Menuju konten utama

BI Pastikan Inflasi Jakarta Juli 2017 Stabil dan Terkendali

Inflasi di Jakarta diklaim stabil bersamaan dengan berkurangnya permintaan masyarakat terhadap bahan pangan dan jasa transportasi usai lebaran.

BI Pastikan Inflasi Jakarta Juli 2017 Stabil dan Terkendali
Deputi Gubernur Bank Indonesia Rosmaya Hadi menyampaikan pemaparan saat menggelar Bank Indonesia Mengajar bertajuk "Fridaypreneurship : Pengembangan UMKM dan Kewirausahaan" di Kampus ITB, Bandung, Jawa Barat, Jumat (16/6). ANTARA FOTO/Fahrul Jayadiputra

tirto.id - Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Rosmaya Hadi menyatakan tekanan inflasi di Jakarta hingga akhir bulan Juli akan stabil dan terkendali. Hal tersebut seiring dengan berkurangnya permintaan masyarakat terhadap bahan pangan dan jasa transportasi usai Hari Raya Idul Fitri.

Selain itu, kata dia, stabilnya inflasi di Jakarta juga disebabkan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) DKI Jakarta dapat menekan harga pada saat Ramadan hingga lebaran.

"Kita sangat lega setelah melewati bulan Ramadan dan lebaran dengan ter-manage, harga yang rendah dan daya belinya terkendali. Ini harganya bisa ditekan, masyarakat daya belinya stabil," ungkapnya di Balai Kota, Jakarta Pusat, Rabu (5/7/2017)

Ia juga menuturkan bahwa stabilisasi tersebut tak lepas dari kerjasama yang baik antara BI, TPID, dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Jakarta.

Dalam hal pengendalian harga pangan, misalnya, BUMD Pangan di Jakarta (PT Food Station Tjipinang Jaya, PD. Dharma Jaya dan PD. Pasar Jaya), saling bekerja sama dengan instansi seperti perbankan, transportasi, serta kementerian terkait (Kementerian Perdagangan dan Kemenetrian Pertanian) baik melalui manajemen stok, pasar murah, bazaar, subsidi pangan, dan sidak penimbunan.

Hal tersebut menurutnya dapat menjadi contoh bagi provinsi-provinsi lain yang ada di Indonesia.

"Banyak hal yang bisa kita perluas. Percontohan yang sudah kami kembangkan di Jakarta bisa diterapkan di daerah lain. Contohnya soal smart city dan BUMD-nya. Bagaimana BUMD berperan dalam menangani pangan. Kemudian stabilisasi dari inflasi yang demikian rendah padahal ini momen dengan skala yang selalu bergejolak. Ini perlu diperlihatkan ke provinsi lain," kata Rosmaya.

Lantaran hal itulah, kata dia, tahun ini tingkat inflasi selama Ramadan dapat ditekan hingga 50 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini ditunjukkan oleh inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Jakarta bulan Juni yang hanya sebesar 0,46% (mtm), lebih rendah dibandingkan inflasi nasional 0,96% (mtm).

Selain itu, inflasi ini juga jauh lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata historis inflasi bulan Idul Fitri dalam tiga tahun terakhir, yaitu 0,93% (mtm).

"Biasanya kan ada sesion-sesion tertentu harga tuh naik sedikit, biasanya saat Idul Fitri, Natal, dan akhir tahun. Ini kita coba tekan sebaik-baiknya sehingga hanya 0,46. Biasanya 0,93. Jadi 50 persen lah turunnya. Terkendali dengan baik," kata Rosmaya menerangkan.

Di luar harga pangan, inflasi yang rendah juga didukung oleh stabilnya perkembangan harga komoditas pada kelompok inti. Kenaikan harga komoditas kelompok pengeluaran makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau yang rendah merupakan pendorong utama stabilnya kelompok inti.

Kelompok ini, menurut rilis dari Bank Indonesia, hanya mengalami inflasi sebesar 0,35% (mtm), lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata bulan Idul Fitri pada 3 tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 1,19% (mtm).

Terkendalinya harga pangan yang digunakan sebagai bahan baku makanan jadi, turut mendukung pencapaian inflasi yang rendah tersebut. Sementara itu, kelompok pengeluaran sandang tercatat sebesar 0,75 % (mtm), sedikit lebih tinggi dari rata-ratanya (0,46% mtm). Hal ini terutama disebabkan oleh kenaikan harga emas perhiasan sebesar1,54% (mtm).

Baca juga artikel terkait INFLASI atau tulisan lainnya dari Hendra Friana

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Hendra Friana
Penulis: Hendra Friana
Editor: Yuliana Ratnasari