Menuju konten utama

Bagaimana Mengingat Komikus Steve Dillon

Bagaimana Anda menggambarkan manusia dalam fiksi berbentuk komik dan memberi takaran pas di antara kutub-kutub buruk-baik, setan-malaikat, perang-cinta? Ini adalah kisah tentang Steve Dillon yang piawai menghadirkan karakter dengan gambarnya.

Bagaimana Mengingat Komikus Steve Dillon
Comic Book Artist Steve Dillon. Foto/Getty Images

tirto.id - Bagaimana jika Anda dikutuk menjadi manusia dengan kemampuan tak terbatas, sehingga setiap orang yang mendengar suara Anda menjadi patuh dan tunduk?

Jesse Custer, pengkotbah dari sebuah kota kecil di Texas bernama Annvile, menjadi mahluk superior seperti nabi seusai dirasuki oleh mahluk asing bernama Genesis. Itu adalah kisah dari Preacher, komik Amerika yang dipublikasikan oleh Vertigo, bagian penerbit komik DC Comics.

Seri ini dibuat oleh Garth Ennis dan Steve Dillon, serta Glenn Fabry sebagai ilustrator muka. Ia terdiri dari 75 seri: 66 edisi reguler bulanan, 5 edisi khusus satu cerita tamat, dan 4 isu edisi terbatas Preacher: Saint of Killers. Terakhir, seri ini terbit pada Oktober 2000 yang kemudian diangkat menjadi miniseri berjudul sama dan diperankan oleh Dominic Cooper.

Pada 22 Oktober lalu, Steve Dillon, salah satu yang paling bertanggung jawab pada gambar seri komik ini, meninggal dunia di usia 54 tahun. Dillon dikenal sebagai komikus yang pernah menggambar berbagai seri ikonik di studio DC dan Marvel seperti The Punisher, Hellblazer dan Judge Dredd. Lahir di Inggris, Dillon memulai kariernya pada usia yang sangat muda, pada 16 tahun. Di awal karirnya ia menjadi penyedia ilustrasi bagi komik Doctor Who.

Kariernya mulai berkembang dan dikenal publik ketika salah satu karyanya dimuat di majalah antologi komik Inggris 2000 A.D. Seorang penulis di Deadline.com, Ross A. Lincoln, menyebut karya Dillon dimuat secara reguler di A.D mulai dari 1981 sampai 1991. Ia mengerjakan beberapa karya ikonik 2000 A.D. seperti "Rogue Trooper", "Bad Company", dan "Judge Dredd". Dillon lantas memulai debutnya bersama DC Comics sebagai penggambar miniseri Skreemer pada 1989.

Dillon dianggap punya peran dalam melambungkan generasi komikus Inggris dan Irlandia karena direkrut oleh DC. Ross menyebut ini merupakan pengaruh dari Alan Moore dan kesuksesannya dalam membuat Swam Thing serta Watchmen.

Pada 1992, ia bersama Garth Ennies mengerjakan Hellblazer, komik muram tentang penyihir dengan kemampuan diplomasi dan adu domba mumpuni bernama John Constantine. Proyek ini digarap selama 24 isu selama dua tahun sebelum akhirnya mengerjakan komik dengan humor musyrik penista agama bernama Preacher.

Lincoln menyebut generasi Dillon sebagai generasi emas yang memberi rupa baru dalam industri komik dunia. Bersama Neil Gaiman, Grant Morrison, Glenn Fabry, dan Garth Ennis, ia pada 1980an dan 1990an mengembangkan topik, kualitas artistik, dan kematangan dialog dalam komik.

Tema yang digarap Dillon bersama penulis sejawatnya kerapkali muram, anti-hero, mempertanyakan baik dan buruk, serta meragukan konsep kemanusiaan itu sendiri. Hasilnya kelompok komikus ini membentuk pembaca dewasa yang selama ini dianggap sekedar selera remaja.

Pada wawancara bertanggal 27 September 1998 bersama S.L. Osborne, Dillon pernah mengungkapkan keinginannya menggambar Batman. Saat itu ia sedang berada di ujung proses menamatkan Preacher. Batman baginya adalah tokoh komik yang penting dan menggambarnya memberikan kepuasan.

Dia mengaku pasti tak akan mendapatkan banyak uang dari menggambar karakter detektif terhebat di DC Universe itu, namun memberinya kepuasan batin. Untuk proses kreatif sendiri ia lebih memilih membuat cerita mandiri. Dillon mengaku menciptakan karakter dari nol lebih memuaskan daripada sekedar meneruskan karakter yang telah ada.

