tirto.id - Ketua Dewan Pimpinan Rakyat (DPR) RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) mengucapkan turut berduka cita atas kepergian aktivis senior, intelektual, dan saksi sejarah 15 Januari (Malari) 1974 Rahman Tolleng.
Bamsoet mengaku mengidolakan Rahman Tolleng saat ia menjadi mahasiswa dahulu.
"Rahman Tolleng adalah sosok yang menjadi idola saya ketika saya menjadi mahasiswa, beberapa tulisannya pasti menjadi rujukan pemikiran saya ketika waktu itu dan saya sering berkunjung ke rumahnya di Pulomas," kata Bamsoet di kompleks DPR RI, Selasa (29/1/2019).
Selain sebagai saksi peristiwa Malari, Rahman Tolleng juga dikenal sebagai salah toloh Golongan Karya (Golkar) di mana partai Bamsoet berada sekarang.
"Sebagai tokoh Golkar kita semua menghormati beliau dan mengikuti jejak-jejak perjuangan yang menjadi idealisme," ujar Bamsoet.
Politikus senior Rahman Tolleng meninggal dunia, Selasa (29/1/2019) pagi. Rahman menjadi salah satu saksi sejarah peristiwa 15 Januari (Malari) 1974. Saat itu di duduk sebagai Pemred Suara Berkarya.
Wartawan senior Goenawan Mohamad melalui akun Twitternya membenarkan kabar wafatnya aktifis Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia terbut.
"Rahman Tolleng, aktivis Gerakan Mahasiswa Sosialis (GMSos) sejak akhir tahun 1950-an meninggal pagi ini di Jakarta. Pejuang demokrasi yang konsisten, tanpa pamrih, berkali-kali gagal, tanpa putus asa. Sahabat yang tak selamanya," tulis Goenawan Mohamad melalui aku @gm_gm, Selasa (29/1/2019).
"Bung Rahman bukan penggemar puisi, tapi ada satu sajak yang ia selalu kenang, dari penyair Belanda Hanriette Roland Holst: “Kita adalah angkatan yang musti punah/Agar tumbuh generasi yang lebih sempurna di atas makam kami,” tambahnya lagi.
Penulis: Haris Prabowo
Editor: Dhita Koesno