tirto.id - Fenomena serangan siber di dunia berjenis Ransomware atau Malware WannaCry diklaim tidak akan mengganggu aktivitas di pasar modal domestik. Hal ini dipaparkan langsung Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio.
"Ada atau tidak ada virus itu, BEI selalu melakukan pemeriksaan sebelum sesi pembukaan perdagangan efek yang dimulai pada pukul 09.00 WIB. Setiap jam 07.00 WIB BEI rutin melakukan pemeriksaan sistem, saya juga langsung lihat, semoga aman," ujar Tito Sulistio di Jakarta, Senin (15/5/2017).
Ia menambahkan bahwa sistem keamanan di pasar modal Indonesia juga berlapis dan juga telah mengadaptasi teknologi yang dimiliki oleh bursa Nasdaq. Sekitar 88 Bursa Efek di dunia menggunakan sistem Nasdaq, termasuk Indonesia.
"Sistem pengawasan yang dipakai Bursa kita, yakni JATS-NextG (Jakarta Automated Trading System Next Generation) itu dari Nasdaq. Otoritas Bursa sudah pakai sistem Nasdaq sudah lama, bukan sekarang," ucapnya.
Meski sistem elektronik di BEI relatif aman, ia mengatakan bahwa pihaknya tetap terus meningkatkan keamanannya agar investor di pasar modal domestik merasa aman dalam melakukan aktivitasnya.
"Kita terus meningkatkan pengamanannya ada atau tidak adanya serangan siber," katanya.
Sebelumnya, President of Nasdaq Adena T Friedman mengemukakan bahwa pihaknya berkomitmen untuk membantu dan mendukung sistem perdagangan dan pengawasan efek di BEI sehingga dapat menunjang pertumbuhan industri pasar modal.
"Bursa Efek Indonesia adalah mitra kami dalam hal teknologi, kami bekerjasama untuk menyediakan dan mendukung sistem perdagangan dan pengawasan pasar sehingga menjadi lebih baik," ujar Adena T Friedman.
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari