Menuju konten utama
Periksa Fakta

Benarkah Tiket Film Ahok Dibagikan karena Sepi Penonton?

Memang ada pembagian voucher tiket film A Man Called Ahok, tapi bukan karena film itu sepi penonton.

Fact Check terkait dengan rumor voucher tiket film Ahok yang dibagi-bagikan. twitter/@putrabanten80

tirto.id - Berbagai tanggapan muncul dalam percakapan di media sosial, sesaat setelah film berjudul A Man Called Ahok resmi tayang di jaringan bioskop, 8 November 2018. Yang dibicarakan bukan hanya soal jalan ceritanya, tapi juga rumor soal adanya penggalangan massa untuk menonton film tersebut.

Film yang mengisahkan sosok bernama Ahok itu dibuat oleh rumah produksi The United Team of Art. Cerita berpusat pada hubungan Ahok (Basuki Tjahaja Purnama) dengan ayahnya, bisnis tambang yang tidak lancar, hingga soal kebangkrutan usaha. Film ini juga mencoba menyorot lelaki yang bertekad terjun ke dunia politik dan berupaya menjadi pemimpin itu.

Rumor

Namun, ada rumor menyebar di percakapan media sosial, yang tidak terkait jalan ceritanya. Sebuah cuitan di Twitter misalnya, dari akun bernama @putrabanten80, 7 November 2018, menyebut bahwa ada tiket gratis dan uang dibagikan karena sepinya penonton film A Man Called Ahok. Sebuah foto voucher turut dia bagikan sebagai bukti.

“Penonton Sepi, Teman Ahok Dikasih Tiket Gratis Dan Uang Rp 50 Ribu Supaya Mau Nonton Film Si Ahok...Tapi kenapa tetap sepi juga yaa...?😂😂 #2019PrabowoSandi #AdilMakmur” tulisnya.

Bahkan, ada pula yang menambahkan bahwa mobilisasi tiket gratis dan uang itu akan tersebar melalui pengajian dan Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK). Hal ini dicuitkan oleh akun bernama @ustadgo sehari setelahnya.

Namun, ada pula yang mencoba menanggapi, serta membandingkannya dengan film lain berjudul Hanum & Rangga: Faith & The City (selanjutnya Hanum & Rangga). Akun Twitter bernama @Donihendarto, 9 November 2018, mencoba menunjukkan film A Man Called Ahok tidak sepi penonton. Sebaliknya, justru film Hanum & Rangga yang terlihat demikian. Doni menggunakan tangkapan layar informasi booking tiket via aplikasi pemesan.

Pertanyaannya, benarkah ada voucher tiket untuk film berjudul A Man Called Ahok itu, termasuk pemberian uang sebesar Rp50 ribu?

Fakta

Voucher Tiket dari Sejuta Teman

Voucher tiket untuk menonton film memang normal dan umum terjadi. Apalagi jika ada suatu event yang lantas memberi orang kesempatan untuk menonton gratis atau saat kegiatan nonton bareng. Bahkan, voucher semacam itu bisa dijadikan suvenir ataupun hadiah perlombaan.

Lantas, benarkah Teman Ahok—kelompok pendukung Ahok—terkait dengan voucher tersebut?

Tirto mendapatkan konfirmasi dari Muhammad Fathony, Koordinator Sejuta Teman (11/11/2018). Tony membenarkan adanya voucher tiket gratis dari kegiatan nonton bersama yang dilakukan kelompoknya.

Namun, kegiatan itu hanya sebatas kegiatan bersama apresiasi dan berkumpulnya para relawan digital, tanpa pemberian uang. Voucher yang dipergunakan adalah alat bantu untuk ditukar dengan tiket bioskop.

“Kalau acara nonton bareng memang ada kemarin, tapi kalau kasih uang tidak ada. Ditukarkan dengan tiket voucher-nya,” jawab Tony.

Soal voucher tiket, dia menyatakan Sejuta Teman menyediakan 50 kursi untuk kegiatan yang berlangsung di bioskop Hollywood XXI, (10/11/2018). Tony juga menyatakan bahwa kegiatannya itu mereka bagikan ceritanya melalui akun Instagram.

