tirto.id - Penelitian nyamuk Wolbachia diklaim mendapat dukungan dari Bill Gates yang dikenal sebagai miliarder sekaligus pendiri Microsoft. Bahkan, muncul isu yang menyebutkan bahwa nyamuk Wolbachia akan menjadi penyebab pandemi jilid 2.
Seperti yang diketahui, sosok Bill Gates sering dikaitkan dengan pandemi COVID-19. Ia bahkan disebut-sebut sebagai dalang di balik pandemi tersebut dengan tujuan mengendalikan orang-orang lewat sebuah microchip yang diberikan lewat vaksin.
Meski tudingan tersebut tidak memiliki bukti kuat dan hanya beredar sebagai teori konspirasi, tak bisa dipungkiri bahwa nama Bill Gates akan tetap mendapat predikat negatif bagi sebagian orang.
Saat nyamuk Wolbachia menyeret nama Bill Gates, orang-orang kembali skeptis dengan inovasi yang diklaim dapat memberantas demam berdarah dengue (DBD) ini. Sebaliknya, nyamuk Wolbachia justru dituding akan menyebabkan pandemi seperti 2020 lalu.
Hal inilah yang membuat banyak pihak menolak penyebaran nyamuk Wolbachia di daerah mereka. Akan tetapi, bagaimana fakta sesungguhnya?
Fakta Nyamuk Wolbachia Didukung oleh Bill Gates
Teknologi nyamuk ber-Wolbachia merupakan inovasi hasil penelitian World Mosquito Program (WMP). WMP sendiri adalah perusahaan nirlaba milik Monash University dan memang berfokus pada penyakit-penyakit yang disebabkan oleh nyamuk, seperti demam berdarah atau DBD, Zika, yellow fever, dan chikungunya.
Dalam laman resminya, WMP menyebutkan bahwa penelitian tentang nyamuk Wolbachia ini memang mendapatkan dukungan dari The Bill and Melinda Gates Foundation yang didirikan oleh Bill Gates. Tak hanya dari Bill Gates, WMP juga mendapat sokongan dana dari the Wellcome Trust, yayasan amal yang berfokus pada penelitian kesehatan.
Setelah progres Wolbachia menunjukkan hasil positif di Australia, The Bill and Melinda Gates Foundation dan the Wellcome Trust memberikan sumbangan hingga 50 juta dolar Australia selama tiga tahun. Keduanya pun tercatat sudah memberikan total dana sebesar 185 juta dolar Australia kepada WMP sejak 2010.
Sementara itu, CEO WMP, Scott O'Neill, menjelaskan bahwa nyamuk-nyamuk Wolbachia dikembangbiakkan di sebuah pabrik yang ada di Medellín, Kolombia. Setidaknya ada 30 juta nyamuk Wolbachia yang berhasil dikembangbiakkan oleh para ilmuwan di sana setiap minggunya dan disebar ke banyak wilayah.
Wolbachia sendiri merupakan bakteri alami yang aman bagi manusia dan lingkungan. Wolbachia ini dimasukkan ke dalam tubuh nyamuk dan diklaim dapat menghentikan penularan virus dengue penyebab penyakit DBD.
Nyamuk ber-Wolbachia yang sudah dikembangkan oleh ilmuwan kemudian dilepas ke berbagai wilayah. Nyamuk ber-Wolbachia nantinya akan kawin dengan nyamuk lain sehingga bisa menghasilkan keturunan nyamuk ber-Wolbachia. Dengan demikian, populasi nyamuk ber-Wolbachia diharapkan semakin banyak dan penyakit DBD pun bisa menghilang.
Mengenai isu bahwa Wolbachia akan menyebabkan pandemi kedua, tentunya hal ini belum bisa dibuktikan kebenarannya. Namun, Kementerian Kesehatan menegaskan bahwa nyamuk Wolbachia memberikan manfaat karena bisa mengatasi penyakit DBD di Indonesia.
Hal ini didukung oleh data hasil uji coba yang dilakukan oleh WMP di Indonesia, khususnya di DI Yogyakarta, pada 2017. Pada 2022, hasil menunjukkan adanya penurunan angka kasus DBD hingga 77 persen. Kasus rawat inap akibat DBD juga ikut menurun sebanyak 86 persen sehingga dianggap sebagai hasil yang positif dan menjanjikan.
Penulis: Erika Erilia
Editor: Nur Hidayah Perwitasari