tirto.id - Secara umum puasa memiliki dampak yang baik bagi kesehatan tubuh dan dapat mengoptimalkan perbaikan sel. Tapi, perlu diperhatikan lagi bahwa tubuh memiliki organ ekskresi yang berfungsi untuk mengeluarkan racun dari tubuh.
Sehingga, organ ekskresi juga perlu diperhatikan saat menjalankan puasa. Organ ekskresi seperti hati dan ginjal berfungsi untuk membuang limbah dan racun dari tubuh. Kendati demikian, perubahan yang terjadi pada tubuh sebagai respons terhadap puasa tergantung pada lamanya puasa yang dijalankan.
Dilansir dari Ramadan Health Guide, dalam keadaan normal secara teknis glukosa dalam tubuh akan disimpan di hati dan otot. Glukosa adalah sumber energi utama bagi tubuh.
Namun, selama seseorang menjalani puasa maka simpanan glukosa akan habis untuk memberikan energi dalam tubuh. Saat simpanan glukosa habis, maka lemak akan menjadi sumber kedua untuk memberi energi.
Kemudian, ketika puasa mulai berjalan selama berhari-hari maka produksi glukosa menjadi sangat kecil jumlahnya. Produksi glukosa akan menggunakan mekanisme lain di hati.
Tubuh akhirnya akan beralih ke protein untuk mencukupi kebutuhan energi. Jika tubuh sudah memanfaatkan protein sebagai sumber energi maka berpotensi terjadi kerusakan otot.
Hal ini yang menyebabkan orang kelaparan tampak kurus dan sangat lemah. Meski begitu, puasa saat bulan Ramadhan hanya berlangsung dari pagi hingga sore.
Sehingga, seseorang yang berpuasa selama bulan Ramadhan akan memiliki banyak kesempatan untuk mengisi energi tubuhnya kembali.
Dengan demikian, tubuh akan terhindar dari kerusakan otot akibat protein sebagai sumber utama energi tubuh. Puasa saat Ramadhan juga mampu menurunkan berat badan dan meningkatkan jumlah kolesterol baik dalam tubuh.
Makanan dan asupan cairan yang seimbang, penting dilakukan saat melaksanakan puasa. Hal ini, karena ginjal harus bertugas untuk memelihara air dan garam tubuh secara efisien.
Menurut jurnal Nutrients(2019), puasa pada Ramadhan ditandai dengan dominasi karbohidrat sebagai sumber energi utama, tapi lemak menjadi lebih dibutuhkan menjelang sore atau saat buka puasa.
Praktik menjalankan puasa Ramadhan juga akan diiringi dengan perubahan pola tidur dan ritme hormon sirkadian. Adapun jenis-jenis hormon sirkadian, yaitu kortisol, insulin, leptin, ghrelin, hormon pertumbuhan, prolaktin, hormon seks, dan adiponektin.
Dilansir dari laman Healthline,orang yang berpuasa saat Ramadhan dianjurkan untuk meminum minuman seperti, air putih dan minuman non-kalori lainnya.
Hindari menambahkan gula ke kopi ataupun teh. Tambahan susu ataupun krim lebih baik daripada tambahan gula. Adapun makanan yang dianjurkan selama menjalankan puasa, ialah biji-bijian utuh, dan samosa yang dipanggang. Kemudian, permen dan puding berbahan dasar susu, daging panggang, dan kue.
Penulis: Ega Krisnawati
Editor: Nur Hidayah Perwitasari