Sementara, terkait dengan produksi, distribusi maupun soal marketing film, Tony mengaku tidak terlibat sama sekali.

“Tidak terlibat langsung dalam film dan marketingnya. [Terkait dengan acara nonton bersama], kita sediakan tiket 50 saja buat relawan digital [yang ikut dalam kegiatan]," ucapnya.

Sejuta Teman dulu bernama relawan Teman Ahok. Dalam konteks Pemilihan Presiden 2019, Tony dan sebagian relawan Teman Ahok menyatakan mendukung pasangan Jokowi-Ma'ruf. Nama Teman Ahok lantas berubah menjadi Sejuta Teman.

Soal Jumlah Penonton

Data mengenai jumlah penonton film yang sedang tayang di bioskop tentu bukanlah data akhir. Selama film itu masih tayang, perubahan jumlah penonton film masih dapat terjadi.

Artinya, informasi yang disebarkan oleh pengguna Twitter bernama @Donihendarto, atas perbandingan jumlah penonton film A Man Called Ahok dengan film berjudul Hanum & Rangga tidaklah sepenuhnya tepat.

Informasi Doni hanya berlaku dalam konteks melihat jumlah kursi yang sedang di-book secara real time saat dirinya melakukan tangkapan layar informasi tersebut. Informasinya pun melalui perantara aplikasi pemesanan tiket. Bisa saja, orang yang sudah memesan batal menonton ataupun berhalangan hadir di bioskop saat jam pertunjukan berlangsung.

Melalui laman Film Indonesia, sebuah situs informatif soal film di Indonesia, program dari Konfiden, menunjukkan jumlah penonton film A Man Called Ahok mencapai 103.002 (hingga 12 November 2018 per 09.00 WIB). Sementara itu, jumlah penonton film Hanum & Rangga mendapat 45.000 penonton.

Namun, kedua data tersebut bersifat sementara. Selain itu, patut dicatat bahwa tidak ada informasi data jumlah penonton yang cukup terbuka publik dan mudah diakses. Laman Film Indonesia mengolah data perkiraan jumlah penonton dari berbagai sumber, seperti Cinema 21, PPFI, Blitzmegaplex, produser film, dan sumber-sumber lainnya.

Kesimpulan

Rumor soal foto voucher disebar di media sosial karena jumlah penonton film A Man Called Ahok sedikit tidak sepenuhnya tepat. Melalui konfirmasi kepada Muhammad Fathony, Koordinator dari Sejuta Teman, voucher itu memang ada, tapi terbatas untuk kegiatan internal.

Voucher yang jumlahnya mencapai 50 buah itu diberikan sebagai apresiasi dan ajang berkumpulnya para relawan digital Sejuta Teman di bioskop Hollywood XXI, (10/11/2018). Tidak ada pemberian uang seperti disebut rumor.

Sementara itu, lontaran soal jumlah data penonton atau sepi-tidaknya penonton film juga tidak sepenuhnya tepat. Data jumlah penonton mesti dilihat hingga film tersebut selesai tayang di jaringan bioskop. Artinya, sekadar menampilkan jumlah booking kursi secara real time tidak tepat dijadikan indikator dari kesuksesan penjualan suatu film.

Dua informasi yang beredar di percakapan media sosial tersebut bukan saja tak sepenuhnya tepat, tetapi juga cenderung menjadi ajang pertarungan dalam kampanye jelang Pilpres 2019.

===========

Tirto mendapat akses aplikasi CrowdTangle yang menunjukkan sebaran sebuah unggahan (konten) di Facebook, termasuk memprediksi potensi viral unggahan tersebut. Akses tersebut merupakan bagian dari realisasi penunjukan Tirto sebagai pihak ketiga dalam proyek periksa fakta Facebook.

Baca juga artikel terkait PERIKSA DATA atau tulisan lainnya dari Frendy Kurniawan

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Frendy Kurniawan
Editor: Maulida Sri Handayani