tirto.id - Indonesia memiliki sekitar 17.503 pulau, hal ini membuat Indonesia mendapat julukan sebagai negara kepulauan.
Beberapa pulau-pulau di Indonesia, yaitu Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Papua.
Kondisi geografi Indonesia juga terletak pada tiga lempeng tektonik aktif yaitu lempeng Indo - Australia, Eurasia dan Pasifik. Sehingga, tak jarang membuat bencana alam terjadi di Indonesia, seperti gempa bumi, tsunami ataupun erupsi gunung api.
Wilayah Indonesia juga pernah dihantam tsunami dahsyat pada 26 Desember 2004. Gempa bumi dengan kekuatan 9 skala sichter, di kedalaman 30 km dasar laut, terjadi di barat daya Aceh. Peristiwa ini menimbulkan gelombang tsunami dengan kecepatan awal sekitar 700 km/jam.
Melansir dari laman BPBD Kulon Progo, pengertian tsunami adalah gelombang laut yang sangat besar, diakibatkan karena terjadinya gempa bumi yang sangat kuat dan sumber gempanya berada di dasar laut, dengan kedalaman pusat gempa kurang dari 30 km.
Penyebutan tsunami berasal dari bahasa Jepang yang berarti gelombang ombak lautan ("tsu" berarti lautan, "nami" berarti gelombang ombak). Syarat terjadinya tsunami adalah dengan adanya gempa dengan kekuatan melebihi 6 Skala Ricther (SR) yang berada di kedalaman kurang dari 60 km.
Adanya pergerakan vertikal dari dasar laut dapat memicu tsunami. Gempa bumi mengguncang dasar laut, selanjutnya akan mengguncang air di atasnya. Peristiwa inilah memunculkan gelombang tsunami yang semakin besar dan mendekati pantai.
Mayoritas penyebab tsunami ditelusuri karena terjadi gempa bumi disekitar daerah penunjang lempeng. Tetapi, tsunami juga dapat disebabkan longsoran bawah laut, letusan gunung api bawah laut, bahkan meteor yang jatuh ke bumi.
Untuk mewaspadai terjadinya tsunami, alam memberikan tanda-tandanya, yaitu air laut yang tiba-tiba surut, bau garam tercium sangat menyengat, munculnya buih-buih di laut dalam jumlah yang banyak, terdengar suara gemuruh keras di laut, dan terlihat gelombang tinggi berwarna hitam tebal memanjang di garis cakrawala.
Biasanya, terjadinya tsunami diawali dengan adanya gempa bumi yang membuat dasar laut merekah. Kemudian air laut mengisi lubang rekahan tersebut, hal inilah yang menyebabkan air laut terlihat surut dari pantai.
Garis pantai bergerak ke arah laut bahkan sejauh satu kilometer atau lebih, sehingga batuan karang dan ikan menjadi terlihat. Apabila lubang rekahan telah terisi penuh, lalu akan menyemburkan kelebihan air yang ditelannya ke segala arah hingga ke arah pantai.
Akibatnya, gelombang yang sangat besar dengan kekuatan yang dahsyat menerpa pantai. Sebuah gelombang tsunami yang hanya memiliki ketinggian satu meter di laut dalam, bisa meninggi hingga puluhan meter pada garis pantai.
Mengingat posisi Indonesia yang rawan akan bencana alam, terutama gempa bumi dan tsunami, kesiapsiagaan dari pemerintah untuk mengambil prosedur dan tindakan dalam menghadapi tsunami sangat diperlukan dan disiapkan dengan matang.
Hal ini bertujuan untuk meminimalkan potensi risiko serta dapat meringankan dampak yang ditimbulkan dari tsunami. Langkah-langkah yang diambil memerlukan pengetahuan tentang daerah-daerah yang dapat terendam banjir bandang akibat tsunami dan pengetahuan tentang sistem peringatan dini untuk mengetahui waktu yang tepat untuk mengungsi dan waktu yang aman untuk kembali dari tempat pengungsian.