tirto.id - Bersama Digital Data Centre (BDDC) bersama Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet (APJII) meresmikan fasilitas pusat data JST1 (Jakarta Selatan Timur 1) di Jakarta Timur, Rabu (09/10/2024).
Peresmian JST1 adalah komitmen BDDC untuk meningkatkan stabilitas kebutuhan pusat data di Indonesia dari sisi kapasitas dan jumlahnya.
“Di beberapa media, saya baca Pak Menteri bilang bahwa Indonesia saat ini kapasitasnya baru kurang lebih 4-6 persen dari real kebutuhan data center Indonesia. Jadi, kami melihat ini adalah opportunityyang sangat bagus, sekaligus agak menyedihkan,” ujar Komisaris Utama BDDC, Setyanto Hantoro, dalam sambutannya di acara Grand Opening JST1, Rabu.
Setyanto mengatakan bahwa Indonesia masih kekurangan pusat data. Padahal, Indonesia sangat membutuhkan pusat data yang berlimpah untuk mendorong digitalisasi industri serta pertumbuhan ekonomi dalam negeri.
“Untuk menjawab tantangan itu, kami di BDDC mencoba ikut berkontribusi kepada penyiapan infrastruktur digital. Kami secara bersama-sama dengan APJII berusaha untuk menyediakan dua di antara beberapa infrastruktur inti yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi digital,” ucapnya.
“Pertama, data center nya itu sendiri. Kedua adalah titik kumpulnya yang kita sebut internet efficiency,” imbuh Setyanto.
Dalam pidatonya, Setyanto menekankan bahwa JST1 ini dipastikan bukan hanya untuk menjadi pusat data, melainkan juga sebagai titik kumpul bagi para digital enablerbaik di Indonesia maupun di luar negeri.
“Nah, sebagai titik kumpul ada salah satu hal yang utama, yaitu konektifitasnya, interkoneksinya bagaimana,” jelasnya.
Untuk memastikan hal itu terealisasi, Setyanto menyebut BDDC berkolaborasi dengan APJII untuk membangun Indonesia Internet Exchange(IIX JK2) yang akan dilakukan di akhir tahun 2024 ini.
“Ini merupakan kolaborasi strategis yang memang secara sengaja kami lakukan dan kami usahakan bersama-sama dalam tahun terakhir ini agar kita bisa benar-benar menjadi, sebutan kami adalah digital hub bagi para digital enabler di Indonesia,” imbuhnya.
Dalam rangka mendukung data onshore yang dibutuhkan di dalam negeri, Ketua Umum APJII, Muhammad Arif, mengatakan bahwa lembaganya telah mengambil langkah nyata dengan berkolaborasi dengan BDDC.
“Kami berharap IIX JK2 ini dirancang untuk memberikan dukungan penuh terhadap pertumbuhan penyelenggara jasa inter-Indonesia serta memperkuat lalu lintas data pada Indonesia Internet Exchange. Sebagai informasi, jumlah ISP saya berdiri di sini sudah sekitar 1.180-an, kurang lebih gitu Pak Menteri,” tutur Arif.
Setyanto menambahkan bahwa Indonesia membutuhkan regulasi untuk mendukung para pelaku industri untuk bersama-sama mendorong ketersediaan infrastruktur digital di Indonesia.
“Regulasi bisa mengatur agar pengolahan dan penempatan data itu bisa dilakukan onshore di wilayah Republik Indonesia. Ada banyak keuntungan apabila kita melakukan itu. Yang pertama tentu saja adalah pertumbuhan dari industri data center itu sendiri akan menjadi potensinya dari Indonesia,” ucapnya.
Lebih lanjut, Setyanto mengatakan bahwa yang tidak kalah penting adalah aspek keamanan dan kemandirian digital bagi Indonesia.
“Penyimpanan dan pengolahannya kita harus bisa mandiri. Dan dengan kebijakan onshore data center itu, saya rasa itu merupakan suatu hal yang bisa mendorong hal ini berujung,” tuturnya.
Sementara itu, Menteri Komunikasi dan Informatika, Budi Arie Setiadi, menjelaskan bahwa industri data center terus berkembang pesat secara global seiring meningkatnya perkembangan teknologi digital.
“Harapannya dengan peresmian BDDC JST1 ini dapat memacu pertumbuhan industri data center nasional serta meningkatkan daya saing sektor digital Indonesia dan mendukung percepatan transformasi digital. Dalam hal ini, artinya BDDC berkontribusi dalam penguatan dan pengadaan infrastruktur digital di Indonesia khususnya industri data center,” ujar Budi Arie.
Budi juga menyoroti soal pemusatan data center dalam negeri. Menurutnya, data-data yang berada di server luar negeri semestinya dapat disimpan di data center di Indonesia.
“Ini perlu kita tanyakan industri. Kalau industri setuju, semua data yang beroperasi di Indonesia harus disimpan di data center di Indonesia. Pemerintah harus mendengarkan itu,” katanya.
Turut hadir dalam peresmian JST1 ini Presiden Direktur BDDC, Angelo Syailendra.
Penulis: Nabila Ramadhanty
Editor: Irfan Teguh Pribadi & Fadrik Aziz Firdausi