yang terikat oleh bahasa Belanda seolah-olah itu adalah ukuran kemajuan orang di tanah air.
Gagasan kuat Tabrani tentang bahasa Indonesia selanjutnya dibawa ke Kongres Pemuda I di Batavia yang diselenggarakan 30 April-2 Mei 1926 silam.
Di hari ketiga, 2 Mei 1926, Tabrani menolak ide Mohammad Yamin berupa usulan resolusi kongres, "Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatuan, Bahasa Melajoe".
Dalam sebuah esai bertajuk Kongres Pemuda Indonesia Pertama 30 April 1926 s/d. 2 Mei 1926 "45 Tahun Sumpah Pemuda, 1974", Tabrani menjelaskan alasan keberatannya atas usulan Moh. Yamin.
"Kalau Nusa itu bernama Indonesia, Bangsa itu bernama Indonesia, maka bahasanya harus disebut Bahasa-Indonesia dan bukan Bahasa Melayu, walaupun unsur-unsur Bahasa Melayu mendasari Bahasa-Indonesia itu," tulis Tabrani.
Perdebatan antara Moh Yamin dan Tabrani membuat resolusi bahasa Indonesia ditangguhkan, dan akan dibahas dalam Kongres Pemuda Kedua. Kendati demikian, Kongres Pemuda II berkat Tabrani menghasilkan gagasan, "satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa Indonesia".
Akhir Hidup Mohammad Tabrani
Mohammad Tabrani menghembuskan nafas terakhir pada 12 Januari 1984, tepat ketika dirinya berusia 80 tahun. Jasad Tabrani kemudian dikebumikan di TPU Tanah Kusir, Jakarta.
Pada 2022, Badan Bahasa memprakarsai pengusulan gelar pahlawan nasional kepada Mohammad Tabrani. Usulan tersebut kemudian disetujui dan dianugerahkan Presiden Joko Widodo pada 10 November 2023 di Istana Negara.
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Dhita Koesno