tirto.id - Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Papua, Joko Supratikto mengatakan pemberian izin relaksasi ekspor konsentrat bagi Freeport, yang belum juga diberikan oleh pemerintah hingga sekarang, bisa mengerem pertumbuhan ekonomi di Papua.
Alasan dia, saat ini industri pertambangan masih menjadi faktor dominan yang mengerek pertumbuhan ekonomi di Papua.
"Pertumbuhan ekonomi Papua sangat tergantung dari pertambangan, pada 2016 pertumbuhan ekonomi Papua 9,21 persen dan sebagian besar karena faktor pertambangan yang tumbuh 13,15 persen. Jadi nanti akan sangat berpengaruh," ujar Joko, di Jayapura, Papua pada Sabtu (11/2/2017) seperti dikutip Antara.
Ia menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi Papua bisa tidak tergantung dari sektor pertambangan, asalkan ada peningkatan signifikan produksi beberapa sektor produksi pangan, seperti perikanan dan padi.
Hanya saja, kata dia, penguatan sektor-sektor tersebut masih membutuhkan waktu cukup panjang. Akibatnya, untuk jangka pendek, sektor pertambangan masih akan mendominasi pertumbuhan ekonomi Papua dalam beberapa tahun ke depan.
"Kami tahun ini proyeksikan pertumbuhan Papua mencapai 8-9 persen, tapi itu masih ditopang oleh pertambangan. Kami akan mendorong supaya Papua tidak tergantung dari tambang, makanya kita kerja sama dengan pemerintah daerah melalui pembagian lima wilayah adat yang masing-masing punya produk unggulan," kata dia.
Ia berpendapat produk yang paling menjanjikan untuk dikembangkan di Papua adalah sektor perikanan karena sumber daya alam yang tersedia masih melimpah dan kondisi lautnya tetap terjaga dengan baik.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Papua mengungkapkan perekonomian Papua pada 2016 tumbuh 9,21 persen atau lebih tinggi dari pertumbuhan pada 2015 yang sebesar 7,47 persen.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Papua JB. Priyono menjelaskan pertumbuhan terjadi di seluruh sektor usaha, namun tetap didominasi sektor pertambangan dan penggalian.
"Pertumbuhan ini didominasi oleh lapangan usaha Pertambangan dan Penggalian, kontribusinya sebesar 35,50 persen. Lapangan usaha ini mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 13,15 persen," kata dia.
Lapangan usaha Konstruksi merupakan kontributor pertumbuhan terbesar kedua karena mampu tumbuh 8,81 persen. Sedangkan lapangan usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang merupakan kontributor terbesar ketiga hanya mampu tumbuh 2,21 persen akibat menurunnya produksi tanaman pangan dan produksi Perikanan.
Kamis lalu (9/2/2017), Juru bicara PT Freeport Indonesia, Riza Pratama mengatakan perusahaannya dan pemerintah belum bisa bersepakat mengenai persyaratan penerbitan Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) Sementara yang akan memberikan peluang bagi Freeport mendapatkan izin relaksasi ekspor.
Penulis: Addi M Idhom
Editor: Addi M Idhom