tirto.id - Menjalani puasa Ramadan di Finlandia bukan pekerjaan mudah. Pasalnya, negara Skadinavia ini punya musim yang sama-sama ekstrem karena berada dalam zona boreal. Karakteristik iklim di kawasan ini adalah hangat ketika musim panas dan bikin badan beku kala musim dingin. Di daerah paling utara seperti Lapland, musim dingin bisa berlangsung selama 7 bulan dan suhu bisa turun drastis hingga -45 celsius. Pada 2012, di Lapland, matahari tidak terbit selama 51 hari.
Namun, ketika musim panas tiba, matahari seolah enggan terbenam. Finnish Meteorological Institute pada 2012 mengatakan matahari tidak terbenam selama 73 hari berturut-turut di daerah utara Finlandia. Lalu bagaimana dengan puasa Ramadan di Finlandia?
Menurut Rika Melissa, puasa Ramadan tahun ini berlangsung tepat di puncak musim panas. Puasanya jadi panjang, sekitar 20-21 jam. Rika adalah satu dari dua warga Indonesia yang tinggal di Kerava, sebuah kota kecil berpenduduk sekitar 30.000 orang.
"Dengan BSD saja masih kalah besar," kelakar Rika.
Kerava masih termasuk dalam pääkaupunkiseutu atau daerah ibu kota Helsinki Greater Area. Jika naik kereta, pusat kota Helsinki bisa ditempuh dalam waktu 25 menit.
Rika pindah ke Finlandia pada 2010. Saat itu ia sedang hamil anak pertama. Suasana Ramadan di Finlandia tentu amat berbeda dengan Indonesia. "Ada banyak banget yang saya rindukan dari Ramadan di Indonesia!" kata Rika.
Hal-hal kecil justru sekarang jadi terasa berarti. Mulai dari tayangan azan Magrib di teve, suara azan dari masjid melalui TOA, hingga wajah-wajah bersemangat menyambut Magrib. Ketika tinggal di Indonesia, Rika suka sekali tarawih di masjid.
"Suasana tarawih di Indonesia menyenangkan sekali buat saya. Khidmat tapi gembira. Ada banyak anak-anak berlarian di masjid, juga banyak tukang jajanan berdagang di halaman masjid," ujarnya.
Di Kerava, suasananya jauh dari hiruk-pikuk. Karena tak ada masjid, Rika salat tarawih di rumah. Sebenarnya untuk mencari suasana khas Indonesia, Rika bisa datang ke KBRI di Helsinki. Di sana, para warga Indonesia mengadakan acara buka bersama setiap Sabtu malam. Masalahnya, jadwal berbuka puasa biasanya pukul 10:20 malam. Acara baru usai selepas salat Subuh pukul 2 pagi. Karena itu, Rika tak bisa sering ke sana.
"Kendaraan umum untuk balik ke Kerava sudah langka sekali jam segitu," ujar ibu dua anak ini.
Suasana ini sedikit berbeda ketika Rika tinggal di Jerman pada 2002. Saat itu Rika menjadi mahasiswa S2 Psikologi di Ludwig Maximillians Universität, Munich. Selepas lulus, Rika melanjutkan berbagai program magang. Total, Rika tinggal di Jerman selama 4 tahun.
Di Jerman, populasi mahasiswa Indonesia cukup banyak. Apalagi di kota besar seperti Munich. Rika juga punya banyak kawan akrab sesama mahasiswa Indonesia. Mereka sering mengadakan acara buka bersama. Saat itu puasa Ramadan berlangsung di musim dingin, yang membuat matahari lebih cepat terbenam. Di Finlandia, karena sejak 2014 Ramadan datang di musim panas, buka puasa berlangsung saat larut malam. Hal ini membuat acara buka bersama jadi lebih sukar dilakukan.
Beberapa waktu lalu, Independent menurunkan laporan berjudul "How Muslim Fast in Countries Where the Sun Never Sets". Salah satu narasumbernya adalah Mohammed, seorang pekerja asal Bangladesh yang tinggal di Lapland. Menurutnya, puasa dimulai pada 01.35 saat azan Subuh berkumandang. Mereka akan berbuka puasa pada 00.48 keesokan harinya.