Preacher merupakan puncak karya penting Steve Dillon bersama Garth Ennis. Karya ini dengan gemilang merayakan ambivalensi kemanusiaan. Pertentangan baik dan buruk, cahaya dan kegelapan, kemanusiaan dan kebiadaban, di mana agama ditekan dan dipertanyakan sedemikian rupa terkait pencarian esensi manusia dalam hidup.

Preacher, menurut Ross A. Lincoln, secara terbuka merayakan penistaan terhadap agama. Bukan sebagai sesuatu yang buruk, tapi lebih pada upaya bertanya bisakah kita beriman tanpa kesadaran kritis tentang apa itu tuhan, iblis, dan akhirat?

Gaya Dillon yang penuh warna, dengan garis tebal yang menegaskan setiap karakter dianggap tepat dengan naskah yang ditulis oleh Ennis. Dillon bisa menggambarkan humor, parodi, tragedi, horor, dan kengerian yang ada dalam Preacher dengan baik.

Di seri komik lain ia bisa menghadirkan gambar romantis, menjijikkan, mengerikan, lucu, konyol, tabu, dan biadab dengan transisi yang lembut. Seperti penggambaran manusia telanjang yang duduk di atas kencingnya sendiri sembari menonton tayangan televisi seronok dalam Supreme Power: Nighthawk.

Abraham Riesman menulis obituari di Vulture sembari menziarahi karya karya penting Dillon. Ia mengajak pembaca untuk mengenangnya sebagai raksasa subtil dari dunia komik. Abraham Riesman menyebut Dillon kerap kali dianggap disepelekan.

Padahal, menurutnya ia adalah komikus Inggris terbaik yang bisa memanfaatkan panel komik secara maksimum dan mengurangi kata-kata dengan gambar. Hasilnya sebuah gambar minim dialog yang membuat pembaca bisa menangkap adegan dengan baik melalui detik kecil dalam panel komik.

Ia mencontohkan satu panel komikal dalam Preacher di mana Herr Starr, seorang sociopath yang mengejar karakter protagonis dalam Preacher, tengah duduk di atap. Ia bersandar di tembok dengan pistol berasap, peluru bertaburan, dan seekor anjing yang mati di pangkuannya.

Muka Herr Starr pucat pasi, menyesal, plonga-plongo, sembari berkata: “Anuku ada dalam mulut Bitch (anjing betina) ini, tidak dalam cara yang baik sayangnya.” Ya, anjing itu baru saja mengigit penis Herr Starr. Dalam satu halaman, tiga panel, dan satu monolog, ia menghadirkan campuran antara tragedi dan humor sekaligus.

Infografik Steve Dillon

Etelka Lehoczky dalam obituari pada NPR menyebut bahwa membuat komik yang solid, meledak, mengejutkan untuk dewasa adalah kerja berat. Ia menyebut kemahiran Dillon terletak pada pembentukan karakter dan sosok dalam komik, dan gambarnya menghadirkan kedalaman dan kekayaan ekspresi melalui garis, kerutan, dan panel aksi yang berat. Lehoczky menyebut kemampuan artistik Dillon paling maksimal lahir di Preacher.

Dillon sendiri mengatakan bahwa Preacher merupakan proyek yang digerakkan oleh karakter dan dialog. Artwork yang baik adalah elemen yang digarap setelah urusan dua komponen tadi selesai. Garth, rekan Dillon dalam Preacher, akan duduk bersamanya ketika menggambar dan menjelaskan satu karakter yang berbincang dalam bentuk naskah sembilan jalaman. "Orang mungkin akan mencabut rambutnya sendiri, tapi aku menikmatinya," kata Dillon.

Kematian Dillon jelas banyak memberikan duka bagi dunia komik. Berbagai komikus dunia menyatakan belasungkawa dan penghormatan terakhir baginya. Jeff Lemire, komikus Kanada pengarang Essex County Trilogy, mengatakan bahwa Hellblazer yang digarap Steve Dillon membantunya melewati dan menghadapi masa SMA.

Neil Gaiman, penulis naskah komik The Sandman menulis, menyebutnya sebagai sosok komikus yang baik kepada penulis muda dan sosok yang ramah.

Baca juga artikel terkait STEVE DILLON atau tulisan lainnya dari Arman Dhani

tirto.id - Humaniora
Reporter: Arman Dhani
Penulis: Arman Dhani
Editor: Maulida Sri Handayani