Menuju konten utama

Bandara Ngurah Rai Tutup, Penumpang Gagal Berangkat Tetap Dilayani

Pihak Bandara Ngurah Rai memberi pelayanan bagi penumpang yang akan mengurus pengembalian uang tiket dan menjadwal ulang penerbangan melalui bandara terdekat.

Bandara Ngurah Rai Tutup, Penumpang Gagal Berangkat Tetap Dilayani
Sejumlah calon penumpang menunggu jadwal penerbangan di terminal keberangkatan internasional Bandara Ngurah Rai, Tuban, Bali, Minggu (26/11/2017). ANTARA FOTO/Wira Suryantala

tirto.id - Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali, tutup selama 24 jam mulai Senin (27/11/2017) pagi ini karena terdampak seburan abu vulkanik Gunung Agung. Meski begitu, pihak bandara tetap menyiapkan pelayanan bagi penumpang yang gagal berangkat.

Pelayanan tersebut meliputi penanganan calon penumpang yang akan mengurus pengembalian uang tiket dan menjadwal ulang atau merubah rute penerbangan melalui bandara terdekat. Hal ini dijelaskan General Manajer PT Angkasa Pura I Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Yanus Suprayogi di Denpasar.

Sebagaimana dilansir Antara, pihak bandara juga menyiapkan sejumlah petugas dan sarana prasarana pendukung seperti meja pelayanan calon penumpang, komputer dan fasilitas lain sesuai dengan maskapai penerbangan masing-masing baik di terminal domestik dan internasional.

Pemberian kupon makan untuk penumpang, sekitar 2.000 kupon untuk domestik dan 4.000 kupon untuk internasional telah dipersiapkan pula oleh pihak bandara, dipaparkan Yanus.

Bagi calon penumpang yang ingin berangkat melalui bandara terdekat, ia menjelaskan, pihak bandara bekerja sama dengan instansi terkait mengevakuasi mereka ke terminal untuk melalui jalur darat dan menyeberang melalui Pelabuhan Gilimanuk.

Penanganan calon penumpang tersebut telah dibahas jauh-jauh hari sejak status Gunung Agung siaga termasuk ketika pengalaman serupa terjadi saat Gunung Raung di Jawa Timur dan Gunung Barujari di Lombok, NTB mengalami erupsi.

Kementerian Perhubungan juga akan menyiapkan sekitar 300 bus yang disiagakan untuk melayani penumpang. Hal ini dipaparkan Kepala Balai Pengelola Tansportasi Darat Wilayah Bali dan NTB Agung Hartono dalam rapat koordinasi antisipasi siaga darurat Gunung Agung di gedung "Emergency Operation Center" Bandara I Gusti Ngurah Rai pada 24 September lalu.

Pihaknya juga sudah berkoordinasi dengan Dinas Perhubungan Provinsi, Kota Denpasar dan Organda yang paling berperan serta Damri.

Apabila calon penumpang ingin meneruskan perjalanan dengan jalan darat, maka mereka dapat menggunakan bus yang diantarkan melalui tiga titik terminal di antaranya Ubung Denpasar, Mengwi di Kabupaten Badung dan Pelabuhan Benoa Denpasar.

Bali terdapat sekitar 2.300 bus yang terdiri dari 1.800 bus pariwisata dan 500 bus antarkota antarprovinsi.

Senin pagi ini pada pukul 06.00 WITA, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengumumkan status Gunung Agung di Kabupaten, Karangasem, Bali, dari level tiga (siaga) menjadi naik level empat (awas).

"Status ini kami naikkan karena melihat dari tingkat erupsi Gunung Agung saat ini meningkat dari fase freatik menjadi magmatik, sejak teramati adanya sinar merah di puncak gunung setinggil 3.142 mdpl ini pada Minggu [25/11/2017] malam, pukul 21.00 WITA," kata Kepala Bidang Mitigasi PVMBG, I Gede Suantika saat ditemui di Pos Pemantauan Gunung Agung, Desa Rendang, Karangasem.

Erupsi dari fase freatik ke magmatik ini terlihat kepulan abu tebal yang terus menerus mencapai ketinggian 2.000-3.400 meter dari puncak Gunung Agung.

Selain itu, erupsi kepulan abu terus menerus ini yang disertai erupsi eksplosif dan terdengar suara dentuman lemah hingga radius 12 kilometer dari puncak gunung, menandakan potensi letusan lebih besar mungkin akan segera terjadi.

Masyarakat di sekitar Gunung Agung, pendaki, pengunjung dan wisatawan telah diimbau untuk tidak berada maupun melakukan pendakian serta tidak melakukan aktivitas apapun di zona perkiraan bahaya area kawah gunung tertinggi di Bali ini.

Baca juga artikel terkait GUNUNG AGUNG BALI atau tulisan lainnya dari Yuliana Ratnasari

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Yuliana Ratnasari
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari