Menuju konten utama

Banjir NTT: Akses Transportasi Hingga Jalur Komunikasi Terkendala

Akses transportasi ke lokasi bencana hanya bisa lewat jalur laut sementara jaringan komunikasi dan internet tak stabil.

Banjir NTT: Akses Transportasi Hingga Jalur Komunikasi Terkendala
Sejumlah rumah tertutup lumpur pascabanjir bandang di Desa Waiburak, Kecamatan Adonara Timur, Flores Timur, NTT, Minggu (4/4/2021). Berdasarkan data BPBD Kabupaten Flores Timur sebanyak 23 warga meninggal dunia akibat banjir bandang yang dipicu hujan dengan intensitas tinggi pada minggu dini hari. ANTARA FOTO/HO/Dok BPBD Flores Timur/wpa/foc.

tirto.id - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo mengakui menghadapi banyak kendala saat anggotanya menangani bencana banjir dan longsor di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) pada Minggu yang terjadi pada Minggu (4/4) pukul 01.00 WITA kemarin.

Hingga hari ini, Senin (5/4), kendala yang dihadapi adalah akses transportasi menuju titik lokasi kejadian yang hanya dapat dicapai menggunakan moda penyeberangan laut ke Pulau Adonara.

"Jaringan komunikasi dan internet dilaporkan juga tidak stabil sehingga menyulitkan tim lapangan dalam pelaporan kondisi terkini," kata Doni melalui keterangan tertulisnya.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) merilis, penyebab bencana tersebut karena adanya dua bibit siklon tropis yang dapat berdampak pada cuaca ekstrem. Salah satunya potensi curah hujan lebat dan angin kencang di wilayah (NTT) pada sepekan ini, 3-9 April 2021.

Sementara itu, kata Doni, otoritas penyeberangan setempat memberikan peringatan berupa larangan pelayaran karena faktor cuaca buruk seperti hujan dan gelombang tinggi.

"Adapun proses evakuasi korban yang tertimbun lumpur juga masih terkendala karena medan dan faktor lain di lapangan," pungkasnya.

Ketua Satgas Penanganan COVID-19 ini menuturkan, akibat peristiwa tersebut sebanyak 60 unit rumah terendam lumpur, 17 unit rumah hanyut, lima jembatan putus, dan puluhan rumah terendam banjir di Kecamatan Adonara Barat, ruas jalan Waiwadan-Danibao, dan Numindanibao terputus di empat titik.

Akibat banjir bandang dan longsor tersebut juga, kata Doni, sebanyak 62 orang meninggal dunia, 26 orang hilang, 9 orang luka-luka, 80 Kepala Keluarga (KK) terdampak, dan 256 jiwa mengungsi di Balai Desa Nelemawangi.

"Data mengenai para korban dan masyarakat terdampak masih dapat berubah mengikuti perkembangan di lapangan," kata Doni melalui keterangan tertulisnya, Senin (5/4/2021).

Baca juga artikel terkait BANJIR NTT atau tulisan lainnya dari Riyan Setiawan

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Riyan Setiawan
Penulis: Riyan Setiawan
Editor: Restu Diantina Putri