Menuju konten utama

Banjir Terbukti Tidak Mempengaruhi Inflasi Februari 2017

Banjir dianggap dapat memengaruhi rantai distribusi. Namun, dari data yang didapatkan BPS sepanjang Februari, kenaikan harga komoditas pangan terbukti terkendali.

Banjir Terbukti Tidak Mempengaruhi Inflasi Februari 2017
Seorang anak melintasi banjir di kawasan Pagarsih, Bandung, Jawa Barat, Senin (27/2). Banjir kembali melanda kawasan Pagarsih, Bandung, akibat meluapnya aliran Sungai Citepus karena intensitas curah hujan yang tinggi. ANTARA FOTO/Novrian Arbi.

tirto.id - Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan inflasi sepanjang Februari 2017 adalah sebesar 0,23 persen. Besaran tersebut terbilang lebih rendah dibandingkan inflasi di bulan sebelumnya yang mencapai 0,97 persen. Adapun penyumbang terbesar dari inflasi Februari 2017 ini adalah naiknya tarif listrik untuk rumah tangga yang berdaya 900 volt ampere.

Apabila dibandingkan dengan inflasi pada Februari 2016 yang hanya sebesar 0,09 persen, besaran inflasi Februari 2017 lebih tinggi. Namun jika dibandingkan dengan inflasi Februari 2015, besarannya lebih rendah karena inflasi saat itu mencapai 0,35 persen.

“Survei BPS dilakukan di 82 kota. Sebanyak 62 kota mengalami inflasi dan 20 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi Manado yakni 1,16 persen, sementara inflasi terendah ada di Ternate, 0,03 persen. Untuk deflasi tertingginya terjadi di Jambi, di sana -1,40 persen, dan deflasi terendahnya terjadi di Bungo sebesar 0,02 persen,” ujar Kepala BPS Suharyanto dalam konferensi pers di Jakarta, hari ini, Rabu (1/3/2017).

Menurut BPS, inflasi Februari 2017 dipengaruhi oleh harga-harga yang diatur pemerintah. Untuk kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sendiri mengalami inflasi sebesar 0,75 persen.

“Kelompok ini andilnya terhadap inflasi sebesar 0,17 persen. Penyebabnya adalah penyesuaian tarif listrik untuk yang berdaya 900 volt ampere,” kata Suharyanto lagi.

Adapun kenaikan harga pada kelompok sandang mengalami inflasi sebesar 0,52 persen, dan disusul dengan kelompok makanan jadi, makanan, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,39 persen.

“Kalau kita lihat ke dalam untuk kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau, ini penyebab utamanya adalah rokok kretek dan rokok kretek filter yang masing-masingnya memiliki andil 0,01 persen. Sehingga andilnya secara keseluruhan 0,07 persen,” tambahnya.

Lebih lanjut, kelompok kesehatan mengalami inflasi sebesar 0,26 persen, kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,15 persen, dan kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,08 persen.

Sementara itu, seperti masih diungkapkan Suhariyanto, kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi sebesar 0,31 persen adalah bahan makanan. Sejumlah bahan pangan yang mengalami penurunan harga adalah cabai merah, beras, telur ayam, kol, dan tomat. Sedangkan yang masih menunjukkan kenaikan harga adalah cabai rawit, ikan, dan minyak goreng.

Dari pemaparan tersebut, rupanya banjir yang terjadi beberapa waktu lalu di sebagian daerah tidak memengaruhi inflasi Februari 2017.

“Banjir dapat memengaruhi rantai distribusi. Tapi dari data yang didapatkan BPS sepanjang Februari, kenaikan harga komoditas pangan sangat terkendali. Kecuali komoditas yang cepat busuk karena cuaca,” ujar Suharyanto.

“Ini menunjukkan pemerintah memang betul-betul berupaya menekan inflasi dari volatile food. Bisa dilihat, [harga] cabai merah turun, daging ayam turun, telur ayam turun. Jadi dampak banjir tidak terlalu signifikan besar,” kata Suharyanto lagi.

Pernyataan Suharyanto tersebut jelas mematahkan kekhawatiran akan banjir yang disebut-sebut berpeluang memengaruhi inflasi. Seperti diungkapkan Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo pada Rabu (22/2/2017) pekan lalu, bencana banjir dapat berpengaruh pada gejolak harga pangan dan gangguan ke jalur distribusi logistik.

“Kita harus menjaga kalau ada bencana alam yang membuat volatile food karena tidak terjaga panennya,” kata Agus.

“Seperti kemarin terjadi [banjir] di Jawa Tengah bagian utara misalnya. Namun, di Jawa Tengah telah merespon dan mengupayakan agar peristiwa banjir tersebut tidak membebani inflasi," ucap Agus lagi.

Baca juga artikel terkait INFLASI atau tulisan lainnya dari Yuliana Ratnasari

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Yuliana Ratnasari
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari