Menuju konten utama

Bank Mandiri Genjot Penyaluran Kredit di UMKM Pariwisata

Mandiri berencana menggenjot penyaluran kredit untuk UMKM pariwisata karena prospek bisnisnya cukup menjanjikan.

Bank Mandiri Genjot Penyaluran Kredit di UMKM Pariwisata
Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo bersama Direktur Treasury dan International Banking Darmawan Junaidi, berbincang seusai paparan publik tentang laporan keuangan triwulan I/2018 PT Bank Mandiri Tbk di Jakarta, Selasa (24/4/2018). ANTARA FOTO/Aprillio Akbar

tirto.id -

Bank pelat merah, PT Bank Mandiri Tbk. berencana memperbesar penyaluran kredit UMKM yang bergerak di sektor pariwisata lantaran prospeknya yang masih menjanjikan.

Apalagi, kata Direktur Retail Banking Bank Mandiri Donsuwan Simatupang, pengeluaran milenial untuk berwisata dan kuliner dari milenial saat ini masih cukup tinggi.

"Kami lihat porsi traveling dan kuliner itu bisa sampai 60 persen dari total pengeluaran kartu debit dan kartu kredit. Untuk itu, pariwisata jadi target pertumbuhan kredit Bank Mandiri," tutur Donsuwan di acara Mandiri Media Training di Bali, Kamis (12/09/2019)

Tak hanya itu, lanjut Donsuwan, angka kredit macet (non performing loan/NPL) di sektor pariwisata juga terbilang rendah. Per Agustus 2019, angka NPL untuk UMKM secara umum tercatat 2 persen, atau lebih rendah ketimbang Agustus 2018 sebesar 3,3 persen.

Kendati tidak menyebutkan angka NPL untuk sektor pariwisata, Donsuwan meyakini NPL UMKM pariwisata sangat baik. Apalagi, margin di bisnis pariwisata umumnya lebih tinggi ketimbang sektor usaha lainnya, sehingga peluang untuk kredit macet juga kecil.

"Inilah keunggulan dari sektor pariwisata. Margin untungnya itu sangat besar. Misal ketika jual kelapa muda. Jika di Jakarta hanya Rp10.000 per buah, di tempat wisata itu bisa naik sampai Rp50.000," ujarnya.

Penyaluran kredit UMKM Bank Mandiri sepanjang periode Januari-Agustus 2019 sudah menyentuh Rp99 triliun. Sayang, dari total kredit itu, angka kontribusi penyaluran kredit di sektor pariwisata masih belum bisa diukur.

Menurut Donsuwan, hal itu dikarenakan kriteria usaha yang masuk ke dalam sektor pariwisata masih belum jelas sampai dengan saat ini. Alhasil, Bank Mandiri kesulitan mencari data yang akurat untuk mengukur penyaluran kredit di sektor pariwisata.

"Tapi yang pasti potensi permintaan kredit di sektor itu sangatlah besar. Ke depan, mungkin bank bersama OJK (Otoritas Jasa Keuangan) dan Bank Indonesia akan memikirkan adanya sektor sendiri untuk pariwisata itu," jelas Donsuwan.

Meski begitu, toh Bank Mandiri justru bisa mengetahui besaran porsi sektor pariwisata di dalam penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR). Sepanjang tahun berjalan ini, sektor pariwisata menyerap KUR hingga Rp2,48 triliun atau 17 persen dari total penyaluran KUR di Bank Mandiri sebesar Rp15,03 triliun.

Dari penyaluran KUR tersebut, UMKM termasuk ke dalam sektor pariwisata di antaranya bisnis penginapan (homestay), kerajinan, oleh-oleh khas, restoran, kafe, penyewaan moda transportasi, hingga wisata olahraga.

Dalam memperbesar penyaluran kredit kepada UMKM Pariwisata, Mandiri melakukan sejumlah langkah strategis di antaranya memperluas jaringan Mandiri di tempat wisata dan menjalin komunikasi dengan Dinas Pariwisata setempat dalam pengembangan tempat-tempat wisata potensial.

Namun demikian, langkah Bank Mandiri menggenjot penyaluran kredit di sektor pariwisata agaknya tidak mudah. Pasalnya, bisnis sektor pariwisata saat ini tengah terganggu lantaran harga tiket pesawat yang mahal.

Hal itu bisa terlihat dari anjloknya penumpang pesawat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penumpang pesawat domestik sepanjang Januari-Juli 2019 turun 20 persen menjadi 54,8 juta penumpang dari periode yang sama tahun lalu sebanyak 43,6 juta penumpang.

Begitu juga dengan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara. Sepanjang Januari-Juli 2019, jumlah wisman hanya tumbuh 2,63 persen atau sebanyak 9,31 juta orang dari periode yang sama tahun lalu.

Jumlah tersebut jauh lebih lambat ketimbang pertumbuhan wisman pada Januari-Juli 2018 yang mencapai 9,07 juta atau tumbuh 13 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya.

Ekonom dari Indef Bhima Yudhistira Adhinegara menilai bisnis pariwisata domestik saat ini memang sedang lesu lantaran pertumbuhan ekonomi global saat ini sedang menurun. Apalagi, harga tiket pesawat yang mahal juga kian menjadi ganjalan untuk pengembangan bisnis pariwisata.

"Dengan kondisi saat ini, saya mengkhawatirkan angka NPL akan mulai naik untuk kredit di sektor pariwisata, terutama kredit yang dipakai untuk modal kerja jangka pendek. Tapi kalau untuk kredit jangka mungkin tidak jadi soal," jelas Bhima.

Baca juga artikel terkait BANK MANDIRI atau tulisan lainnya dari Ringkang Gumiwang

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Ringkang Gumiwang
Penulis: Ringkang Gumiwang
Editor: Hendra Friana