tirto.id -
Kekalahan Aspar dkk disebabkan oleh sensor pijakan start yang terlalu sensitif.
Pada laga yang digelar di Jakabaring Sport City Palembang, Senin (27/8/2018) malam medali emas akhirnya diraih tim beregu putra Indonesia 2 yang diperkuat oleh Rindi, Veddriq, Abu Dzar Yulianto dan Hinayah Muhammad.
Pada laga sebelumnya di nomor adu cepat putra panjat tebing, Kamis (23/8) Aspar meraih medali perunggu setelah dikalahkan Reza Alipour (Iran) dan Qixin Zhong.
Gagal meraih emas dalam dua kali kesempatan, kepada Tirto, Aspar mengaku kecewa. "Ya mau gimana lagi. Mungkin memang belum waktunya," ujar Aspar usai laga.
Rekan satu tim, Sobri juga mengakui bahwa kegagalan emas yang dialami timnya lantaran sensor pijakan start terlalu sensitif. "Itu kan ada sensornya di pijakan bawah itu. Saya di situ dianggap foul start, memang terlalu sensitif dia," kata Sobri.
Kepala pelatih tim panjat tebing Indonesia, Caly Setiawan mengakui bahwa timer bermerk Tissot terlalu sensitif. Namun pihaknya tidak akan melakukan gugatan.
"Kalau digugat itu prosesnya bakal panjang sekali. Yang penting ini harusnya ditinjau lagi karena banyak sekali yang foul start. Jadi kan mencurigakan," tutur Caly kepada Tirto.
Sampai dengan Senin malam ini, cabang olahraga panjat tebing telah menyumbangkan 3 medali emas, 2 perak, dan 1 perunggu bagi Indonesia. Dengan tambahan medali dari panjat tebing ini, perolehan medali Indonesia hingga Senin (27/8/2018) pukul 21.30 WIB, perolehan sementara medali yakni sebanyak 64 medali, dengan rincian 22 medali emas, 15 medali perak dan 27 medali perunggu.
Editor: Agung DH