"Jadi puasanya berlangsung selama 23 jam 5 menit," ujarnya.
Rika punya 2 orang anak lelaki, Kai dan Sami. Sang ibu sering menulis tingkah polah lucu nan menggemaskan kedua anaknya di blog. Rika mengajarkan tentang puasa pada Kai dan Sami. Saat ini Kai berusia 6,5 tahun. Di sekolahnya ada guru agama Islam, yang juga mengajari Kai tentang puasa.
"Sebenarnya mereka takut dan sungkan untuk berpuasa. Kata mereka: kami takut lapar padahal anak kecil, kan, lapar terus-terusan dan butuh makanan buat tumbuh besar," kata Rika. Kai mulai rutin ikut puasa tahun ini. Ia puasa hingga jam makan siang sekolah.
Tinggal di Finlandia juga menjauhkan Rika dari ciri khas Ramadan di Indonesia: Aneka ria kudapan, makanan, juga minuman. Ketika puasa datang, ibunda Rika rajin membuat tape ketan hitam, juga rajin sekali membeli bubur jongkong dan bubur kampiun. Kolak pisang juga terhitung amat sering hadir. Minuman yang juga hanya dibuat ketika Ramadan adalah es timun.
"Biasanya orang lain pakai timun suri, tapi ibu saya lebih suka pakai serutan timun biasa yang dicemplungin ke dalam jus jeruk. Kadang dicampur dengan potongan mangga manis. Segar sekali," kata Rika.
Saat puasa juga, biasanya Ibunda Rika memasang rendang dalam jumlah banyak. Ini soal kepraktisan. Rendang adalah jenis lauk yang tahan lama, sehingga Ibunda Rika tak perlu repot memasak. Saking seringnya makan rendang, pernah dalam suatu masa Rika trauma dengan rendang. "Baru setelah di Jerman saya jadi sering kangen makanan Indonesia lagi."
Jauh dari Indonesia membuat Rika merindukan tumis kangkung buatan sang Ibu. Tumis kangkung adalah sayuran yang amat mudah dibuat, begitu pula bahannya. Bisa dibilang tumis kangkung adalah semacam comfort food bagi orang Indonesia. Ia enak disantap kapan saja. Sarapan, oke. Makan siang, mantap. Untuk makan malam pun ayo saja. Namun Rika terpaksa menahan keinginannya untuk menyantap tumis kangkung sering-sering.
Pasalnya, harga kangkung amat mahal di Finlandia. Satu ikat bisa mencapai 3,5 Euro atau sekitar Rp52 ribu. Padahal di Indonesia, dengan Rp5 ribu saja, kamu bisa pesta kangkung. Apa boleh buat, keinginan itu harus dipendam.
Rika sering memasak untuk buka puasa. Untungnya, Mikko, suaminya, memang pencinta makanan Indonesia. Ia amat menggemari masakan Minang. Sekarang suaminya sedang menggilai masakan Sunda.
"Tapi apa pun masakan dari Indonesia, Mikko hampir selalu suka," kata Rika.
Tinggal di daerah berjarak ribuan kilometer dari Indonesia, membuat Rika belajar tentang kerinduan akan kampung halaman. Dulu sewaktu tinggal di Indonesia, Rika mengaku heran melihat orang-orang rela membayar tiket mahal demi pulang kampung, atau rela menempuh macet puluhan jam demi mudik Lebaran.
"Sekarang, di Finlandia, saya jadi mengerti sekali betapa pentingnya pulang kampung di masa Ramadan dan Lebaran. Saya jadi galau berat dan sering mewek kalau lebaran enggak bisa mudik ke Indonesia."
Tapi tahun ini Rika tak akan mewek. Minggu ini keluarga kecilnya akan mudik ke Indonesia. Mereka juga akan berencana mengikutkan Kai dan Sami dalam sahur dan mengajak mereka berpuasa semampunya. Sudah pasti juga Rika bisa salat Tarawih di masjid, mendengar azan dari TOA masjid, dan tentu saja: menyantap tumis kangkung kesukaannya dan sepuasnya.
Penulis: Nuran Wibisono
Editor: Fahri Salam