tirto.id - Langit pada hari itu nampak cerah. Awan putih saling berarak di angkasa. Suasana musim panas yang lekat dengan perayaan libur bersama keluarga atau kawan dekat hampir jadi kenyataan di depan mata.
Namun, siapa sangka ilustrasi semacam itu tak terjadi di ibukota Italia, Roma. Alih-alih jadi simbol sukacita, musim panas kali ini mendatangkan kekeringan hebat di kota Roma dan sejumlah wilayah lainnya.
Minimnya curah hujan merupakan faktor penyebab kekeringan tersebut. Berdasarkan laporan cuaca dari Sky Italia yang dilansir oleh Reuters, curah hujan di Roma mengalami grafik penurunan sebesar 72% dari kondisi normal pada bulan Juli. Satu bulan sebelumnya, angka yang tercatat malah semakin tinggi yakni 74%. Lalu, untuk tiga bulan terakhir yang terhitung sejak Maret, April, dan Mei rata-rata penurunan curah hujan menyentuh angka 56%.
Dampak kekeringan akibat rendahnya curah hujan tidak main-main. Menurut perwakilan asosiasi setempat, Coldiretti, kekeringan yang melanda Roma dan sekitarnya membawa efek gersangnya 60% lahan pertanian. Selain rendahnya curah hujan, gelombang panas juga jadi biang keladi.
Tak sampai di situ saja. Dari rawannya lahan petani, kekeringan juga diperkirakan memengaruhi produksi anggur, susu, sampai zaitun di sebagian wilayah Italia. Potensi hasil panen yang buruk serta naiknya harga komoditas ada di depan mata. Sedangkan produksi susu, seperti diwartakan BBC, telah mengalami penurunan di beberapa wilayah akibat kondisi ternak sapi yang terserang cuaca panas.
- Baca juga: Tren Menyangkal Perubahan Iklim
Menurut kantor berita Ansa, sedikitnya 10 wilayah di Italia sedang mengajukan permohonan kepada Kementerian Pertanian guna mengatasi dan mencari solusi atas krisis kekeringan. Dari 10 wilayah tersebut, dua provinsi di utara Italia sudah berstatus darurat. Di selatan Italia, ratusan orang harus dievakuasi saat petugas memadamkan kebakaran hutan.
Wilayah Roma sendiri menghadapi kondisi yang tak kalah pelik. Secara matematis, 8% pasokan air dari total keseluruhan diambil dari Danau Bracciano. Faktanya, kekeringan yang melanda turut mempengaruhi pasokan air. Walhasil, warga Roma harus bertahan hidup tanpa air selama delapan jam sehari.
Perusahaan Acea telah memperingatkan pada otoritas pemerintahan bahwa jatah air publik bakal berkurang drastis setelah pemerintah mengetok palu untuk menghentikan pemompaan air dari Danau Bracciano.
Di lain sisi, pemerintah setempat mengatakan kepada stasiun televisi Tgcom24 bahwa masyarakat Italia sedang berada pada bencana lingkungan yang berisiko.
Total kerugian akibat kekeringan ini diperkirakan mencapai $2,3 milliar atau sekitar Rp30 trilliun.
“Peristiwa ekstrem ini telah menyebabkan kerugian finansial di wilayah pedesaan yang mencapai lebih dari 2 milliar euro ($2,3 milliar),” ungkap Coldiretti seperti dikutip CNN pada Selasa (25/7) lalu.
Sejumlah pihak menilai kekeringan yang disertai gelombang panas di Roma dan sekitarnya sebagai bencana “terparah dalam beberapa dekade terakhir.”
Solidaritas dari Vatikan
Kekeringan yang melanda Roma dan beberapa kota kecil mendorong otoritas Vatikan turun tangan. Vatikan tak ingin tinggal diam dan mematikan sekitar 100 air mancur miliknya sebagai aksi solidaritas. Mahakarya pemahat abad ke-17 Carlo Maderno dan Gian Lorenzo Bernini yang terletak di lapangan Santo Petrus adalah dua dari 100 yang dimatikan sejak Senin (24/7).
“Kekeringan yang melanda kota Roma dan sekitarnya membuat Tahta Suci mengambil tindakan. Upaya dilakukan guna menyelamatkan pasokan air,” jelas Vatikan di situs resminya. “Gubernur Vatikan telah memutuskan untuk mematikan semua air mancur baik yang berada di luar maupun yang tersedia di lapangan Santo Petrus, termasuk pada bagian interior taman Vatikan.”
Juru bicara Vatikan, Greg Burke menyatakan bahwa untuk pertama kalinya dalam sejarah, tanah spiritual 1,2 miliar umat Katolik di dunia tersebut mematikan air mancur.
“Ini adalah cara dan langkah Vatikan memberi solidaritas kepada Roma sekaligus membantu Roma melewati krisis yang terjadi,” ungkapnya kepada Reuters TV.
Burke menambahkan bahwa merawat bumi dan sumber dayanya merupakan isu penting bagi Paus Fransiskus yang secara konsisten menghimbau kepada para pemimpin dunia untuk bertindak cepat mengatasi masalah-masalah lingkungan.
"Keputusan ini sangat sejalan dengan pemikiran Paus Fransiskus tentang ekologi. Sudah semestinya Anda tidak menyia-nyiakan alam, terkadang Anda harus rela berkorban," tambah Burke.
Vatikan memiliki total sekitar 100 air mancur, baik sebagai dekorasi maupun tempat minum. Rencananya, 100 air mancur yang berada di Vatikan akan dimatikan secara bertahap dalam rentang beberapa hari.
Keputusan yang diambil Vatikan mengikuti kebijakan Roma yang telah memulai mematikan beberapa dari total 2.500 air mancur milik mereka.
Penulis: M Faisal Reza Irfan
Editor: Windu Jusuf