Menuju konten utama
Periksa Fakta

Benarkah Jawa Tengah Dipimpin Ganjar Jadi Provinsi Termiskin?

Berdasar data BPS, provinsi di Pulau Jawa dengan persentase penduduk miskin paling besar adalah DI Yogyakarta pada semester 1 tahun 2023.

Benarkah Jawa Tengah Dipimpin Ganjar Jadi Provinsi Termiskin?
Header Periksa Fakta Jateng Termiskin. tirto.id/Fuad

tirto.id - Penetapan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sebagai bakal calon presiden (capres) dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) diikuti dengan pro dan kontra. Beberapa orang mulai membandingkan prestasi serta juga hal-hal yang dinilai gagal dilakukan Ganjar selama menjadi orang nomor satu di Jawa Tengah.

Salah satu yang menjadi perbincangan ramai di media sosial baru-baru ini adalah soal tingkat kemiskinan di Jawa Tengah. Di beberapa grup Facebook muncul narasi yang menyebut Jawa Tengah menjadi provinsi termiskin selama Ganjar memimpin.

"Anies sdh membuktikan sukses diJakarta walau1periode, ganjar sdh membuktikan Propinsi termiskin di jawa walau 2 periode 🤣'Salam Perubahan👍," begitu sebut akun "Wir Anto" dalam unggahannya di grup publik di Facebook bernama "Ibu Kota Nusantara", Minggu (20/8/2023).

Foto Periksa Fakta Jateng Termiskin

Foto Periksa Fakta Jateng Termiskin. foto/Hotline Periksa Fakta tirto

Unggahan berbentuk gambar teks ini menarik diskusi dan perhatian. Sampai dengan Rabu (23/8/2023), unggahan tersebut mendapat 2.100 impresi (likes dan emoticons), 4.400 komentar, dan 17 kali dibagikan ulang.

Terdapat pula unggahan serupa yang juga berseliweran di grup publik Facebook lainnya.

Lantas benarkah Jawa Tengah menjadi provinsi termiskin di Jawa saat dipimpin Ganjar Pranowo?

Penelusuran Fakta

Untuk mengetahui fakta dibalik klaim Jawa Tengah provinsi termiskin di Pulau Jawa (ataupun secara nasional), data persentase penduduk miskin dari Badan Pusat Statistik (BPS) dapat menjadi rujukan.

Data BPS mengenai persentase penduduk miskin untuk tiap provinsi dilakukan dua kali setiap tahunnya, yakni setiap bulan Maret untuk semester 1 dan September untuk semester 2.

Data terbaru BPS soal persentase penduduk miskin yang bisa menjadi rujukan adalah data semester 1 tahun 2023. Berdasar data tersebut, angka orang miskin di Jawa Tengah mencatatkan angka 10,77 persen. Angka ini berada di atas angka persentase penduduk miskin nasional yang sebesar 9,36 persen.

Jika membandingkan dengan provinsi lain di Pulau Jawa, persentase kemiskinan di Jawa Tengah menjadi kedua yang paling tinggi, bukan tertinggi, mengekor Daerah Istimewa Yogyakarta (11,04 persen). Selain DI Yogyakarta dan Jawa Tengah, ada juga Jawa Timur yang punya proporsi penduduk miskin di atas angka nasional, sebesar 10,35 persen pada semester 1 2023.

Tiga provinsi lainnya di Pulau Jawa, berturut-turut; Jawa Barat (7,62 persen), Banten (6,17 persen), dan DKI Jakarta (4,44 persen), persentase penduduk miskinnya berada di bawah rata-rata nasional pada periode yang sama.

Sementara jika dibandingkan provinsi lain di seluruh Indonesia, ada 14 provinsi yang persentase tingkat penduduk miskinnya lebih tinggi dibanding Jawa Tengah pada periode yang diukur.

Sejak dipimpin oleh Ganjar (dilantik pada Agustus 2013), tercatat sempat dua kali Jawa Tengah menjadi provinsi dengan persentase penduduk miskin paling tinggi di Pulau Jawa, semester 2 tahun 2015 dan semester 2 tahun 2016. Pada dua kesempatan tersebut angka proporsi penduduk miskin di Jawa Tengah berselisih tipis dengan DI Yogyakarta yang berada di atasnya.

Namun, jika melihat tingkat penurunan persentase kemiskinan, Jawa Tengah di bawah kepemimpinan Ganjar justru menunjukkan progres positif. Tahun 2013 Semester 2, persentase penduduk miskin di Jawa Tengah sebesar 14,44 persen.

Terjadi tren penurunan terus sampai mencapai 10,58 persen pada semester 2 tahun 2019. Tahun 2020, ketika pandemi COVID-19 melanda dunia, persentase tingkat kemiskinan di Jawa Barat, juga secara umum nasional, mengalami kenaikan. Titik proporsi penduduk miskin pernah mencapai 11,84 persen pada semester 2 tahun 2020 sebelum kembali terus turun sampai 10,77 persen pada tahun 2023.

Artinya terjadi penurunan sekitar 3,67 persen dalam kurun waktu hampir 10 tahun atau hampir dua periode Ganjar menjadi Gubernur Jawa Tengah.

Jika dibandingkan provinsi lain di Pulau Jawa persentase penurunan penduduk miskin cenderung lebih kecil. Di Jawa Barat, persentase penduduk miskin semester 2 tahun 2013 sebesar 9,61 persen dan menjadi 7,62 persen (penurunan 1,99 persen) pada semester 1 2023. Sementara di Jawa Timur dari 12,74 persen pada semester 2 tahun 2013 menjadi 10,35 persen pada semester 1 tahun 2023 (penurunan 2,39 persen).

DKI Jakarta malah terjadi kenaikan presentase penduduk miskin dari 3,72 persen pada semester 2 2013 menjadi 4,44 persen pada paruh pertama tahun 2023. Jakarta masih berusaha menekan proporsi penduduk miskin sejak meningkat pada semester 2 2020 karena pandemi COVID-19.

Sebagai catatan tambahan, di tiga provinsi selain Jawa Tengah tersebut, tidak ada gubernur di Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Jawa Timur, yang menjabat dua periode seperti Ganjar di Jawa Tengah.

Kesimpulan

Melihat data dari BPS terkait penduduk miskin, klaim Jawa Tengah menjadi provinsi paling miskin di Pulau Jawa saat dipimpin Ganjar kurang tepat. Provinsi dengan proporsi penduduk miskin paling banyak di Jawa adalah DI Yogyakarta berdasar data semester 1 tahun 2023.

Jawa Tengah memang sempat menjadi provinsi dengan proporsi jumlah penduduk miskin terbanyak pada tahun 2015 semester 2 dan 2016 semester 2. Namun, secara keseluruhan, selama Ganjar menjadi Gubernur Jawa Tengah, proporsi penduduk miskin cenderung menurun.

Oleh sebab itu informasi di media sosial yang menyebut Jawa Tengah menjadi provinsi termiskin di Jawa Tengah saat dipimpin Ganjar Pranowo bersifat salah dan menyesatkan (false & misleading).

==

Bila pembaca memiliki saran, ide, tanggapan, maupun bantahan terhadap klaim Periksa Fakta dan Periksa Data, pembaca dapat mengirimkannya ke email factcheck@tirto.id.

Baca juga artikel terkait PERIKSA FAKTA atau tulisan lainnya dari Alfons Yoshio Hartanto

tirto.id - Politik
Penulis: Alfons Yoshio Hartanto
Editor: Farida Susanty